Anggar Sumut Butuh Tempat Latihan
Pasca-bermain di Pra Pekan Olahraga Nasional (PON), tim anggar Sumut mengevaluasi kemampuan dan cara bermain atletnya.
Laporan Wartawan Tribun Medan / Nikson Sihombing
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Pasca-bermain di Pra Pekan Olahraga Nasional (PON), tim anggar Sumut mengevaluasi kemampuan dan cara bermain atletnya.
Pelatih anggar Sumut,Fika Saufika Putri mengatakan, jika dilihat dari segi teknik dan skill atlet Sumut tidak kalah jauh dengan atlet dari provinsi lainnya.
Oleh karena itu masih berpeluang untuk meraih medali emas. Menurutnya, satu faktor yang perlu dievaluasi ialah latihan atlet yang terganggu. Latihan tersebut terganggu karena kurangnya tempat latihan.
“Ini aja kami latihan di tempat terbuka. Nah kalau hujan berhenti lah kami latihan. Nah kalau terus begini ya sangat terganggu ,” katanya, Senin (8/2/2016).
Untuk saat ini, tim anggar Sumut latihan di aula SMK Tritech. Itu pun dikasi izin latihan di tempat itu karena yang punya adalah ketua pengurus cabang anggar Kota Medan.
Menurutnya, tempat latihan yang ideal bagi olahraga anggar ialah tempat latihan yang tertutup dan kedap air. Karena alat-alat anggar memiliki koneksi langsung ke listrik, jadi jika lawan kena tusuk maka listrik akan menyala sebagai tanda poin.
“Sebenarnya tempat latihan anggar yang ideal harus bagus. Karena alat-alat anggar ini kan tidak boleh kena air. Apalagi alat anggar ini kan memakai listrik sebagai penanda poinnya,” ujarnya.
Ia mengatakan, perbedaan fasilitas antar atlet anggar Sumut dan provinsi lain tidak beda jauh. Karena ada juga provinsi lain yang belum memiliki gedung sendiri namun ada juga yang sudah punya gedung latihan sendiri.
Ia mengatakan provinsi yang sudah memilik gedung sendiri ialah Kalimantan Timut, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Riau. Sedangkan contoh provinsi yang belum punya ialah Aceh. Beda yang signifikan lainnya ialah perbedaan kualitas harga anggar.
Jika provinsi lain bisa beli produk asli buatan Perancis seharga Rp 2,8 juta. Maka atlet anggar Sumut hanya hanya mampu memblei produk anggar yang buatan Tiongkok seharga Rp 1,2 juta.
Namun kedua barang tersebut sangat berpengaruh ketika dipakai bertanding. Karena jika dipakai dalam bertanding produk asli lebih kuat dan tidak mudah patah.
Perbedaan lainnya ialah kalau produk buatan tiongkok ketika bengkok dan hendak diluruskan harus hati-hati karena bisa patah. Sedangkan produk asli bisa lurus kembali.
(cr6/tribun-medan.com)