Teror Bom
Sedih, Cobaan Bertubi-tubi Menimpa Keluarga Intan Olivia. Kenapa Tuhan?
Sebuah fakta yang cukup mengejutkan dan hanya menjadi rahasia Tuhan kenapa Intan Olivia Banjarnahor
Sebelumnya, Agustini menjelaskan setibanya mereka (Intan dan Orangtuanya) tiba di Samarinda, Kalimantan Timur, Intan dan sekeluarga beribadah di Gereja Oikumene sekaligus
“Saya pernah tinggal di Samarinda, sehingga paham betul, gerejanya gabung, kalau pagi yang beribadah untuk jemaat Oikumene dan siangnya jemaat HKBP," katanya.
"Jadi siang itu, saya masih kerja, saya baca berita online ada bom meledak di gereja itu. Saya telepon Abang saya (ayah Intan) tidak merespon, kemudian saya sms (kirim pesan singkat via ponsel) juga tak dibalas,” ujarnya.
Ini yang Dilakukan Intan Sebelum Ledakan
Agustini Banjarnahor tak bisa menyimpan rasa kesedihannya setelah mengetahui kemanakannya Intan Olivia Banjarnahor tewas terkena ledakan saat di Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda Kalimantan Timur.
Menurut Agustini, sebelum terkena ledakan, bocah berusia 2,5 tahun itu sibuk bermain bersama temannya.
"Sebelum ledakan terjadi, Intan masih bermain-main bersama temannya. Enggak lama, datanglah pelaku melemparkan bom," kata Agustini di kediamannya Jalan Gagak Hitam/Ringroad, Senin (14/11/2016).
Keluarga menangisi kepergian balita Intan Olivia di RSUD Abdul Wahab Syahranie, Senin (14/11/2016).
Intan Olivia adalah salah satu dari empat anak yang menjadi korban ledakan bom di depan Gereja Oikumene, Minggu (13/11/2016).
Setelah terkena ledakan, Intan sempat terpental di seputaran halaman gereja. Bocah malang itu menggelepar dengan kondisi luka bakar di sekujur tubuh.
"Menurut saudara di Samarinda, Intan sempat menjalani operasi di sana. Namun menurut dokter, Intan terlalu banyak menghirup asap," terang Agustini dengan mata berkaca-kaca.
Karena paru-paru Intan mengalami gangguan, bocah malang itu akhirnya meninggal dunia pagi tadi. Agustini pun mengaku hanya bisa berdoa untuk kemanakannya itu.
"Intan adalah anak pertama dari abang saya. Dia pun sempat ke Medan saat kakak saya meninggal dunia setelah dijambret kemarin," pungkas Agustini yang tengah mengandung 6 bulan tersebut.
Minggu (13/11/2016) pagi, sekitar pukul 10.10 Wita, terjadi ledakan di depan gereja Oikumene, Jalan Cipto Mangunkusumo, Samarinda, Kaltim.
Bom diledakkan seorang pria diduga bernama Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia, residivis teror bom di Jakarta dan Banten, tahun 2011.
(tio/tribun-medan.com)