Joshua Oppenheimer Tidak Akan Kembali ke Indonesia
"Saya kemungkinan bisa masuk ke Indonesia tanpa mengalami kecelakaan. Saya hanya tidak yakin keluar dari situ dengan selamat," katanya.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN-Sutradara asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer mengaku belum pernah kembali ke Indonesia sejak filmnya tentang pelaku pembantaian tahun 1965 rilis tiga tahun silam.
Pengakuan ini muncul dalam artikel wawancaranya dengan New York Times Magazine, Kamis (9/7/2015).
"Saya kemungkinan bisa masuk ke Indonesia tanpa mengalami kecelakaan. Saya hanya tidak yakin dapat keluar dari situ dengan selamat," katanya.
Film karya Oppenheimer, The Act of Killing atau Jagal, mencapai puncak popularitas setelah masuk daftar nominasi Piala Oscar 2014 untuk kategori film dokumenter.
Film ini mengisahkan kehidupan seorang mantan jagal dari Medan bernama Anwar Kongo yang mengakui bahwa dirinya terlibat banyak pembunuhan orang yang diduga terlibat dengan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965.
Selama pembuatan The Act of Killing yang dimulai sejak tahun 2004, Oppenheimer juga mengambil gambar untuk proyek dokumenter lain yang akhirnya diberi judul The Look of Silence atau "Senyap".
Berbeda dengan saat membuat Jagal yang sepertinya mendapat banyak dukungan dari paramiliter yang menjadi obyek pembuatan film, Senyap yang berkisah tentang Adi, yang berkonfrontasi dengan para jagal, rupanya membuat gerah para narasumber.
"Karena "Killing", saya menjadi terkenal dekat dengan wakil presiden dan anggota parlemen. Ini berarti, orang-orang yang ingin ditemui oleh Adi, orang-orang yang membunuh abanganya, yang kuat di daerah namun tidak di tingkat nasional, akan berpikir dua kali sebelum menyerang kami secara fisik. Mereka tidak mau menyinggung bos mereka. Tentu saja setelah "Killing" keluar, banyak diantara mereka yang membenci saya," katanya.
"Senyap" ternyata menimbulkan kontroversi. Oppenheimer dituding menjadikan Adi seperti boneka dalam misinya mengorek pengakuan para pelaku sejarah. Namun, dalam wawancara di majalah Reader's Diggest, jebolan Harvard University ini membantah tuduhan tersebut. Menurutnya, selama pembuatan film yang banyak mengambil tempat di Medan dan Deliserdang itu, Adi sangat aktif. (@stondQ)