Kalah Telak Pilpres di Sumbar, Jokowi Blak-blakan Jawab Boikot Nasi Padang Pada Najwa Shihab
Kekalahan pasangan 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Sumatera Barat jadi pukulan telak dalam Pilpres. Tak tanggung-tanggung, selisih suara cukup jauh
TRIBUN-MEDAN.com - Kekalahan pasangan 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Sumatera Barat jadi pukulan telak dalam pemilihan presiden. Tak tanggung-tanggung, selisih suara cukup jauh dari pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Berdasarkan hasil hitung cepat Pilpres 2019 yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga survei menyatakan Jokowi tidak memperoleh suara lebih dari 16 persen.
Hasil hitung cepat Indikator Politik Indonesia menyatakan Jokowi-Ma'ruf hanya meraup 15,88 persen. Mereka kalah dari pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 yang memperoleh 84,12 persen.
Bagaimana komentar Jokowi?
Dalam wawancaranya yang dipandu bersama Najwa Shihab di acara Mata Najwa. Jokowi blak-blakan mengungkapkan tidak ada masalah dengan perbedaan pilihan itu.
Dia mengatakan akan tetap memberikan porsi pembangunan yang sama di Sumatera Baraat dengan daerah lainnya jika nanti terpilih kembali.
Baca: Total Ada 144 Nyawa Petugas KPPS Melayang, Mahfud MD Minta UU Pemilu Direvisi

"Siang hari kemarin, saya tetap makan nasi padang kok," kata Jokowi.
Jawaban Jokowi ini sekaligus membantah ada boikot nasi padang oleh para pendukungnya di media sosial gara-gara pasangan tersebut kalah di Sumatera Barat.
Jokowi mengatakan prinsipnya pemerintahannya akan tetap membangun negara melalui infrastrukur yang saat ini banyak genjot.
Dia mengakui selama pemerintahan sebelumnya terdapat ketimpangan pembangunan antara Indonesia wilayah Barat, Tengah dan Timur.
"Kita tidak bicara membangun sebuah daerah itu, ingin mendapatkan suara. Jangan berfikiran seperti itu. Kita membangun karena daerah itu infrastrukturnya kurang. Nanti, ada pengaruh elektoral, beda soal," katanya.
Jokowi mengungkapkan bisa saja konsentrasi pembangunan selama pemerintahannya dilakukan di Pulau Jawa, pasalnya sebanyak 149 juta pemilik suara ada di Pulau Jawa.
Namun itu tidak dilakukan karena pembangunan dibutuhkan oleh semua daerah, termasuk di Sumatera Barat. Padahal dia sadar kalau perolehan suara di tanah Minang tersebut tidak begitu signifikan.
"Tapi kalau ada hasil angka yang tidak kita harapkan, inilah (realita) politik," ujarnya.
Tanggapan Deklarasi Kemenangan Prabowo
Najwa Shihab kemudian bertanya soal Prabowo yang mengklaim kemenangan atas hasil penghitungan suara oleh timnya.
"Pak Jokowi calon presiden Prabowo Subianto bersikukuh bahwa ialah yang memenangkan Pilpres melakukan deklarasikemenagan berkali-kali berdasarkan hasil penghitungannya sendiri, apa tanggapan bapak mengenai deklarasi-deklarasi ini?," tanya Najwa Shihab.
Menanggapi hal itu, Jokowi mengatakan bahwa deklarasi itu tidak bermasalah.
Namun, Jokowi menegaskan Indonesia memiliki Undang-Undang Pemilu untuk menyatakan kemenangan presiden.
"Ya enggak papa, wong deklarasi saja kok yang jelas kita memiliki sebuah mekanisme aturan," ujar Jokowi.
"Kita memiliki UU Pemilu, kita memiliki mekanisme ketatanegaraan bahwa yang mengumumkan hasil perhitungan resmi yang dipakai untuk menentukan angkanya menang dan kalah itu KPU."
"Lembaga resminya jelas KPU. Kita tunggu saja, bahwa ada hasil quick count itu sebetulnya sudah gamblang, indikasinya di situ sudah," jawab Jokowi.
Lalu, Najwa kembali bertanya soal deklarasi Prabowo yang bahkan telah menyebutkan dirinya sebagai Presiden RI.
"Tapi ketika mendeklarasikan dan bahkan menyatakan saya sudah dan akan menjadi presiden seluruh rakyat Indonesia, menurut Anda itu sesuatu yang wajar? Bisa dipahami? Bisa diterima?," tegas Najwa.
Mendengar pertanyaan dari Najwa, Jokowi sontak langsung tertawa.
Ia tertawa dengan gaya khasnya, barulah ia menjawab pertanyaan dari Najwa.
"Ya kalau melihat angka-angka yang ada, artinya lembaga independen yang menghitung angkanya sudah jelas sekali," jawab Jokowi.
Jokowi lalu meminta agar semua pihak sabar menunggu penghitungan dari KPU.
"Kita sabarlah, kita sabar menunggu penghitungan dari KPU," tambah Jokowi.