Kemangteer Ajak Masyarakat Selamatkan Mangrove Jadi Sebuah Lifestyle

Laporan Wartawan Tribun Medan / Elvira Lieshanty Febryza

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Berdiri sejak 14 April 2014 silam, Kemangteer Medan menjadi wadah para penyelamat Mangrove di Medan. Kemangteer merupakan singkatan dari Kesemat Mangrove Volunteer.

Kesemat adalah sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Diponegoro.

"Kemanteer merupakan wadah komunitas sukarelawan mangrove dengan cikal bakal dari sebuah UKM Undip," beber Founder Kemangteer Medan, Doni Latuparisa, Rabu (18/1).

Dikatakan Doni, Kemangteer dibentuk dengan visi dan misi untuk mengampanyekan mangrove ke seluruh lapisan masyarakat agar menjadi sebuah gaya hidup.

Baca: Agar Siswa Peduli Lingkungan, YPI Amir Hamzah Gelar Jumat Bersih Tiap Pekan

"Kenapa harus menjadi sebuah lifestyle? Begini, Mangrove membutuhkan Relawan Mangrove di tiap kota, karena 80 Persen lebih hutan mangrove di Indonesia telah rusak. Ini merupakan salah satu bencana ekologis terbesar di bumi. Karena Indonesia memiliki 40 persen dari total hutan mangrove yang ada di dunia," jelasnya.

Doni menjelaskan, Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan. Pada saat surut tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.

Hutan ini berperan dalam menahan abrasi pantai, mencegah masuknya air laut ke daratan (intrusi air laut), sebagai tempat berlindungnya berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lain, serta merupakan habitat berbagai jenis burung, mamalia dan reptil.

Sedangkan secara ekonomi, hutan mangrove dapat menjadi tempat rekreasi dan pariwisata. Selain itu, dapat diolah menjadi makanan dan obat serta dijadikan bahan baku industri.

Melihat keadaan tersebut, akhirnya Kemangteer sepakat menjadikan penyelematan Mangrove sebagai sebuah lifestyle yang bisa dilakukan oleh semua pihak yang peduli akan keadaan tersebut.

(cr6/tribun-medan.com)