Mahasiswi Sastra Inggris Keponakan Loper Korban Tabrak Maling di USU Kenang Pamannya
"Dia nggak mau naik sepeda motor. Pernah disuruh naik kereta tapi dia nggak mau. Sampai tidur pun sepeda sama dia," katanya.
Penulis: M.Andimaz Kahfi |
Laporan Wartawan Tribun Medan / M Andimaz Kahfi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Keponakan Zulham Basalama (57) , Ocha Ramadhani (21) tampak terpukul karena pamannya yang loper koran meninggal ditabrak mobil kawanan pencuri sepeda motor saat bekerja di kampus USU, Sabtu (13/4/2019).
Zul atau yang akrab disapa oleh Ocha dengan panggilan Uam merupakan sosok paman yang sangat dekat dengannya.
"Saya dapat kabar Uam di tabrak sekitar pukul 13.40 WIB. Denger dari abang sepupu kasih tahu Uam sudah meninggal."
"Sempat shock, nggak nyangka kok bisa. Kenapa bisa meninggal? Karena selama ini cuma sakit lambung. Awalnya saya kira karena sakit. Rupanya dengar kabar meninggal ditabrak," kata Ocha dengan nada sedih, Sabtu (13/4/2019).
"Jujur saya sedih kali. Padahal semalam masih nyuruh saya beli roti jam 23.30 WIB. Laper aku Cha dibilangnya. Pas sudah dibeli salah rotinya. Kok lain rotinya, terus pas saya masak mie UAM minta bagi sedikit," sambungnya.

Lebih lanjut, Ocha ngaku manggil Zul sebaya dengan sebutan Uam karena Zul sudah anggap dirinya sebagai anak sendiri. Mendiang biasa berangkat kerja pukul 08.00 WIB dan pulang sekitar pukul 18.00 WIB. Kalau Minggu di antar bapak keliling antar koran.
"Paling saya nggak bisa dilupain dia karena dia yang biayain saya dari SD sampai sekarang semester 8 di USU. Dia yang menanggung jajan kami kakak beradik bertiga," ujarnya.
Ocha mengaku hal yang paling tidak bisa dilupakannya adalah Uam yang tidak pernah henti-hentinya mengingatkan dirinya serius kuliah.

"Saya mahasiswa Sastra Inggris di USU semester VIII. Dia (Uam) yang biayai kuliah. Semalam sempat ribut, disuruh-suruh kuliah karena saya mau cuti. Saya tetap mau cuti karena jenuh kuliah. Disitulah kami berantam, tapi habis itu baikan lagi. Sering dibilang mendiang, 'kau bandel nih melalak aja pulang malam'," urai Ocha.
Ocha mengatakan bahwa Uam kemana-mana saat bekerja tidak mau naik sepeda motor. Kecuali hari Minggu karena sedang libur.
"Dia nggak mau naik sepeda motor. Pernah disuruh naik kereta tapi dia nggak mau. Sampai tidur pun sepeda sama dia. Diletakkannya di kamar. Bapak pernah marah juga kenapa sepeda taruh di kamar. Tapi dia bilang ini sepeda kesayanganku," ucap Ocha kenang Uam.
Ocha menceritakan bahwa terkadang ia kesal dengan pamannya karena agak cerewet. Tapi, menurutnya, walaupun demikian Uam orang yang terbaik di hatiku.
"Sedih saya. Kenapa meninggalnya kok tragis?" ujarnya.
Lebih lanjut, Ocha akui sosok Uam adalah seorang paman yang sangat memikirkan para keponakannya. Walaupun dia belum menikah sampai saat ini. Tapi setiap dia dapat nasi kotak acara di USU, pasti dibawanya pulang untuk makan kami.
"Kalau ada acara di kampus misalnya dapat nasi kotak. Nggak dimakannya, tapi dibawa pulang untuk dikasih kami," beber Ocha.
"Harapannya ya kalau dari kami, semoga pelakunya dihukum setimpal dengan perbuatannya," tegas Ocha.(mak/tribun-medan.com)