Tribun Ramadan
Hati-hati! Berbuka Puasa dengan yang Manis Bisa Picu Kegemukan
Ia menjelaskan, ketika berpuasa, kadar gula darah menurun. Lalu, saat memakan hidangan manis yang berkarbohidrat sederhana, kadar gula darah akan melo
Laporan Wartawan Tribun Medan, Elvira Lieshanty Febryza
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN – Nabi Muhammad Rasulullah SAW menganjurkan untuk berbuka puasa dengan kurma. Karenanya, timbul pemahaman bahwa ketika berbuka puasa, makanan atau minuman yang manis adalah sunnah Nabi.
Lalu, benarkah pemahaman demikian?
Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate).
Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).
Makanan dan minuman manis yang penuh dengan gula justru memicu kegemukan.
Hal ini disampaikan oleh Praktisi Kesehatan sekaligus Ahli Gizi, Hesti Handayani ketika diwawancarai Tribun Medan, Rabu (7/6/2017).
Mengapa berbuka puasa dengan yang manis justru memicu kegemukan?
Baca: NEWS VIDEO: Ayo Cicipi! Makanan Para Raja yang Nikmat Disantap saat Berbuka Puasa
Baca: Jika Puasa Sebatas Menahan Lapar dan Dahaga Serta Tidak Berhubungan Badan, Inilah Istilah Prof Hamka
Ia menjelaskan, ketika berpuasa, kadar gula darah menurun. Lalu, saat memakan hidangan manis yang berkarbohidrat sederhana, kadar gula darah akan melonjak naik secara cepat. Hal ini yang merusak kesehatan.
Glycemic Index (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh.
Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.
Makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak.
“Jika kita berpuasa kan perut kosong seharian, lalu kita langsung makan dan minum yang penuh dengan gula di mana sangat tinggi indeks glikemiknya, sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan cepat merespon untuk menimbun lemak,”ungkapnya.
Katanya, pemahaman makan dan minum dengan yang manis inilah menjadi sebab ketika banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak. Seperti perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya.
Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.
Ia menyarankan, bila berbuka puasa dengan meminum air putih dua gelas, lalu makan buah kurma dan salat maghrib. Setelah salat, dapat makan nasi seperti biasa. Sebab, nasi adalah karbohidrat kompleks yang memerlukan waktu untuk diproses dalam tubuh.
Sehingga respon insulin dalam tubuh juga tidak melonjak dengan cepat.
“Makanlah makanan yang seimbang, 50 persen karbohidrat kompleks, 40 persen protein dan 10 persen lemak dalam setiap porsinya. Jauhilah karbohidrat sederhana sebisa mungkin. Kalaupun harus makan karbohidrat sederhana karena butuh energi cepat carilah yang nilai indeks glikemiknya rendah,” tuturnya.
Sebagai informasi, Karbohidrat sederhana, dengan GI tinggi adalah sukrosa, makanan manis-manis, manisan, minuman ringan, jagung manis, sirup, atau apapun makanan dan minuman yang mengandung banyak gula.
Karbohidrat sederhana, dengan GI rendah adalah buah-buahan yang tidak terlalu manis seperti pisang, apel, pir, dan sebagainya.
Untuk Karbohidrat Kompleks, dengan GI tinggi yakni Nasi putih, kentang, jagung.
Karbohidrat Kompleks, dengan GI rendah adalah Gandum, beras merah, umbi-umbian, sayuran.(*)