Curhatan Penjual Es Mengenai Kondisi Anaknya yang Terserang Gizi Buruk
"Kalau kami punya uang, pastilah anak kami tidak separah ini. Kasihan, dia sudah 2 tahun tiga bulan tersiksa. Tapi, begitupun saya tetap yakin.."
Penulis: Arjuna Bakkara |
Laporan Wartawan Tribun / Arjuna Bakkara
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Tidak adanya biaya untuk berobat mengakibatkan Dedek Syahfizry (2,5) menderita gizi buruk yang membuat dirinya kejang-kejang selama 2 tahun 3 bulan.
Anak dari pasangan suami istri, Eri Pinem (32) dan Any boru Tarigan (37) lahir dalam keadaan sehat. Namun setelah berumur tiga bulan, Dedek mulai jatuh sakit dan kemudian dibawa berobat.
Kata Any, sejauh ini, dia dan suaminya sudah berupaya bekerja keras demi kesembuhan anaknya. Tapi, penghasilan mereka masih jauh di bawah standard sehingga tidak mampu membawa anaknya berobat lebih lanjut.
Baca: Fadli Zon Akui Pimpinan DPR Instruksikan Revisi UU KPK Disosialisasi
Eri, Ayah Dedek, penjual es yang hanya bisa berpenghasilan rata-rata Rp 30.000 per hari ini, kepada www.tribun-medan.com ia mengatakan, tetap berupaya dan tidak menyerah demi kesembuhan putra bungsunya.
"Kalau kami punya uang, pastilah anak kami tidak separah ini. Kasihan, dia sudah 2 tahun tiga bulan tersiksa. Tapi, begitupun saya tetap yakin dengan usaha saya. Tuhan tidak diam, anak saya pasti sembuh,"katanya sambil berusaha membendung air matanya.
Amatan www.tribun-medan.com, Dedek merintih kesakitan. Bernafas dengan tersengal-sengal. Sejauh ini pergelangan kakinya bengkok permanen, tangannya mengepal tidak bisa terbuka, matanya berkedip-kedip.
Rumah tempat tinggal Dedek dan orangtuanya, berdindingkan seng plastik bekas dan beberapa tempelan terpal lapuk. Menurut Any ibunya, rumah tersebut dikontrak Rp 250.000 per bulannya.
Baca: Ini Alasan Satpol PP Tak Berhasil Tertibkan Papan Reklame
Kata Ani, putranya pernah disuntik vaksin 2 kali setelah lahir di Rumah Sakit tempat dia dilahirkan di sekitar Jalan Setia Budi. Pertama pada usia satu bulan, kemudia ketika berusia dua bulan sebelum sakit.
Uba Pasaribu, Ketua Ikatan Pemulung Sejahtera Medan, mengatakan sebaiknya Pemerintah Kota Medan, khususnya dinas kesehatan, memperhatikan aspirasi dari warga kelas ekonomi rendah.
Sehubungan kasus ini, Uba menilai Pemerintah belum sepenuhnya melakukan pendataan terhadap warga miskin. Kata Uba, sebaiknya Pemerintah jemput bola dalam pelayanan.
(cr1/tribun-medan.com)