Alumni Fakultas Ekonomi USU yang Banting Setir Jadi Pengajar Anak Disleksia

Menurut Meri, anak-anak disleksia beda dengan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental yang sering disebut autis.

TRIBUN MEDAN/Fatah Baginda Gorby
Meriati Enjelina Tobing sedang mengajari anak Dyslexia 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Meriati Angelia Tobing (23) seorang pengajar sukarela untuk anak-anak penderita disleksia. Alumni D3 Keuangan Universitas Sumatera Utara ini telah menjalankan pekerjaan ini sejak 2015 silam.

Ia mengaku mengerjakan pekerjaan ini selain menambah pengalaman namun menjadi kepuasan batin tersendiri baginya.

Disleksia menurut Meri merupakan gangguan perkembangan intelegensi pada anak terkait kemampuan baca, menulis dan berbicara. Biasanya, anak-anak yang diserang dari umur 5-8 tahun.

Penyakit ini biasanya disebabkan dari faktor keturunan dan faktor lingkungan.

Menurut Meri, anak-anak disleksia beda dengan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental yang sering disebut autis. Anak disleksia mengalami gangguan membaca, mengurutkan, dan berhitung.

Baca: Ini Nih Komunitas Pecinta Doodle Art di Medan

Baca: Motif Terkuak! Gara-gara Ingin Kuasai Tanah, Dua Perempuan Ini Tega Bakar Rumah dan Penghuninya

Baca: BREAKING NEWS: Keji! Dua Perempuan Ini Ternyata Otak Pelaku Pembakar Satu Keluarga hingga Tewas

Lima tersangka yang terlibat pembakaran rumah di Medan Tuntungan. Pembakaran ini didalangi dua perempuan, Selasa (18/4/2017)
Lima tersangka yang terlibat pembakaran rumah di Medan Tuntungan. Pembakaran ini didalangi dua perempuan, Selasa (18/4/2017) (Tribun Medan/Array)

“Mereka susah membedakan antara huruf A dan H, B dan D, M dan N,” Ujar Meri.

Selain faktor keturunan, lingkungan juga mempengaruhi anak disleksia. Bila teman-temannya menjadi jahat, maka si anak bisa menjadi jahat dan sebaliknya. Anak disleksia juga bisa meniru kelakuan buruk orangtuanya.

Anak-anak disleksia berbeda dengan autis pada umumnya. Anak-anak disleksia terganggu syaraf otak kirinya sehingga mereka kurang memiliki kemampuan psikomotor yang baik. Meri mengaku tidak mematok harga atas jasa pengajaran kepada orangtua anak.

"Ya sekihlasnya saja. Anak-anak yang sudah ia ajarkan mengalami kemajuan. Sudah ada yang bisa membaca. Intinya kita sabar saja," ujar Meri.

Meri pernah melamar di Sekolah Luar Biasa namun ditolak. Alasannya karena ia bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai.

Sebagai alumni D3 Keuangan FE Ekonomi USU Meri dinilai lebih layak di bank. Namun Meri ingin tetap fokus di bidang ini.

"Kalau di lembaga formal kita tidak bisa berbuat, ya di informal kita buktikan," ujar gadis berkacamata itu.(*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved