Amerika Serikat Masukkan Indonesia ke Dalam Daftar 'Negara Curang', Kenapa?

Mereka akan mencari bukti 'kecurangan', perilaku tidak pantas, kesepakatan perdagangan yang belum dijalankan sesuai janji, pelanggaran hukum.

Reuters
Donald Trump dan Obama 

TRIBUN-MEDAN.com - Presiden AS Donald Trump akan memerintahkan stafnya untuk mengumumkan negara-negara yang bertanggungjawab atas defisit neraca perdagangan AS yang nilainya mencapai hampir US$ 50 miliar, Jumat (31/3/2017).

Para pejabat tinggi pemerintahan AS mengatakan Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif yang bertujuan menemukan akar penyebab di balik terjadinya defisit perdagangan Amerika.

Baca: Tulisan Tsania Marwa Buat Atalarik Syach: Aku Masih Ibu dari Anak-Anak Kamu

Baca: Tatkala Prabowo Diteriaki Makar, yang Dilakukan Mantan Danjen Kopassus Ini Tak Terduga

Baca: Alamak, Laporkan Nikita Mirzani, Sajad Ukra: Saya Sudah Kehabisan Akal

Sajad Ukra saat berada di Pelangi Cafe, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2017). (Warta Kota/Junianto Hamonangan)
Sajad Ukra saat berada di Pelangi Cafe, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2017). (Warta Kota/Junianto Hamonangan) (Warta Kota/Junianto Hamonangan)

Ini merupakan langkah pertama AS yang mengimplementasikan retorika perdagangan ke dalam tindakan nyata.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan satu perintah eksekutif akan memerintahkan analis menganalisa satu per satu transaksi perdagangan dengan perbandingan negara dengan negara dan produk dengan produk.

Analisis ini harus dilaporkan kembali kepada Trump dalam 90 hari ke depan.

Mereka akan mencari bukti 'kecurangan', perilaku tidak pantas, kesepakatan perdagangan yang belum dijalankan sesuai janji, pelanggaran hukum,  jomplangnya nilai tukar, dan masalah dalam World Trade Organization.

"Hal ini akan menjadi dasar keputusan bagi pemerintah," katanya.

Perintah ini muncul sepekan sebelum pertemuan Trump dengan Presiden ChinaXi Jinping.

Banyak pihak yang menilai, hal ini merupakan peringatan dini atas Beijing.

"Berdasarkan data yang ada, salah satu sumber defisit perdagangan AS adalah China," kata Ross seraya menambahkan ada sejumlah negara lain yang juga masuk dalam daftar.

Baca: Djarot: Dukungan Ketua Dewan Pakar Agus-Sylvi Bukti Cairnya Politik

Baca: Sang Adik Blak-blakan Beberkan soal Kondisi Keuangan Julia Perez Saat Ini

Baca: Dikira Suara Kucing, Tahunya Korban Perampokan Terjebak Lima Hari di Dalam Sumur

Regu penyelamat berhasil mengevakuasi seorang pria dari dasar sumur berkedalaman lebih dari 15 meter di sebuah kebun kosong di Lingkungan Ngancar, Bawen, Kabupaten Semarang, Minggu (2/4/2017) siang. (Kompas.com/ Syahrul Munir)
Regu penyelamat berhasil mengevakuasi seorang pria dari dasar sumur berkedalaman lebih dari 15 meter di sebuah kebun kosong di Lingkungan Ngancar, Bawen, Kabupaten Semarang, Minggu (2/4/2017) siang. (Kompas.com/ Syahrul Munir) (Kompas.com/ Syahrul Munir)

Beberapa negara yang disebut dalam daftar 'curang' di antaranya: Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Prancis, Swiss, Taiwan, Indonesia, dan Kanada.

Meski demikian, Ross bilang, terjadinya defisit bukan berarti AS akan mengambil aksi balasan.

"Cukup sulit dikatakan bahwa seseorang melakukan aksi kecurangan jika mereka memproduksi barang yang kita tidak bisa produksi. Di sejumlah kasus, ada negara yang membuat produk lebih baik atau harganya lebih murah dari kita," tambahnya.

Dia kembali menekankan, "Bukan berarti semua orang yang masuk dalam daftar berlaku curang."

Sekadar mengingatkan, saat kampanye dulu, Trump berjanji akan menciptakan hubungan perdagangan Amerika dengan dunia dengan basis yang lebih menguntungkan dan mengedepankan Amerika.

 
Sumber : Channel News Asia

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved