Breaking News

Kisah Pria Aceh Pemilik 'Harta Karun' Tionghoa, Rogok Koceh Miliaran dan Tolak Bantuan

Sebagaimana tertera pada papan merah di muka gedung, museum itu bernama 'Museum Pustaka Peranakan Tionghoa'.

Editor: Tariden Turnip
BBC INDONESIA
Tampak muka Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di kawasan BSD, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. 

'Orang harus tahu'
Buku-buku dan berbagai koleksi di museum tersebut dikumpulkan Azmi sedikit demi sedikit saat dia masih menjadi pedagang buku bekas.

Pada 2011, setelah koleksinya makin banyak, dia mendirikan museum ini.

Mengapa dia begitu berhasrat pada literatur mengenai komunitas Indonesia keturunan Cina?

"Semakin banyak saya baca, saya terkaget-kaget dengan kisah-kisah orang Indonesia keturunan Cina. Ini orang harus tahu!" serunya, bersemangat.

tionghoa
Akta kelahiran warga keturunan Cina keluaran pemerintah Hindia Belanda pada 1940/BBC INDONESIA.

Azmi mencontohkan Laksamana John Lie, pahlawan nasional Indonesia yang mengabdi di Angkatan Laut. Dia juga menyebut Souw Phan Ciang alias Khe Panjang atau Kapitan Sepanjang, salah satu pemimpin Tionghoa yang bersatu dengan pasukan Jawa untuk melawan pasukan VOC pada 1740-1743.

"Harusnya kita tahu, harusnya itu disampaikan ketika SD atau SMP. Kalau kita menerima asupan informasi itu, tentu paradigma berbeda, tentu akan mencoret stigma di kepala kita bahwa orang Tionghoa itu hanya pedagang, cari untung," papar Azmi.

Didorong untuk menyampaikan informasi mengenai warga keturunan Cina, Azmi tak segan merogoh koceknya demi keperluan museum. Sedemikian banyak uang yang dia keluarkan, dia bingung menghitungnya.

"Kalau berbicara berapa banyak uang, ini kekayaan saya seluruhnya di sini. Pemasukan dari penjualan buku bekas, pendapatan sebagai kontraktor kecil-kecilan, semua mengalir ke sini," akunya.

Apakah sampai Rp2 miliar atau Rp3 miliar? 

"Saya kira lebih. Sebelum bicara nilai koleksi, bangunan ini saja sudah menjadi aset museum sepenuhnya," katanya.

cina

Sebuah surat kabar berbahasa Cina terbitan 1906/BBC INDONESIA.

Sejak mendirikan museum dan mengoperasikannya, Azmi mengklaim tidak mau menerima sepeser pun bantuan dari kalangan keturunan Cina.

"Mereka nggak boleh bantu, ini kan kita yang mau bantu. Saya tahu betul jiwa sosial mereka tinggi, berkali-kali ditawarkan bantuan uang, tapi berkali-kali pula saya menolak. Saya masih kuat menolak sampai hari ini," tegasnya.

'Tidak untuk dijual'
Penolakan Azmi tidak terbatas pada tawaran bantuan, tapi juga tawaran pembelian.

Dia mengaku ada seorang tokoh terpandang yang beberapa kali berupaya membeli sejumlah koleksi di museumnya. Namun, dia tetap pada pendiriannya.

Halaman
123
Sumber: bbc
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved