Bom Kampung Melayu

Kapolri Sebut Pelaku Pemain Lama dan Anggota yang Gugur Mati Syahid karena sedang Bertugas

Atas peristiwa ini, ia pun menyampaikan rasa dukanya atas anggotanya yang gugur dalam bertugas serta warga sipil yang menjadi korban.

Warta Kota/Joko Supriyanto
Kapolri Jenderal Polisi, Tito Karnavian didampingi Kapolda Metro Jaya, Irjen M Iriawan melakukan kunjungan ke Terminal Kampung Melayu Untuk Melihat Lokasi Ledakan. Jumat (26/5/2017). (Warta Kota/Joko Supriyanto) 

TRIBUN-MEDAN.com - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mendatangi lokasi terjadinya bom Kampung Melayu, dengan pengawalan ketat di sekitar area Terminal Kampung Melayu ia pun langsung menyisir lokasi terjadinya ledakan bom tersebut.

Atas peristiwa ini, ia pun menyampaikan rasa dukanya atas anggotanya yang gugur dalam bertugas serta warga sipil yang menjadi korban.

Baca: Jonru Ginting Dipulangkan Paksa dari Pulau Pemana, Ini Alasannya

Baca: Polri: Pelaku Bom Kampung Melayu Anggota Jamaah Ansharut Daulah

Baca: Diberhentikan Terhormat, Ahok Dapat Pensiun Rp 10 Juta Per Bulan

Bahkan ia terpaksa membatalkan kunjungannya akibat insiden ini.

"Kami mendengar kabar bahwa terjadi insiden di Kp Melayu, kemudian saya membatalkan kunjungan. Saya kembali dan langsung ke TKP ini. Pertama-taman saya mengucapkan rasa duka sedalamnya terutama para anggota, yang sedang tugas. Mereka gugur dalam tugas," katanya saat ditemui di Kampung Melayu, Jumat (26/5/2017).

Kapolri menyebut bahwa anggotanya yang gugur adalah mati syahid, karena gugur dalam bertugas.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebut bahkan peristiwa ledakan yang terjadi di Terminal Kampung Melayu adalah pemain lama.

"Dari laporan saya terima, ini kelompok pelaku lama. Juga, kelompok Jamaah Anshar Daulah (JAD) sel bandung raya. Sebelumnya mereka sudah ada yang kita tangkap, serta sudah kita gagalkan beberapa upaya mereka," katanya.

Upaya pengagalan tersebut mulai dari peristiwa di waduk jatiluhur. Pelaku sebelumnya telah merencanakan aksi teror di simpang lima pos polisi Senen.

"Sebetulnya mereka sudah merencanakan aksi teror kepada anggota kepolisian di pos polisi Senen, simpang lima jakarta pusat. Berhasil digagalkan tim densus, sebagian dilumpuhkan di waduk jatiluhur," katanya.

Kemudian kelompok yang sama juga pernah melakukan serangan di bandung namun bom tersebut meledekan lebih dulu sebelum menuju sasaran.

"Anggota kelompok yang sama juga, melaksanakan akan melakukan serangan, di bandung, tapi bom nya meledak duluan prematur di Taman Pandawa, sehingga akhirnya melarikan diri masuk ke kantor lurah (cicendo) dilakukan pengepungan jajaran polda jabar, kemudian berhasil dilumpuhkan," katanya.

Tito menyebut bahkan kelompok ini dalam pengejaran, dan hingga kini polisi terus memburu pelaku. Namun kejadian di Kampung Melayu sangat disesalkan, menurutnya kelompok ini juga sudah belajar cara hindari deteksi intelijen kepolisian.

"Kelompok yang sama juga sebetulnya sudah kita kejar, termasuk nama ahmad kurnia, Nur salam, masuk radar densus, dilakukan pengejaran," katanya.

Atas kejadian bom Kampung Melayu diharapkan. Masyarakat tidak panik atas insiden tersebut kerena polisi terus memburu kelompok ini.

"Ini kelompok kecil, tidak perlu kita khawatirkan, dan kita akan kejar mereka. Sel mereka sudah tahu, kelompok mereka sudah tahu, saya sudah perintahkan jajaran kejar habis kelompok ini," katanya.

Sasaran Polisi

Aksi teror berulang kali menyasar ke aparat kepolisian, tak hayal aksi teror tersebut hingga memakan korban jiwa, termasuk anggota kepolisian hingga warga sipil.

Seperti halnya teror yang terjadi di Kampung Melayu, pelaku berinisial AS dan INS yang diketahui berafiliasi dengan kelompok Jamaah Anshar Daulah (JAD) ini memiliki doktrin Takfiri. Dengan doktrin itulah mereka selalu melakukan teror terhadap kepolisian.

"Mereka menggunakan doktrin Takfiri, yaitu segala sesuatu yang bukan berasal dari Tuhan itu adalah haram. Sehingga muslim yang dianggap tidak sepaham dengan mereka dianggap kafir. Kafir dibagi menjadi dua, kafir harbi kafir dzimmi. Kafir harbi adalah kafir yang memerangi mereka dan kafir dzimmi adalah kafir yang harus tunduk kepada mereka," jelas Kapolri.

Kelompok teroris tersebut menurut Tito menganggap Polri sebagai kafir harbi. Sebab polisi melakukan tugas penegakan hukum terhadap tindak pidana terorisme sesuai peraturan perundang-undangan.

"Sementara hari ini lebih dari 120 Polri jadi korban oleh kelompok ini, 40 di antaranya termasuk yang tiga orang, adalah anggota polisi yang gugur. Sementara luka-luka ada 80-an," katanya.

Tito menyebut bahwa kasus ini bukan kasus lokal, tapi fenomena global, karena di tingkat pusat, yaitu, siria, kelompok ini ditekan oleh rusia maupun barat, sehingga mereka terjadi fenomena yang namanya desentralisasi.

"Sentralnya diserang mereka terpecah dan perintahkan sel pendukung di berbagai negara untuk melakulan serangan dan mencari perhatian," katanya.

(WartaKota/Joko Supriyanto)

Sumber: Warta kota
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved