Ayah Anggi: Ada Lima Kali Dia Elus Wajah Saya, Gak Paham Kalau Itu Tanda-tanda

Dua tahun dia berbaring lemah di tempat tidur, dengan usus yang keluar dari tubuhnya. Penderitaan ini akhirnya berkesudahan.

TRIBUN MEDAN / DANIL SIREGAR
Anggirlan Nasution memegang bungkus obatnya, Anggi meninggal setelah menjalani operasi di RSUP H Adam Malik Medan 

"Saya nggak nangkap waktu itu. Nggak paham kalau itu tanda-tanda. Dia nggak mau jauh dari saya, dari mamaknya (ibu). Dia minta kami temani dia terus," kata Adlyn dengan nada bicara tersendat-sendat.

Adlyn berupaya menahan jatuh air matanya, namun gagal.

"Anggi bilang, kalau saya pergi, kalau mamak gak kawanin dia, maka dia akan buka jahitan diperutnya," ucap Adlyn.

Infus Habis

Malam sebelum menghembuskan nafas penghabisan Anggi mengalami demam yang cukup tinggi.

Atas kondisi ini, petugas medis RSUP H Adam Malik memberikan Parasetamol yang dimasukkan ke dalam botol infus.

"Setengah botol. Memang dibatasi karena demam. Perawatnya bilang, kalau infusnya habis cepat diberitahu untuk ditambah. Tapi setelah habis, ternyata tidak langsung diganti. Waktu itu kami lapor sekitar jam setengah sebelas (22.30 WIB)," kata Adlyn.

Menurutnya, perawat yang diinformasikan perihal infus ini meminta pihak keluarga menunggu.  Akan tetapi, sampai pukul 12 tengah malam (24.00), infus baru tidak kunjung datang.

"Akhirnya saya datangi lagi perawatnya. Kesal saya. Agak tinggi suara saya. Barulah mereka ganti infusnya itu," ucapnya.

Setelah diinfus, Anggi sempat buang air besar lagi. Sempat tidur sebentar namun kemudian mengeluh mual dan dadanya sesak. Anggi muntah-muntah. Adlyn lari ke perawat, melaporkan kondisi Anggi.

"Yang datang perawatnya muda sekali. Mungkin mahasiswa yang sedang magang atau perawat baru. Dia pasang selang kecil di hidung Anggi. Kasih oksigen, katanya. Padahal waktu itu kondisi Anggi sudah payah. Sudah megap‑megap kesulitan bernafas. Istri saya teriak-teriak karena panik," ujarnya memaparkan.

Teriakan Marina membuat perawat lain datang membawa oksigen dalam tabung berukuran lebih besar.

"Dipasang lagi selang ke hidung Anggi. Sudah tidak bergerak lagi anak kami ini. Lalu mereka memompa dadanya. Tidak ada gerakan. Terus mereka periksa dan bilang kalau Anggi sudah meninggal dunia," kata Adlyn.

"Kami sedih sekali. Kami sudah pasrah, tapi bagaimanapun Anggi anak kami yang sangat kami sayangi. Kami sedih sekali. Malam itu, dokter enggak ada. Dokter tidak datang. Hanya ada perawat. Tapi di surat kematian ada tanda tangan dokternya," sebut Adlyn menambahkan.

Penderitaan Anggi berawal dari operasi yang dijalaninya di RSUD Dr Pirngadi Medan pada medio April 2015 karena keluhan awal sakit perut dan tidak bisa buang air usai berenang.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved