Alamak

Inilah Menu Favorit Mbah Satiyah, Disebut Sudah Berusia 120 Tahun Hingga Kini Masih Tampak Sehat!

Sekujur kulitnya pun telah berkerut menyiratkan kian banyaknya ia makan asam garam kehidupan.

Editor: AbdiTumanggor
KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO
Mbah Satiyah saat ditemui di rumah anaknya yang kelima, Sukayah (53) di Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Minggu (11/3/2018). 

TRIBUN-MEDAN.COM - Guratan di wajah Mbah Satiyah mengisyaratkan begitu lamanya roda perputaran zaman yang telah dilampauinya. Rambutnya putih kusut tak lagi hitam.

Sekujur kulitnya pun telah berkerut menyiratkan kian banyaknya ia makan asam garam kehidupan.

Mbah Satiyah asli Desa Menduran, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah ini diyakini oleh keluarganya berusia sekitar 120 tahun.

Seperti orang tua yang lahir pada zaman dulu, tak ada bukti otentik untuk bisa membenarkan usia sesungguhnya Mbah Satiyah

Penghitungan usia 120 tahun hanya berdasar perkiraan keluarga Mbah Satiyah dan berdasarkan kisah turun-temurun yang didukung orang tua lainnya di lingkungan Mbah Satiyah.

Selama ini Mbah Satiyah tinggal di rumah anaknya yang kelima, Sukayah (53), di Dusun Nganggil, Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.

Meski sudah lanjut usia, Mbah Satiyah nampak begitu sehat. Makan dan minum ala kadarnya tanpa adanya pembatas.

Berjalan kaki pun tidak harus merepotkan keluarganya walau acap kali memakai alat bantu tongkat.

Keperluan lain seperti mandi dan buang air di kamar mandi juga ia lakoni sendiri. Bahkan terkadang, nenek renta ini mencuci pakaiannya sendiri.

Wajar jika di usianya yang sepuh ingatan Mbah Satiyah tak setajam dulu, namun saat diajak mengobrol ia masih fasih berbicara. Hanya saja, instingnya saat mendengar dan melihat sudah mulai berkurang.

Logat Jawa begitu kental terlontar dari bibirnya yang menua, karena memang Mbah Satiyah tak bisa berbahasa indonesia.

"Aku iki orak sekti, cuma tani, nanging ibadahku tekun orak tau telad opo meneh shalat tahajud. (Saya ini bukan orang sakti, hanya petani, tapi ibadahku rajin tak pernah terlambat, apalagi untuk shalat tahajud)," kata Mbah Satiyah saat ditemui Kompas.com, Minggu (11/3/2018).

Shalat dan mengaji

Dalam keseharian, Mbah Satiyah sudah tak lagi terjun ke sawah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

Setidaknya, rutinitas itu sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil karena petuah bijak dari mendiang orangtuanya.

Mbah Satiyah saat ditemui ?di rumah anaknya yang kelima, Sukayah (53) di Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Minggu (11/3/2018).?
KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO
Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved