Kisah Cinta Pasangan Tunanetra, Dari Rabaan Made Nara Tahu Istrinya Cantik
Narajaya berkelakar, bila umumnya jatuh cinta dari mata turun ke hati, untuk kasusnya, cinta muncul dari rabaan turun ke hati.
Setelah bekerja sebagai tukang pijat dan berhasil mengumpulkan uang, ia pun berkeinginan membangun rumah.
Setelah memiliki rumah, barulah Narajaya akan menikah.
“Astungkara, semua cita-citanya sudah tercapai. Pembangunan rumahnya juga sudah selesai,” ujar Manada, sembari memperlihatkan bangunan berarsitektur Bali, hasil jerih payah Narajaya.
Kelian Dinas dan Adat Banjar Kaja Kauh, Ketut Mujana mengatakan, lantaran pasangan ini memiliki keterbatasan, prajuru banjar akan memberikan perlakuan khusus.
Mereka tidak diwajibkan mengikuti kegiatan banjar, yang membutuhkan tenaga fisik.
Mereka hanya diwajibnya dalam hal pepesuan atau berdanapunia.
“Statusnya di banjar ada keistimewaan. Ayah-ayahan fisik tidak dilibatkan. Hanya dilibatkan dalam hal pembayaran saja. Ini baru pertama terjadi di sini. Kami berterimakasih pada Made, karena memberikan warga motivasi. Keterbatasan tidak menghalangi mereka untuk melakukan hal-hal yang dilakukan orang normal,” ucap Mujana. (Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/pasangan_tunanetra_20170608_111324.jpg)