Bentrok Antara Suporter dan Aparat Usai Laga PSMS vs PSM, Ternyata Ini Penyebabnya

Di balik kemenangan manis PSMS atas PSM, ternyata ada cerita seusai laga yang berlangsung

Suasana Bentrok usai laga PSMS Medan kontra PSM Makassar di Stadion Teladan, Medan. 

Laporan Wartawan Tribun Medan/Victory Arrival Hutauruk

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Di balik kemenangan manis PSMS atas PSM, ternyata ada cerita seusai laga yang berlangsung, Senin (24/7/2018) di Stadion Teladan, Medan.

Seusai laga, sekitar pukul 21.40 terjadi bentrok antara aparat kepolisian dengan kelompok suporter PSMS.

Semenjak berjalannya pertandingan di babak kedua, tepatnya di tribun terbuka utara, beberapa suporter telah menyalakan flare dan 4 kali letusan kembang api.

Meski memenangkan pertandingan, kelompok suporter tersebut ternyata tetap kecewa dengan kondisi manajamen PSMS Medan.

Bentrok bermula ketika peluit tanda berakhirnya pertandingan, ratusan suporter mencoba memanjat pagar tribun timur untuk memasuki lapangan. Salah satu suporter tampak membawa spanduk bertuliskan "Buang Julius Manajamen Bobrok, salam sada roha."

Sontak ratusan petugas polisi berpakaian lengkap dengan tameng dan pentungan mengamankan ratusan suporter yang coba memasuki lapangan.

Kondisi semakin memanas dimana polisi dan suporter saling melempar, ada batu, botol, dan kayu. Bahkan aparat sempat menembakkan gas air mata terhadap suporter.

Situasi semakin memanas saat sejumlah suporter dikepung dan diduga dipukuli puluhan petugas hingga berdarah.

Perlakuan tersebut langsung memicu amarah ratusan suporter dari tribun timur dan utara yang ikut memanjat pagar dan langsung mengamankan teman suporter yang mendapat amukan.

Hal tersebut membuat amarah seluruh suporter yang langsung merusak pagar stadion, dan pintu masuk tribun timur dijebol oleh suporter.

Sejumlah suporter dipukuli dan digiring ke Kantor Polsek Medan Kota.

Ketua Kelompok Suporter PSMS Medan Fans Club (PFC), Zulfan Harahap menerangkan cara mereka menghidupkan flare dan kembang api adalah aksi protes atas tuntutan petisi yang tak digubris manajamen PSMS.

"Sebelumnya kita sudah layangkan petisi ke mereka tapi tidak digubris juga bahkan terkesan menantang.
Dibuat spanduk juga enggak ada respon. Mungkin dengan cara begini (flare) mereka mau sadar," katanya kepada Tribun, Selasa (24/7/2018) di Medan.

Sebelumnya di laga kontra Persipura pada 12 Juli 2018, kejadian serupa penghidupan flare juga berlangsung yang membuat PSMS didenda sebesar Rp 80 juta oleh Komdis PSSI.

Pria yang akrab disapa Amat ini menegaskan aksi ini adalah bentuk kekecewaan atas keotoriteran yang dilakukan Manajamen PSMS dengan menghentikan tiket kepada kelompok PFC.

"Satu lagi yang buat kami ngotot agar Manajemen PSMS ini dirombak adalah karena berbuat seenaknya saja. Kemaren PFC enggak dikasih tiket tanpa ada pemberitahuan dan memutuskan secara sepihak," tegasnya.

Yang menjadi permintaan para suporter PFC adalah instal ulang manajamen PSMS Medan dengan memecat CEO Dodi Taher, Sekum Julius Raja, dan Manajer Tengku Rendy.

"Keinginannya tetap seperti yang disuarakan yaitu instal ulang pengurus PSMS. Kami menuntut Manajemen PSMS dirombak seperti Dodi Taher, Julius Raja dan Tengku Rendy," beber Amat.

Akibat kejadian tersebut, 2 orang suporter PFC ditangkap kepolisian Polsek Medan Kota.

"Memang tidak ada yang luka, tapi yang ditangkap ada 2 orang. Tapi sudah diurus dan sudah keluar keduanya," tutupnya.

(cr10/tribunmedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved