Orang Tua Azis Prakoso Angkat Bicara soal Anaknya Gay: Pernah Bawa Gadis Tulungagung ke Rumah
Bahkan dia sempat menasehatinya agar tidak mudah membawa keluar anak gadis kalau tidak ada restu dari orang tua.
Orang Tua Ajis Prakoso Angkat Bicara soal Anaknya Gay: Pernah Bawa Gadis Tulungagung ke Rumah
TRIBUN-MEDAN.COM - Kasus pembunuhan sadis guru honorer Budi Hartanto (28) yang jasadnya ditemukan tanpa kepala menggegerkan publik Tanah Air.
Dua pelaku Aris Sugianto dan Azis Prakoso (23) diciduk setelah melalui serangkaian penyelidikan panjang.
Bukan hanya publik yang terkejut, tapi orangtua pelaku juga kaget, anaknya bisa sesadis itu.
Supriyanto (56), bapak dari Azis, masih belum percaya sang anak terlibat.
Bahkan, selama dua minggu ini atau setelah ramai penemuan mayat dalam koper, dia melihat tidak ada gelagat yang mencurigakan dari anaknya tersebut.
Selama itu pula, anaknya tersebut turut membantunya sebagai tenaga pemasangan terop hajatan milik tetangganya.
"Jadi selama ini juga biasa saja," ujarnya.
Di mata keluarga, Azis (23) dikenal sosok yang baik, setia kawan, dan pekerja keras.
Menurut Supriyanto , anak keempatnya itu sangat jauh dari sifat-sifat negatif dan bahkan termasuk anak yang sopan dan penurut terhadap orang tua.
"Sama kawan, dia setia kawan. Dimintai tolong teman, susah menolaknya," ujar Supriyanto ditemui di rumahnya, Sabtu (13/4/2019).
Namun, dia mengaku menerima kenyataan yang prosesnya masih terus berjalan ini.
Hanya saja, dia meyakini anaknya tersebut kemungkinan terlibat pada hal yang lain, bukan pada pembunuhannya.
"Mungkin disuruh buang identitas atau apa, mungkin. Kalau membunuh, enggak mungkin tega," ujarnya.
Azis ditangkap polisi
Kepolisian melakukan penangkapan terhadap Azis pada Jumat (12/4/2019) dini hari di rumahnya Kecamatan Ringinrejo.
Penangkapan itu dilakukan sehari setelah penangkapan terhadap tersangka Agus di Jakarta.
Supriyanto menuturkan, penangkapan itu terjadi sekitar pukul 01.00 WIB, bermula dari kedatangan beberapa petugas polisi ke rumahnya dan langsung menangkap anaknya.
"Saat dia itu belum tidur karena baru saja pulang dari warung kopi bersama teman-temannya," tambahnya.

Petugas saat itu hanya menjelaskan kalau anaknya terkait dengan peristiwa kekerasan yang menyebabkan korban meninggal dunia, lalu membawa anaknya ke kantor polisi.
Supriyanto hingga saat ini belum bisa menemui anaknya.
Upayanya mendatangi Mapolsek untuk bertemu juga tidak membuahkan hasil karena anaknya masih dalam pemeriksaan.
"Padahal saya ingin sekali bertemu," ujarnya.
Orangtua bantah anaknya menderita kelainan seksual
Supriyanto membantah adanya kabar yang menyebut anaknya mempunyai kelainan orientasi seksual.
Menurutnya, anaknya lelaki normal dan beberapa kali mempunyai pasangan kekasih perempuan.
Salah seorang perempuan itu, menurutnya, pernah diajaknya pulang ke rumah menemuinya.
Bahkan dia sempat menasehatinya agar tidak mudah membawa keluar anak gadis kalau tidak ada restu dari orang tua.
"Saat itu yang diajaknya gadis asal Tulungagung," ungkapnya.
Selain itu, anaknya itu bahkan cukup lembut dengan perempuan.
Hingga suatu kali pernah berhenti dari tempat kerjanya karena khawatir mengganggu fokusnya karena ada seorang perempuan yang mendekatinya.
Bahkan saat ini, kata dia, juga masih mempunyai pacar.
Namun urung melangsungkan pernikahan karena masih ada kakaknya yang belum menikah sehingga tidak mau melangkahinya.
"Kemarin juga katanya mau kerja keras untuk bahan menikah," ujarnya.
Namun sebelumnya polisi mengungkapkan hubungan asmara korban dengan dua pelaku.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, guru honorer korban pembunuhan sadis di Blitar memiliki orientasi seks yang berbeda, termasuk juga dua orang pelaku pembunuhnya.
Pihak kepolisian juga mengatakan jika motif asmara menjadi landasan adanya pembunuhan yang menewaskan seorang guru honorer di Kediri.
"Sudah kami duga sejak awal pelaku adalah sangat mengenal korban.
Keduanya diduga memiliki hubungan spesial dengan korban.''
"Karena itu kami membaca ada hubungan asmara antara pelaku dan korban," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Jumat (12/4/2019).
Sayangnya, Barung enggan membeber kisah asmara tersebut.
Keduanya, lanjut Barung, merupakan teman dekat dalam sebuah komunitas.
"Bahkan (korban dan 2 pelaku) pernah memiliki hubungan spesifik dengan orientasi pada komunitas tertentu," terang Barung.
Namun ia membocorkan jika korban sering berganti pasangan.
Diduga korban dan kedua pelaku, AP dan AJ, juga ikut satu komunitas tertentu.
AP dan AJ, ungkap Barung, memiliki kecenderungan perilaku yang 'melambai'.
"Kedua pelaku ini diidentifikasi memiliki kecenderungan perilaku yang agak melambai," katanya.
Azis dan Aris saling kenal?
Menurut Supriyanto, anaknya Ajis memang kenal dengan tersangka Aris.
Hanya saja perkenalannya itu, sepengetahuannya, tidak begitu dekat.
Bahkan anaknya tersebut selama ini lebih dekat dan akrab pada D yang merupakan adik tersangka Aris.
D itu selama ini juga kerap datang ke rumah Ajis untuk sekedar menikmati kopi.
"Kalau Aris, perilakunya memang mbanceni (berperilaku perempuan)," ujarnya.
Sebelumnya di hadapan penyidik Polda Jatim, Azis mengungkap kronologi mutilasi guru honorer bernama Budi Hartanto.
Ajis mengaku, dirinyalah yang melakukan proses mutilasi pertama kali pada bagian leher korban.
Karena sempat alami kesulitan, pekerjaan Ajis yang belum sepenuhnya rampung itu, akhirnya dilanjutkan oleh Aris Sugianto.
"Pertama saya, terus dilanjutkan dia," katanya.
Kepada penyidik, Ajis menegaskan, proses mutilasi bagian leher dilakukannya berdua dengan Aris.
"Iya kami potong berdua bergantian," lugasnya seraya menganggukkan kepala ke arah penyidik.
Setelah proses mutilasi usai, lanjut Ajis, dirinya bersama Aris memasukkan potongan tubuh korban ke dalam koper.
Koper itu diketahui, ternyata milik ibunda Aris.
"Kami masukan ke dalam koper berdua juga," katanya.
Setelah rampung mengemasi potongan tubuh korban ke dalam koper.
Ajis menerangkan, keduanya langsung membuang ke pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar.
"Kami berdua buang koper itu di sungai," tandasnya.
Selain itu penyidik juga menemukan Ajis ternyata pengguna sabu.
Hal ini terungkap saat Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim menemukan alat hisap sabu saat menggeledah rumahnya di Kediri.
"Saat kami geledah ditemukan alat menggunakan sabu," kata Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Leonard Sinambela pada awak media, Minggu (14/4/2019).
Temuan itu, diakui Leonard mengagetkan petugas.
Pasalnya, fokus penggeledahan di kediaman pelaku yang dilakukan personilnya bukan untuk itu.
Namun, fokus pada pencarian beberapa barang atau benda-benda lain yang berkaitan dengan kasus pembunuhan yang disertai mutilasi pada Budi Hartanto.
"Barang bukti korban juga sebagian ditemukan," katanya.
Setelahnya, Ajis dimintai keterangan lebih lanjut terkait temuan tersebut.
Ternyata dugaan Leo benar, artinya Ajis merupakan pengguna barang haram tersebut.
"Dugaan kami benar, dia ngaku saat kami tanya," lanjutnya.
Sejauh ini yang diketahui sebagai pengguna sabu hanya Azis.
Kendati demikian, Azis tidak akan diproses hukum menggunakan pemberatan pasal penyalahgunaan narkoba.
Melainkan tetap akan dikenai pasal pembunuhan.
"Nanti akan dilihat pasti akan berlapis pasalnya, tapi bukan berlapis dengan pasal penggunaan narkoba, itu terlalu kecil hukumannya," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, kepolisian telah menangkap dua orang tersangka pelaku pembunuhan terhadap Budi Hartanto (28), yakni Ajis Prakoso warga Ringinrejo Kediri dan Aris Sugianto warga Udanawu Blitar.
Aris ditangkap saat berada di Jakarta dan AP ditangkap di rumahnya.
Dari penangkapan dua tersangka itu, petugas juga berhasil menemukan organ kepala Budi Hartanto.
Kepala ditemukan di sungai Desa Bleber, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri.
Potongan kepala itu saat ini sudah dimakamkan di lubang yang sama dengan tubuh Budi di pemakaman umum Kelurahan Tamanan, Kota Kediri, Jumat (12/4/2019).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Cerita Keluarga Soal AP, Tersangka Pemutilasi Pria yang Mayatnya Ditemukan dalam Koper"
Penulis : Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim