Baca Edisi Cetak Tribun Medan
Satu Tewas Tertembak, Baru Kali Ini Lihat Berdarah-darah Gitu
"Baru kali ini saya lihat ada orang ditembak kek gitu. Kakinya kulihat sudah berdarah-darah. Sampai sekarang saya masih bergetar kalau ingat kejadian,
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) memberondong mobil anggota jaringan narkoba asal Aceh di Jalan Medan-Binjai, Km 10,3, Desa Lalang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Rabu (1/3/2017).
Dampaknya, seorang bandar narkoba tewas kena peluru panas petugas BNN.
Petugas BNN terpaksa melakukan tindakan tegas, dengan melepaskan tembakan, karena para bandar narkoba mencoba melarikan diri. Letupan senajata petugas BNN, yang berulang-ulang, membuat warga di sekitar lokasi kejadian kaget.
Baca: Heboh Putri Arab Cantik Tak Berhijab, Mahfud MD Bandingkan dengan Najwa Shihab
Baca: Biadab, Guru Pria Diculik 4 Wanita lalu Diperkosa usai Diberi Cairan, saat Bangun Alat Vitalnya . .
Baca: Ebi Frustrasi Kerap Pergoki Istri dan Putrinya Lakukan Ini pada Organ Intim, Ia Minta Cerai
Seorang penarik becak motor (pebetor) mengira letupan senjata api itu, lantaran ada penangkapan teroris.
"Saya kebetulan lagi mau ngantar sewa ke pajak (Kampung Lalang). Pas melintas sebelum kantor BPBD, semua kendaraan dihentikan. Katanya ada polisi melepaskan tembakan. Saya kira, awalnya polisi mau nangkap teroris. Kan sudah sering juga teroris lari ke daerah Sunggal ini," ungkap Anto (35), warga Jalan Medan-Binjai Km 15, Rabu pagi.
Lantaran tak bisa meneruskan perjalanan, Anto memarkir betornya di dekat warung asongan. Ia sempat meninggalkan penumpangnya di atas becak, untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Saya agak berlari kecil untuk melihat kejadian itu. Saya lihat, beberapa orang laki-laki pakai rompi hitam menembaki dua mobil yang ada di tengah jalan," ungkap Anto. Tak lama berselang, Anto pun akhirnya tahu orang yang memakai rompi hitam itu adalah petugas BNN.
"Saya lihat rompinya, ada tulisan BNN. Terus saya balik lagi ke becak," ungkap pria tersebut. Ia menambahkan, tak ada perlawanan dari orang yang diduga bandar narkoba itu saat diberondong petugas dengan tembakan. Hal senada juga disampaikan Cut (40). Pemilik warung nasi di depan kantor BPBD Sumut itu, bahkan sempat sembunyi di balik pintu warungnya.
Baca: Putri Arab Saudi nan Cantik Itu Tak Berhijab seperti Kebanyakan Perempuan Saudi, Kenapa?

"Saya kira nangkap teroris. Kok berkali-kali ditembak. Begitu saya keluar warung, rupanya mereka (BNN) nangkap bandar narkoba," kata Cut.
Ia melihat, seorang petugas BNN yang membawa senjata laras panjang menembak ban mobil CRV BK 1189 OG, yang dikendarai Dedi. Begitu mobil berhenti, Dedi yang duduk di bangku kemudi lantas ditarik keluar mobil, kemudian diborgol.
Sementara itu, mobil Daihatsu Xenia BK 1856 KV yang dikendarai Risman rusak berat akibat diberondong peluru petugas BNN. Alhasil, Risman tewas dengan luka tembak di tubuh. Di mobil yang dikemudikan Risman terdapat banyak lubang kecil bekas peluru petugas BNN.
Baca: Enam Polisi Terluka saat Kerusuhan di Lapas, Kapolda Jambi Sambangi Lokasi
Baca: Situasi Kian Mencekam, Letusan Senjata Api Belasan Kali Terdengar dari dalam Lapas
Baca: Doa Cesar YKS Buat Raja Salman yang Pernah Memberinya Kesempatan Berhaji Gratis
"Yang saya dengar, pelaku-pelakunya ini sudah diikuti dari Binjai. Begitu sampai di dekat kantor BPBD ini, mobil dihentikan, tapi mereka mau kabur," kata perempuan berkerudung hitam tersebut.
Sedangkan Yunus mengaku, sedang bersama cucunya saat kejadian. Lokasi kejadian hanya berjarak 10 meter dari posisi Yunus dan cucunya. Saat itu, Yunus tengah bersama cucunya, yang hendak ia antar ke sekolah.
"Saya tadi ada di simpang itu. Lagi kubonceng cucuku tadi. Kudengar ada letusan, terkejut aku. Terus kulihat ada keluar dari mobil pakai rompi BNN, dan bawa senjata, kemudian ada letusan lagi, langsung berlarian kami semua," ujarnya di lokasi kejadian.
Menurut Yunus, tembakan yang diarahkan ke mobil minibus berwarna hitam tak terhitung jumlahnya. Personil BNN, yang melepaskan tembakan, lebih satu orang.
"Banyaklah pokoknya tadi peluru yang ditembakkan. Kaca belakang mobilnya bolong-bolong. BNN- nya ada yang pakai senjata yang laras panjang. Ada juga beberapa yang pakai pistol tadi," ujarnya.
Yunus menuturkan, saking ketakutanya, warga banyak yang meninggalkan sepeda motor atau mobil di jalanan.
"Saya tadi langsung merayap ke tembok-tembok sana. Takut kena peluru nyasar. Apalagi aku bawa anak-anak, sepeda motorku kutinggalkan aja. Banyak juga tadi sepeda motor berjatuhan karena pengendaranya lari. Ada juga yang tiarap-tiarap tadi," ujarnya.
Warga lainnya, Linda yang membuka usaha laundry, yang hanya berjarak lima meter dari lokasi kejadian, mengatakan, saat kejadian banyak mobil pribadi, bus dan sepeda motor di lokasi.
"Pagi-pagi kan biasa macet di sini. Banyaklah bus, kereta (sepeda motor) sama mobil pribadi. Nah, pas ada letusan langsung berlarianlah orang itu. Saya pun terkejut. Saat melihat keluar, saya lihat ditembaki mobil yang berwarna hitam itu. Lalu ada satu mobil bus Murni, yang penuh penumpang. Keluar mereka semua saat mendengar suara tembakan. Mereka masuk ke rumah kami. Aku pun ikut masuk ke rumah lagi, takut aku," katanya.
Linda menambahkan, membuka pintu rumahnya, setelah suara tembakan tak terdengar lagi. Ia dan warga lain melihat sopir minibus, yang digunakan terduga bandar narkoba tewas. "Tadi pas dibuka pintu mobilnya, sudah mati sopirnya," ujarnya.
Ia menuturkan, meski kejadian penembakan tersebut hanya sekitar 15 menit, namun memberi ketakutan yang luar biasa.
"Baru kali ini saya lihat ada orang ditembak kek gitu. Kakinya kulihat sudah berdarah-darah. Sampai sekarang saya masih bergetar kalau ingat kejadian itu. Mudah-mudahan tidak ada kejadian serupa lagilah, ngeri," ujarnya.
Berusaha Melarikan Diri
Berdasar informasi di lapangan, petugas BNN yang mengendarai tiga unit mobil sudah mengintai keberadaan para tersangka sejak masuk ke perbatasan Kota Medan. Lantaran informasi yang didapat telah akurat, petugas BNN bersenjata lengkap kemudian menyetop mobil kedua tersangka. Sayangnya, kedua tersangka berusaha melarikan diri sehingga petugas BNN terpaksa melepaskan tembakan.
Saat Tribun tiba di lokasi sekitar pukul 09.30 WIB, dua unit mobil yang ditembaki sudah dibawa ke halaman kantor BPBD Sumut. Di sana, mobil digeledah dan ditemukan barang bukti sabu 38 kg. Awalnya, sabu itu disimpan di dalam lima tas ransel di dalam mobil Xenia.
Setelah menemukan barang bukti, petugas BNN kemudian meminta sejumlah tersangka tiarap di dekat mobil yang sudah ditembaki. Dua tersangka, hasil pengembangan kasus teresebut masing-masing Juned dan Andri, tampak diborgol. Mereka dijemur di bawah terik matahari hingga terlihat lemas.
Juned, pria berkepala plontos berkaus hijau bahkan berulang kali meminta air mineral kepada petugas. Lantaran cuaca cukup menyengat, Juned yang sudah berkeringat kemudian mengambil posisi duduk dan menempelkan kepalanya di ban belakang mobil Xenia yang sudah ditembaki petugas.
"Haus Pak, saya minta minum," katanya dengan suara samar-samar. Sementara itu, tersangka Andri yang ditangkap di Jalan TB Simatupang, Gang Langgar, Sunggal, persisnya di kediaman Habib, oknum Polisi Militer Kodam I/Bukit Barisan mengaku, tak mengenal Juned. Padahal, ia ditangkap bersama Juned dengan barang bukti sabu dan ekstasi.
"Saya tadinya cuma diminta datang aja ke rumah itu (Habib). Katanya saya disuruh membawa mobil," ungkap Andri kepada petugas Intel Polrestabes Medan. Sesampainya di rumah Habibi, lanjut Andri, ia malah ditangkap bersama Juned.
"Enggak tahu saya. Saya cuma mau bawa mobil," katanya. Hampir menjelang pukul 14.00 WIB, petugas BNN yang juga melakukan pengembangan kasus tersebut ke Jalan Johor Permai, Gang Melinjo, Medan Johor datang mengendarai mobil Honda CRV BK 1976 ZB. Mobil itu kemudian masuk ke halaman kantor BPBD, dan diparkirkan di depan pintu masuk sebelah kiri kantor.
Saat petugas BNN turun dari mobil, seorang lelaki yang belakangan diketahui bernama Heri, ikut turun dengan tangan diborgol. Lelaki yang mengenakan kemeja santai itu lantas diminta menunjukkan di mana ia menyimpan sabu.
"Ada di bawah bangku depan Pak," katanya. Mendengar penuturan Heri, petugas BNN bertubuh tegap kemudian memintanya membongkar sendiri tempat penyimpanan sabu tersebut. Setelah karpet yang ada di bangku bawah mobilnya dibuka paksa, tampaklah bungkusan sabu berlabel teh China warna keemasan. Total, ada sekitar 7 kg sabu.
"Nah, di mana lagi kamu simpan. Kamu tunjukkan saja," kata petugas BNN. Heri mengatakan, hanya itu saja sabu miliknya. Usai menjalani pemeriksaan singkat, pria berkulit putih yang dikabarkan bekerja sebagai kontraktor ini kemudian digiring ke lantai dua gedung BPBD.
Di situ, Heri disatukan dengan tersangka lain yang lebih dulu ditangkap petugas. Pascapenangkapan yang dibarengi penembakan tersebut, sejumlah TNI baik intel maupun polisi militer berseliweran di kantor BPBD. Mereka hendak memastikan kebenaran adanya keterlibatan oknum anggota polisi militer bernama Habibi dalam kasus tersebut.
Dari rumah Habibi, Jalan TB Simatupang, Gang Langgar, petugas BNN menyita satu pucuk senjata api jenis FN. Senjata yang disita itu sempat dicek Komandan Detasemen Polisi Militer I/5, Mayor POM David M. Saat pemeriksaan senjata, pintu kaca di lantai satu gedung BPBD ditutup polisi. David bersama Kapolsekta Sunggal Kompol Daniel Marunduri tampak serius mengecek nmor senjata jenis FN itu.
Satu Tewas
Menjelang sore hari, Deputi Bidang Pemberantasan Narkotika BNN Irjen Arman Depari tiba di kantor BPBD Sumut. Ia didampingi Deputi Bidang Psikotropika dan Prekursor BNN, Brigjen Anjan Pramuka. Berdasar penuturan Arman, mereka menangkap 10 orang sindikat pengedar, pengendali dan kurir narkoba, satu di antaranya tewas.
"Mereka semua kami amankan setelah tim melakukan pengintaian selama tiga minggu. Dari informasi yang kami terima, dalam minggu ini bakal masuk narkoba jenis sabu yang jumlahnya lumayan banyak," kata Arman sembari menunjukkan sabu hasil tangkapan timnya.
Jendral bintang dua ini menyebut, setelah mendapat data yang akurat, timnya kemudian megintai dua kendaraan yang datang dari Aceh. Kendaraan itu masing-masing Honda CRV dan Daihatsu Xenia.
"Ketika mobil yang dicurigai diminta berhenti, pengemudinya malah mempercepat kendaraan. Sehingga, petugas yang melakukan penangkapan terpaksa memberikan tembakan peringatan, namun tidak diindahkan," kata Arman. Sesuai prosedur, anggotanya kemudian menembak mobil Xenia hingga menewaskan Risman, sopir mobil tersebut.
"Dari mobil ini, kami menemukan 38 bungkus narkoba jenis methamphetamin atau sabu. Lalu, tim melakukan pengembangan ke Jalan Johor Permai, Gang Melinjo ke rumah H (Heri) dan menemukan barang bukti sabu seberat 7 kg," kata Arman.
Mantan Kapolda Riau tersebut mengatakan, pihaknya kembali melakukan pengembangan ke tempat lain di Jalan TB Simatupang, Gang Langgar, Medan Sunggal. Rumah itu, katanya, diidentikkan sebagai tempat tinggal anggota TNI berinisial HA (Habib). "Dari rumah anggota TNI itu, kami dapati tiga jenis narkoba. Yakni sabusabu, ekstasi dan happy five atau H-5," katanya. Sayangnya, ketika petugas BNN tiba di rumah tersebut, Habibi yang bertugas sebagai Polisi Militer ini telah lebih dulu melarikan diri. Namun, di rumahnya ditangkap sejumlah pria termasuk adik kandung Habibi.
"Total barang bukti yang kami sita dalam kesempatan ini sebanyak 59 bungkus plastik sabu dengan berat bersih 46,9 kg. Lalu, 3.620 butir pil ekstasi warna hijau kebiruan, dan pil H-5 sebanyak 465 butir," ungkap Arman.
Selain itu, sambungnya, turut disita 25 unit handphone berbagai merek, dan satu pucuk senjata api.
"Mengenai adanya keterlibatan anggota TNI itu, saya rasa bisa ditanyakan langsung kepada Dandenpom yang hadir," kata Arman. Dalam kasus ini, lanjut Arman, para tersangka dijerat Pasal 111, 112, 114 dan 132 UU RI No 35 tahun 2009 tentang Tindak Penyalahgunaan Narkoba, dengan ancaman 20 tahun dan maksimal hukuman mati.
"Perlu kita ketahui, bahwa sabusabu ini beralasan dari China. Masuk ke Malaysia dan diteruskan ke Indonesia melalui jalur laut di pantai timur," ungkap Arman. Dandenpom I/5 Medan, Mayor POM David M mengatakan, pihaknya masih mendalami keterlibatan Habibi. "Saya belum tahu dia pangkatnya apa. Ini masih kami dalami. Untuk lebih jelas, bisa ditanyakan ke Kapendam saja ya," kata perwira berpangkat satu melati kuning di pundak ini.
(ray/ryd/tribun-medan.com)