Kisah Inspiratif

Keren, Dua Pelajar Mendadak Populer lantaran Usaha Sampingan Beromzet Puluhan Juta, Kok Bisa?

Dua siswa tingkat menengah atas ini mendadak populer. Kisahnya yang menginspirasi mengemuka setelah disentil akun Twitter terverifikasi Kemdikbud

TWITTER/@KEMDIKBUD_RI
Fajar baru saja lulus SMA, ia ingin kuliah dan saat ini menabung dari hasil usahanya jualan Mochi bikinan sendiri. Omzet per bulan capai Rp 36 juta per bulan. (TWITTER/@KEMDIKBUD_RI) 

TRIBUN-MEDAN.com - Dua siswa tingkat menengah atas ini mendadak populer. Kisahnya yang menginspirasi mengemuka setelah disentil akun Twitter terverifikasi Kemdikbud, Senin (6/3/2017).

Akun resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan @Kemdikbud_RI mengunggah banyak tweet, dua di antaranya kiprah pelajar tingkat menengah yang mandiri mencari uang dengan cara berwirausaha.

Baca: Ari Wibowo Doakan Ahmad Dhani Sembuh, Netizen: Hanya Tuhan yang Bisa Cabut Penyakitnya

Baca: Nikita Mirzani Dicecar usai Berpose Angkat Satu Kaki dan Tutupi Bagian Sensitif dengan Tangan

Baca: Menyentakkan, Sosok Pria Cantik Ini Diduga Hancurkan Rumah Tangga Aming-Evelyn

Baca: Bikin Ngakak, Tulisan Spanduk Salon Mendadak Viral di Jagat Maya, Ini Penyebabnya

"Fajar, lulusan SMKN 1 Cibadak jd pengusaha kue"Mochi" omzetnya 36 jt rupiah/bln. Lg nabung buat kuliah. Doakan ya!," cuit @Kemdikbud_RI.

Tweet lainnya.

"Sahabat Dikbud, siswa SMK di Malang ini sudah jadi pengusaha dengan omzet puluhan juta rupiah," kicau @Kemdikbud_RI.

Baca: Beranikah Anda Melihat 5 Tradisi Tak Lazim Ini? Bikin Bergidik dan Ngeri

Dalam kicauan tersebut diberi pula tautan berita situs Kemdikbud terkait kiprah Fahris dalam berwirausaha.

Beritanya silakan langsung menuju situs Kemdikbud klik di sini.

Baca: Aksi Keren Wisudawan, dari Rumah ke Kampus Naik Skateboard, Bukan Tanpa Alasan

Baca: Mengagetkan, Selagi Masih Hidup Jupe Tagih Janji Ahok, Akun Instagramnya Mendadak Dijejali Haters

Ahok dan Jupe. (Instagram)
Ahok dan Jupe. (Instagram) (Instagram)

Kisah inspiratif inipun mengundang tanggapan positif netizen.

"Smga bs jd contoh yg baik utk mengembangkan ekonomi kreatif tnp nunggu bantuan pemerintah. @Kemdikbud_RI #Inspiratif," tulis akun Djenz™‏ @djenar_indra.

"@Kemdikbud_RI HEBAT," puji Leni Rohaeni‏ @lenirohaeni80 .

"@Kemdikbud_RI mantap entrepreneurship muda....ayo bangkit anak muda," imbuh yosep paron kabon‏ @yos_pk.

"@Kemdikbud_RI amiiin... ini adalah motivator sesungguhnya utk para pelajar dan pemuda Indonesia..." komentar Hanna‏ @Hanna_mamadhea.

Baca: Reunian Sesama Bintang Film Dewasa, Miyabi dan Rinka, Ini Foto-fotonya

Baca: Menilik Efek yang Sering Dirasakan Perokok Pemula, Waspadai Bahaya Ini

Baca: Aming Akhirnya Buka Suara Beberkan Alasan Meninggalkan Istrinya, Sangat Menohok

Kisah Fahris

Selain Fajar yang menyita perhatian netizen, ada Fahris yang kiprah usahanya dikupas melalui situs resmi Kemdikbud.

Berikut kiprah Fahris seperti dilansir dari blog resmi Kemdikbud sesuai tulisan asli.

Fahris Tauzinasy Syifa, siswa kelas XII SMK Negeri 4 Malang, Jawa Timur, telah menjadi seorang pengusaha percetakan di usianya yang baru menginjak 18 tahun.

Niatnya berwirausaha baru muncul setelah ia mengikuti pembelajaran di sekolahnya untuk program keahlian Produksi Grafika.

Meski usaha yang dirintisnya baru berusia satu tahun, Fahris sudah bisa mendapatkan omset bernilai puluhan juta rupiah.

Fahris mengaku, awalnya ia tidak berminat masuk sekolah menengah kejuruan (SMK). Motivasinya masuk SMK karena mengikuti keinginan orang tua yang menginginkan anaknya memiliki keahlian setelah lulus dari pendidikan menengah.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamilberikan apresiasi pada siswa SMA 6 Bandung atas keberaniannya mengejar terduga teroris bom panci.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamilberikan apresiasi pada siswa SMA 6 Bandung atas keberaniannya mengejar terduga teroris bom panci. (INSTAGRAM LIVE/RIDWANKAMIL)

Bahkan ia sendiri tidak paham seperti apa program keahlian Produksi Grafika yang dipilihnya di SMKN 4 Malang.

"Dulu pas masuk sini (SMKN 4 Malang) nggak tau apa itu produksi grafika. Lalu pas sudah masuk sekolah, belajar, dan lihat-lihat mesin cetak, saya jadi tertarik dan ingin buka usaha percetakan sendiri," katanya mengenang masa-masa awal menjadi siswa SMK Negeri 4 Malang.

Fahris bertutur, suatu hari di sekolah pernah ada sesi diskusi dengan guru dan teman-temannya mengenai cita-cita.

Saat ia mengutarakan cita-citanya menjadi pengusaha percetakan, teman-temannya menertawakannya. "Saya diketawain teman-teman waktu itu," tuturnya.

Untuk memperlihatkan keseriusannya, Fahris pun mendirikan perusahaan percetakan yang diberi nama Barokah Printing, dengan modal dari tabungannya sendiri.

Barokah Printing didirikan pada tanggal 11 Januari 2016. Lalu sekitar enam bulan kemudian berubah nama menjadi Asa Printing.

"Dulu waktu pakai nama Barokah Printing itu baru dalam tahap penyusunan strategi saja."

"Terus setelah udah mulai serius dan terjun ke lapangan saya minta restu dari orang tua, saya minta saran juga. Dari situ sama Ayah saya dikasih nama Asa Printing," ujar Fahris. Ia menambahkan, kata "Asa" berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti kemenangan atau harapan.

Seperti layaknya seseorang yang memulai usaha, Fahris juga merasakan jatuh-bangun.

Saat mendapat pesanan cetakan untuk pertama kalinya, ia langsung rugi sekitar Rp2 juta rupiah karena kliennya tidak puas dengan hasil cetakannya, dan meminta dicetak ulang. Kala itu Fahris masih menggunakan pihak ketiga untuk mencetak pesanan yang diterimanya, sehingga ia tidak bisa mengawasi secara langsung saat proses pencetakan.

Sekarang Fahris sudah bisa menggunakan mesin cetak di sekolahnya lewat fasilitas Unit Produksi dan Jasa (UPJ). Mesin cetak di SMKN 4 Malang menggunakan mesin cetak Offset Printing Machine GH 524 dan Thermal CTP Platemaker Speedy 560/110, dengan merk Gronhi.

Mesin cetak empat warna itu merupakan bantuan dari Asian Development Bank (ADB). Dengan meminjam mesin cetak di Unit Produksi dan Jasa SMKN 4 Malang, Fahri dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap proses pencetakan dan hasil cetaknya.

Saat ini ia sudah memiliki dua karyawan tetap yang terdiri dari alumni SMKN 4 Malang dan siswa SMKN 4 Malang yang berlatar belakang teknologi informasi, khususnya bagian desain. "Freelance juga banyak, bisa belasan sampai puluhan, tergantung orderan cetakan," ujar anak tengah dari tiga bersaudara itu.

Omset yang diterimanya pun pernah mencapai puluhan juta rupiah.

Awal tahun 2017 ini ia baru saja mendapatkan pesanan untuk mencetak ratusan kalender dari sebuah hotel ternama di Malang.

Penyuka sepak bola itu merasa bersyukur mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah maupun keluarga dalam menjalani usahanya.

Selain diperbolehkan menggunakan fasilitas di UPJ, Fahris juga merasa terbantu saat berkonsultasi dengan salah satu guru, Rini Soesilowati, seorang guru di program keahlian Persiapan Grafika.

Fahris pernah meminta petunjuk dari Rini mengenai cara membuat nota kesepahaman atau surat kontrak saat menerima pesanan. Di acara syukuran setahun berdirinya Asa Printing, ia pun mengundang Rini untuk datang ke acara tersebut, tapi Rini berhalangan untuk hadir.

Esok paginya di sekolah, Rini mendapati di atas mejanya terdapat sebuah parsel buah yang dikirimkan Fahris sebagai ucapan terima kasih dan syukur.

"Saya terharu, sampai hampir menangis melihatnya," tutur Rini yang tidak menyangka Fahris sangat memperhatikan konsultasi yang dianggapnya tidak seberapa itu.

Sebagai guru, ia juga mengaku sangat senang dengan keberhasilan Fahris berwirausaha.

Dukungan dari keluarga juga diterima Fahris, meskipun pada awalnya keluarganya sempat keberatan dengan niatnya berwirausaha sambil bersekolah.

"Takut sekolah terganggu," kata Fahris saat ditemui usai ujian praktik kejuruan UPK), di Gedung SMKN 4 Malang, Jawa Timur, Jumat (3/3/2017).

Namun, ia berhasil membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia bisa melakukan manajemen waktu dengan baik, antara sekolah, berwirausaha, dan kegiatan "mondok" di Pondok Pesantren Islam Darul Makin Malang.

"Sekolah sampai jam 3. Terus jam 3 sampai jam 5 saya cari order (pesanan). Lalu mondok, ngaji sampai jam 8, lanjut mengerjakan tugas sekolah di pondok sampai tengah malam, tidurnya di pondok. Makanya kadang saya suka ngantuk-ngantuk kalau lagi di sekolah," tuturnya sambil tersenyum.

Siswa yang akan mewakili sekolahnya dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) itu berencana melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah setelah lulus dari SMK nanti. "Saya ingin kuliah sambil berwirausaha," ujarnya.

Menariknya, jurusan yang dipilihnya di perguruan tinggi nanti tidak linier dengan jurusannya di SMK, maupun kegiatannya berwirausaha.

Pria kelahiran 1 November 1998 itu tidak berniat mengambil jurusan teknik maupun manajemen, melainkan jurusan psikologi.

"Saya tertarik dengan psikologi. Itu yang sesuai dengan pilihan hati saya," tutur Fahris.

Fahris telah membuktikan bahwa siswa SMK mampu berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja.

Ia juga menjadi contoh mampu bersaingnya siswa SMK dalam perputaran roda ekonomi, khususnya di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Ia dan sekolahnya telah menjadi praktik baik (best practice) bagaimana lulusan SMK bisa berkualitas dan memiliki daya saing, sesuai dengan yang diharapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Sumber Daya Manusia Indonesia.

(TribunWow/ Rimawan Prasetiyo)

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved