Lumpia Rebung Sudah Biasa, Lumpia Durian Bisa Jadi Oleh-oleh khas Semarang

Lumpia yang merupakan makanan khas Semarang telah ada ratusan tahun yang lalu. Hidangan tersebut merupakan akulturasi budaya

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Lumpia duren di kedai Omah Duren Point ditawarkan dalam dua varian, yaitu goreng dengan kulitnya yang renyah, dan lumpia duren basah dengan kelegitannya. 

TRIBUN-MEDAN.com, SEMARANG - Lumpia yang merupakan makanan khas Semarang telah ada ratusan tahun yang lalu. Hidangan tersebut merupakan akulturasi budaya Jawa dengan Tionghoa yang dibawa para pedagang dahulu.

Kini Semarang menawarkan varian kuliner khasnya tersebut dengan perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan para maniak durian.

Renyahnya kulit lumpia dan lumernya durian ketika digigit, inilah yang ditawarkan kedai Omah Duren Point. Lumpia duren di kedai ini ditawarkan dalam dua varian, yaitu goreng dengan kulitnya yang renyah dan lumpia duren basah dengan kelegitannya.

Dik Tan, selaku pemilik kedia Omah Duren Point mengatakan lumpia durian goreng baru akan digoreng ketika ada pelanggan yang memesa. Hal ini agar lumpia tetap hangat saat dimakan. Sehingga durian di dalamnya bisa meleleh ketika digigit.

Benar saja, ketika KompasTravel mecoba lumpia durian goreng, kulitnya renyah di luar dan meleleh di dalam. Isiannya begitu penuh, berisi daging durian sebanyak 100 gram. Segar dan manisnya pun masih terasa, karena tidak bercampur minyak goreng di dalamnya.

Sedangkan lumpia basah terasa lebih legit, lebih terasa seratnya. Lumpia basah sendiri dapat dihidangkan dalam kondisi suhu normal atau dingin.

Namun, jika dinikmati dalam kondisi dingin terasa lebih segar. Selain daging buahnya, kulitnya pun akan terasa legit. Asin dari kulitnya akan membuka sensasi rasa di awal, setelah itu bercampur dengan rasa manis durian lokal pilihan.

Dik Tan mengatakan ide tersebut mucul dari lumpia rebung yang banyak ditemui di Kota Semarang. Tiga tahun yang lalu ia berekseprimen mencari jenis durian yang pas untuk hidangan tersebut.


KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Kedai Omah Duren Point yang berlamat di Jalan Sugiopranoto nomor 6, Semarang.


Kedai Omah Duren Poin yang dahulu bernama Omah Duren Rubby ini berdiri sejak enam tahun lalu. Menu olahan durian menggunakan jenis durian monthong. Namun, untuk hidangan lumpia khusus hanya menggunakan durian petruk asli Jepara.

“Saya hanya menggunakan durian petruk untuk lumpia, karena ada cita rasa yang mau saya ambil dari durian ini. Legit atau pulennya dan rasa manis dari durian petruk,” ujar Dik Tan.

Ia menambahkan pada awalnya menggunakan durian lokal asli Gunung Pati Semarang Menurutnya durian tersebut bagus, namun panennya masih menggunakan sistem potong . Sehingga tidak semua durian matang di pohon. Jadinya, ada durian yang manis, ada pula yang tidak.

Dik Tan memperoleh durian langsung dari rekanannya di daerah Pejompong, Jepara. Sampai saat ini ia belum pernah kesulitan memperoleh durian tersebut. Sedangkan untuk kulitnya, ia mengatakan memilih kualitas terbaik yang bisa ditemui di pedagang langganannya di pasar.

Banyak pelanggannya yang berasal dari luar kota, membeli lumpia tersebut sebagai alternatif oleh-oleh khas Semarang selain lumpia rebung. Lumpia duren di Omah Duren Point sendiri dapat dibeli dengan harga Rp 13.000 per butir untuk yang goreng dan Rp 12.000 per butir untuk yang basah.

Bagi yang mau dibawa ke luar kota, lumpia basah lebih direkomendasikan karena tahan hingga 30 hari di dalam lemari es. Jika ingin di goreng bisa digoreng di tempat tujuan.


KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Omah Duren Point, hanya menggunakan durian petruk untuk lumpia, karena ada citarasa yang mau saya ambil dari durian ini.


Selain lumpia durian kedai milik Dik Tan ini juga menyediakan berbagai menu serba durian yang bisa dinikmati. Seperti jus durian, es krim durian, pancake durian, cendol durian, milk shake durian float, ketan durian, wedang durian, kolak durian hingga sop durian dengan berbagai topping.

Bagi Anda yang berminat dapat mengunjungi kedai Omah Duren Point yang berlamat di Jalan Sugiopranoto nomor 6, Semarang. Posisinya sebelah kiri setelah pasar bulu jika ditempuh dari Tugu Muda ke Arah Bandara Ahmad Yani.

Dik Tan sendiri merupakan maniak durian, ia menceritakan jika bepergian keluar kota dengan keluarga selalu menyempatkan diri untuk berburu durian lokal. Tak hanya durian yang dibawa pulang, bibit-bibit unggul pun dibawanya pulang menjadi buah tangan untuk dibudidaya sendiri di kebunnya. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved