liputan eksklusif

Mengintip Praktik Nakal Sopir Tangki Pertamina

"Setiap hari minyak berkurang. Kekurangnya cukup besar, satu trip saja bisa 100 liter hingga 300 liter.

Editor: Muhammad Tazli
TRIBUN TIMUR/ALFIAN
Ilustrasi mobil tangki Pertamina. 

MEDAN, TRIBUN - Pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Medan dan sekitarnya merugi puluhan juta rupiah setiap bulan akibat maraknya tangki minyak Pertamina bongkar muat alias "kencing" di Jalan Yos Sudarso, Medan Labuhan.

Seorang pengusaha SPBU berinisial K menduga, sopir mobil tangki Pertamina yang berhenti di kawasan Jalan Yos Sudarso mengeluarkan sebagian minyak dari dalam tangki alias "kencing" atau bahasa populernya di Belawan disebut siong.

"Setiap hari minyak berkurang. Kekurangnya cukup besar, satu trip saja bisa 100 liter hingga 300 liter. Bila dikalikan per bulan, kurangnya itu bisa mencapai lima ton. Coba dikalikan harga minyak sekarang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Jelas itu uang cuma-cuma yang hilang," ujarnya di Jalan Gatot Subroto, Rabu ( 20/4) siang.

Ia menceritakan, setelah mobil tangki Pertamina keluar dari depot akan berhenti di berbagai lokasi siong. "Begini, saya curiga adanya siong itu. Karena, seluruh mobil tangki sebelum ke kami (SPBU), selalu berhenti di lokasi yang sama.

Berdasarkan Global Positioning System (GPS) ada dua lokasi tempat berhenti truk diduga siong. Terkadang sopir berhenti KIM. Setelah berhenti, baru minyak diantar ke SPBU," katanya.

Ia menjelaskan, selama ini pengusaha SPBU tidak dapat memprotes berkurangnya minyak, lantaran ketika pengukuran minyak, sebelum bongkar muat menggunakan alat terameterologi, tidak ada kekurangan minyak. Tapi, usai bongkar, dan seluruh minyak berada di dalam tangki SPBU minyak berkurang banyak.

"Makanya, kami juga curiga pengukuran terameterologi sedikit bermasalah, karena selalu sesuai. Padahal, begitu masuk ke dalam tangki langsung banyak kali susutnya. Beberapa hari lalu, bensin susutnya 282 liter setelah bongkar," ujarnya.

Selain itu, katanya, belum lama ini, pernah menyuruh karyawannya untuk mengikuti tangki Pertamina keluar depot hingga ke SPBU. Ternyata, di pinggir Jalan Yos Sudarso, mobil berhenti.

"Saat mobil berhenti, minyak dari mobil tangki diambil kira-kira enam kaleng. Namun, saat mobil tiba di SPBU dan volume minyak di tangki diukur tidak berkurang. Namun, saat minyak di tangki kami, kurangnya besar sekali hampir 300 liter," katanya.

Ia mengungkapkan, pihak SPBU dapat menolak mobil tangki Pertamina apabila pengukuran terameterologi di atas mobil berkurang, sebelum proses bongkar muat. Namun, setelah berada di dalam tangki penimbunan SPBU bukan lagi tanggungjawab Pertamina.

"Contohnya begini, misalnya T2 143 kemudian pengukuran sebelum bongkar minyak berkurang baru tanggung jawab Pertamina. Kami dapat menolak. Namun, permasalahannya pengukuran di atas sesuai, dilakukan bongkar muat. Tapi, ketika berada di dalam tangki kami langsung berkurang," ujarnya.

Ia mengklaim, permasalahan serupa dialami seluruh SPBU di Kota Medan. Karena itu, ia berharap masalah siong dapat diberantas penegak hukum. Apalagi, besar dugaan ada keterlibatan oknum penegak hukum.

"Masalah ini, memang sistematis, segel selalu bagus, tidak ada masalah. Tapi, minyak berkurang terus ketika masuk ke tangki penimbunan milik SPBU. Apalagi, setiap Sabtu dan Minggu tingkat kecurangan sopir tinggi. Selama ini, kami pesan minyak mulai dari 16, 18, 20 ata 32 ton. Tapi kalau solar susutnya tidak lebih dari 100 liter," katanya.

Seorang manajer SPBU berinisial P menyampaikan, saban hari, SPBU tempatnya bekerja mengalami kekurangan minyak dari 100 liter hingga 200 liter akibat maraknya praktek bisnis siong. Bahkan, permasalahan tersebut menjadi pembahasan rutin di kalangan pengusaha SPBU.

"Memang sudah lama ada siong. Umumnya mereka "kencing" di Jalan Yos Sudarso. Minyak kami susut ketika berada di tangki penimbunan. Rata-rata 200 liter kurangnya. Setiap bulan ada lima ton berkurang. Jadi kerugiannya bisa puluhan juta, sekitar Rp 32 juta," ujarnya.

Ia berujar, setiap hari dapat jatah dari Pertamina 18 ton BBM premium dan delapan ton solar. Namun, paling banyak berkurang premium. Sedangkan, solar tidak banyak berkurang.

"Dalam sehari berkurang 180 liter, terkadang mencapai 250 liter, tergantung sopir yang membawa mobil. Saya yakin semua SPBU mengalami kerugian serupa. Paling buat kami heran segel di keran itu bagus, dan nomor perjalanan serupa dengan di segel. Pandai mereka," katanya.

Ia mengemukakan, pengukuran terameterologi sebelum bongkar muat BBM dari truk ke tangki penimbunan bagus. Artinya minyak tidak berkurang. Meskipun, dari data GPS sopir berhenti di kawasan Jalan Yos Sudarso.

"Gini saja, sopir sama, tapi bawa mobil berbeda sudah lain jumlah minyak yang berkurang. Contoh lainnya, ada truk BK 1512 sopirnya Andi nanti masuk lagi mobil yang sama tapi lain sopir maka volume minyak yang berkurang juga berbeda. Pengukuran di atas mobil tangki enggak berkurang. Namun, saat berada di tangki penimbunan minyak susut," ujarnya.

Berdasarkan data dari GPS, lanjutnya, biasanya lama mobil tangki berhenti di kawasan Jalan Yos Sudarso berkisar dari 10 menit hingga 20 menit. Padahal, aturan Pertamina sudah jelas, truk tangki dilarang berhenti saat mengantar BBM ke SPBU.

"Saya pantau GPS itu, truk selalu berhenti, banyak kali alasan sopir. Umumnya mereka berhenti 15 menit hingga 20 menit. Alasanya, beli rokok, makan di warung dan ban bocor. Ada saja jawaban dan alasan mereka waktu ditanya. Padahal seharusnya, mobil tidak boleh berhenti," katanya.

Pecat 22 Sopir Truk Tangki


PT Elnusa Petrofin Wilayah Kota Medan, anak perusahaan Pertamina, yang mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM), telah memecat 22 sopir truk tangki pengangkut BBM. Sebab, mereka terbukti melakukan bongkar muat BBM di Jalan Yos Sudarso.

Kepala PT Elnusa Petrofin Wilayah Medan Sabaruddin Ahmad, mengatakan, selama Januari hingga Maret 2016, sudah memberi tindakan tegas berupa pemecatan kepada sopir yang terbukti bongkar muat BBM alias "kencing" di pinggir jalan.

"Menurut aturan sopir tidak boleh berhenti sesuka hari di pinggir jalan. Kami pecat 22 sopir karena terbukti bersalah. Itu untuk periode Januari hingga Maret. Pemecatan itu berdasarkan bukti, kami tidak memecat sesuka hati. Jadi mobil tangki ada GPS, ketika mobil berhenti terdeteksi, kami tinjau ke lapangan dan terbukti ada bongkar muat," ujarnya saat dihubungi, Senin (25/4).

Ia menyampaikan, kewenangan membentuk tim khusus guna mencegah "kencing" di jalan ada di Pertamina bukan Elnusa. Karena itu, ia menyarankan Tribun meminta langsung tanggapan Pertamina.

"Anda dapat nomor handphone saya dari siapa ya? Anda harus tahu dulu posisi saya sebagai apa. Bila ditanya tim khusus pencegahan truk BBM "kencing" merupakan kewenangan Pertamina, bukan kami," katanya.

Tatkala Tribun menyebutkan berdasarkan tinjauan di kawasan Jalan Yos Sudarso banyak truk tangki Pertamina yang berhenti dan mengeluarkan BBM, ia langsung bilang, bila ada foto dan bukti langsung dipublikasi.

"'Kencing' ya. Daerah mana saja? Lho ada di situ (Jalan Yos Sudarso) liat dulu jenis avtur atau premium. Taandanya apa kalau itu Premium? Avtur juga warna merah (truk warna merah). Angkutan avtur warna merah, coba dipastikan dulu," ujarnya.

Ia berharap, aparat penegak hukum harus melakukan tindakan, seperti penggerebekan. Apalagi operasi siong merupakan bentuk penyimpangan sopir truk tangki BBM. Ia mengatakan, sopir truk tetap bongkar muat BBM di jalan, meski Elnusa sudah memberikan sanksi tegas.

"Permintaan saya masalah itu bisa ditertibkan, dalam artian dibasmi. Sebenarnya itu penyimpangan. Kami sudah bolak-balik beri tindakan, tapi masih juga beroperasi dan masih ada sopir melakukan penyimpangan itu. Jadi, petugas keamanan bisa menertibkan lokasi itu," katanya.

Ia mengklaim, memberi hukuman kepada pegawai yang melakukan penyimpangan dalam proses penyaluran BBM. Maka dari itu, guna mematikan bisnis siong, penegak hukum harus memberikan tindakan tegas berupa penggerebekan.

"Kalau dari kita, pengelola, kalau terbukti pasti memberi hukuman kepada sopir. Kalau masalah lokasi harapan kami petugas keamanan harus melakukan tindakan. Karena kalau kami sudah banyak memberikan tindakan," ujarnya
Staf Humas Pertamina Regional Sumatera Bagian Utara Arya menambahkan, Pertamina telah memiliki sistem pengamanan truk tangki yang bagus seperti menerapkan Global Positioning System (GPS) dan segel di keran truk.

"Jika dalam perjalanan ada indikasi terjadi pengurangan BBM, maka SPBU memiliki hak untuk tidak menerima truk tangki tersebut. Terima kasih atas informasinya apabila ada informasi terkait BBM 'kencing' di jalan mohon dilaporkan ke aparat berwajib agar diproses secara hukum," katanya.

Menurutnya, Pertamina mendukung segala upaya penegakan hukum bila ada truk tangki Pertamina yang "kencing" di jalan agar siong tidak beroperasi lagi.

"Pertamina siap mendukung segala upaya penegak hukum terkait hal tersebut. Dan, apabila terbukti, akan ada sanksi tegas sesuai aturan," ungkapnya.(tim)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved