Sumut Memerlukan Model Pemberdayaan Kelapa Sawit Lestari

Hal itu menilik saat ini sebagian besar, atau sekitar 200 ribu hektare lahan sawit milik petani, memasuki masa peremajaan atau replanting.

AFP PHOTO / ADEK BERRY
Kelapa sawit di area perkebunan di Pelalawan, Riau, 16 September 2015. Indonesia memiliki hutan hujan yang luas dengan keanekaragaman hayati, tetapi banyak ditebang oleh perkebunan, pertambangan dan perusahaan kayu. 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Ryan Achdiral Juskal

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Tengku Erry Nuradi mengatakan, ia berharap Sumatera Utara (Sumut) memiliki model untuk perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, yang bisa diterapkan bagi petani swadaya.

Hal itu disampaikannya, saat lokakarya Mencari Model Pemberdayaan dan Peremajaan Perkebunan untuk Sawit Indonesia Yang Berkelanjutan, yang diselenggarakan Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia), CSPO (Consortium For Studies On Palm Oil) dan USU (Universitas Sumatera Utara).

Tengku Erry Nuradi bilang seminar itu harus dijadikan momentum untuk mencari model pengembangan kelapa sawit berkelanjutan. Hal itu menilik saat ini sebagian besar, atau sekitar 200 ribu hektare lahan sawit milik petani, memasuki masa peremajaan atau replanting.

Dengan replanting diharapkan tanaman sawit khusunya milik petani bisa memenuhi standard nasional dan internasional, yang membuat hasil sawit daerah Sumatera Utara semakin diakui untuk mempertahankan predikat, atau julukan Sumatera Utara sebagai kiblat kelapa sawit Indonesia.

"Saya berharap instansi terkait, asosiasi, dan perusahaan untuk selanjutnya bisa bersinergi mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan di Sumatera Utara," katanya melalui rilis yang diterima www.tribun-medan.com, Selasa (31/5/2016).

Sementara itu, Head Smallholder Asian Agri, Pengarapen Gurusinga dalam paparannya yang berjudul 'Prospek, Tantangan dan Kunci Keberhasilan Sawit Berkelanjutan' menyebutkan, prospek industri sawit sangat besar karena bertumbuhnya jumlah penduduk, serta kebutuhan akan minyak sawit dan turunannya, yang dapat menjadi substitusi berbagai produk akan semakin besar.

Asian Agri melalui unit usahanya, dan petani binaanya telah berhasil meraih sertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Saat ini, dalam proses sertifikasi ISPO bagi petani swadaya binaannya, akan menjadi petani swadaya bersertifikasi ISPO pertama di Indonesia. Keberhasilan tersebut menunjukkan keseriusan Asian Agri dalam mewujudkan budidaya sawit berkelanjutan.

Menurut Pengarapen Gurusinga, untuk berhasilnya perkebunan sawit berkelanjutan banyak hal yang perlu diperhatikan. Mulai dari pemilihan bibit unggul, penguatan kelompok, pemahaman agronomi dan lainnya.

"Salah satu yang menunjang keberhasilan Asian Agri adalah melakukan pendampingan bagi petani binaanya, mulai dari pemahaman tentang pentingnya penggunaan bibit unggul, pemahaman agronomi tanaman, penguatan kelompok dan lainnya," jelasnya.

Dengan adanya pendampingan, maka produksi kebun petani dapat dipastikan akan mengalami peningkatan.

Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua KUD Jaya Makmur, Rustamari, dimana anggotanya selama ini sudah mendapatkan pendampingan dari Asian Agri.

"Adanya pedampingan dari Asian Agri sangat mendukung peningkatan produktivitas kebun petani, selain itu kami juga menjadi petani yang peduli akan lingkungan. Ini merupakan satu bukti bahwa para petaninya sudah menjalankan kebun sawit secara berkelanjutan," pungkasnya.

(*/raj/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved