Berikut Penjelasan Bupati Samosir Rapidin Simbolon Terkait Anak-anak yang Idap HIV di Samosir
Bupati Samosir Rapidin Simbolon memberikan penjelasan soal kabar adanya anak-anak terjangkit HIV
TRIBUN-MEDAN.com - Bupati Samosir Rapidin Simbolon memberikan penjelasan soal kabar adanya anak-anak terjangkit virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Nainggolan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Kepada Tribun-Medan.com, Bupati Rapidin mengatakan, sebenarnya ada 4 orang yang terjangkit virus HIV.
"Itu yang terjangkit ada 4 orang. Anak-anak ini awalnya dibawa oleh pihak Diakonia HKBP dari luar Samosir untuk berobat di rumah sakit. Karena pengobatannya memang hanya ada di RS HKBP Nainggolan itu," ujarnya via telepon, Senin (22/10/2018) sore.
Selanjutnya, pihak Pemkab mendaftarkan anak-anak yatim ini di PAUD dan di salah satus SDN Samosir.
"Kami sayang pada seluruh anak-anak. Nah, sekarang ada pendapat yang berbeda. Di satu sisi orang tua murid lainnya meminta agar jangan digabungkan anak-anak mereka dengan yang terpapar HIV," katanya.
Rapidin melanjutkan, Pemkab akan memberikan solusi yang terbaik bagi warga yang tinggal di Samosir. Baik anak-anak yang telah terpapar HIV maupun tidak terpapar.
Pihak pemkab pun, katanya, telah melakukan sosialisasi penjelasan soal HIV/AIDS kepada orang tua murid atau pun warga lainnya.
"Kemarin masyarakat sudah saya ingatkan jangan terus gitu main harus pindah. Jangan, kita tunggu dan sabar. Itulah makanya supaya semua memberikan pendapat yang sejuk dan damai," jelas Rapidin.
Hingga saat ini, pihak Pemkab akan mencari solusi yang terbaik. Karena usulan yang ditawarkan pihak Pemkab untuk sekolah khusus masih belum diterima pihak Diakonia HKBP.
Begitu juga usulan dari pihak Diakonia HKBP, agar anak-anak yang terpapar HIV itu tetap bersekolah sama dengan murid-murid lainnya, tapi masih ditolak oleh orang tua murid.
"Semua warga negara harus dilindungi sesuai UUD 1945. Kami sayang anak-anak. Apalagi yang menderita penyakit itu dalah anak yatim," kata Rapidin.
Mencuatnya kasus ini, dikarenakan sebagian besar orang tua murid menolak anak mereka berada di kelas dan sekolah yang sama dengan ketiga anak yang penderita HIV itu. Sedangakan 1 orang lagi belum mendaftar sekolah.
Ketiga anak yang yang ingin bersekolah itu di anataranya seorang laki-laki dan dua perempuan berinisial H (11), SA (10), dan S (7).
Keempat anak yatim piatu yang berusia di bawah 12 tahun itu bahkan terancam diusir dari Kabupaten Samosir, karena masyarakat di mana ketiganya tinggal yakni di Desa Nainggolan tidak mau ketiga anak itu bersekolah di tempat yang sama dengan anak-anak lain.
Sementara, Sekretaris Eksekutif Komite AIDS Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Berlina Sibagariang, mengatakan kepada VOA, masyarakat di Desa Nainggolan khawatir anak-anak mereka tertular penyakit HIV yang diidap ketiga anak tersebut. Walhasil masyarakat meminta ketiganya agar ketiganya dikeluarkan dari sekolah.
"Masyarakat berharap anak-anak tidak di situ. Karena ketiganya tidak berasal dari situ, dan juga masyarakat takut akan menularkan ke anak-anak mereka. Kita ingin adik-adik kita itu memperoleh haknya. Mereka anak-anak yang punya hak untuk sekolah dan mendapatkan pendidikan," kata Berlina, Minggu (21/10/2018).
Ditambahkannya, pihaknya juga mendapat ultimatum dari masyarakat bahwa ketiga anak itu harus meninggalkan Kabupaten Samosir selambat-lambatnya pada 25 Oktober 2018.
Komite AIDS HKBP saat ini masih melakukan mediasi dengan pemerintah dan masyarakat agar hal itu tidak terjadi.
"Ada surat yang datang sama kita. Ya kalau kami menanggapinya itu kurang pas sama mereka. Alasan mereka menolak anak-anak karena kita juga belum dapat izin dari pemerintah. Padahal itu kan punya HKBP dan mereka berhak tinggal di sana. Karena itu rumah HKBP," ungkapnya.
Ketiga Anak DIsarankan Jalani “Home-Schooling”
Mediasi juga telah dilakukan pihak Komite AIDS HKBP, dengan pihak sekolah, Komite Sekolah , masyarakat Desa Nainggolan, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir.
Hasil mediasi itu menyarankan agar ketiga anak itu dipindahkan dari sekolah yang ada di Nainggolan dan menjalani “home-schooling” atau menjalani pendidikan sekolah di rumah. Namun Komite AIDS HKBP menolak saran tersebut karena “home-schooling” dinilai akan membuat ketiganya semakin merasa terisolasi.
Komite itu juga menyayangkan sikap Wakil Bupati Samosir, Juang Sinaga, yang bahkan menyerukan agar ketiga anak tersebut dipindahkan dari Desa Nainggolan, dan membuka hutan bagi tempat tinggal ketiganya.
"Pertemuan terakhir dengan Pemkab Samosir, dan hasil pembicaraan mereka menyarankan home-schooling. Tapi mengarahkan anak-anak dipindahkan saja dari tempat itu. Mereka bilang kenapa harus di Samosir. Kenapa bukan di tempat yang lain."
"Anak-anak butuh sosialisasi dengan teman-temannya. Dia bisa berkembang ketika mereka bermain sama teman-teman sebaya. Ketika dia dibuat di-homeschooling mereka nanti semakin merasa terisolasi. Mereka akan merasa bahwa tidak punya teman dan itu akan membuat anak-anak terpuruk, menurut kami. Jadi kami berharap mereka diterima di sekolah," ucap Berlian.

Cara penularan HIV dari tubuh penderita ke tubuh orang lainnya ada berbagai macam.
Namun, banyak orang yang salah kaprah soal penularan HIV sehingga muncul mitos-mitos yang keliru. Salah satunya mitos HIV menular melalui kain atau pakaian.
Lantas, apakah hal ini benar dan bagaimana penjelasannya?
Mengenal HIV/ AIDS
Melansir situs hallosehat.com, HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan pertahanan alami tubuh manusia. Tanpa kekebalan tubuh yang kuat, tubuh akan mengalami kesulitan dalam melawan penyakit.
Bagian yang paling penting dari sistem kekebalan tubuh adalah sel darah putih, sementara saat tubuh terserang virus HIV maka sel darah putih tertentu yang disebut sel CD4+ akan terinfeksi dan hancur. Jika sel ini hancur dalam jumlah banyak, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan diri terhadap infeksi.
Seseorang yang positif mengidap HIV bisa menularkan virus ini melalui berbagai cara. Pasalnya, virus ini hidup pada beberapa jenis cairan tubuh manusia yaitu darah, air mani (sperma), cairan praejakulasi, cairan rektum, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI). Jadi bila cairan tubuh orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) berhasil masuk ke dalam tubuh Anda, Anda berisiko terinfeksi HIV pula.
Bagaimana cara pencegahan yang tepat agar tidak tertular HIV?
Virus HIV sering kali disebarkan oleh penderita HIV positif yang tidak mengetahui kalau mereka mengidap HIV. Maka itu, penting untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dengan beberapa cara berikut ini:
- Bicara dengan pasangan. Sebelum Anda melakukan hubungan intim untuk yang pertama kalinya, sebaiknya bicaralah dengan pasangan dan cari tahu apakah ia berisiko terinfeksi HIV.
- Lakukan seks yang aman. Sebaiknya gunakan kondom setiap kali melakukan hubungan intim. Ini termasuk saat seks oral. Anda harus yakin dulu bahwa Anda dan pasangan tidak terinfeksi HIV ataupun penyakit kelamin lainnya.
- Hindari berganti-ganti pasangan. Seks paling aman dilakukan hanya dengan satu pasangan saja, untuk menghindari risiko tertular HIV dan penyakit kelamin.
- Hindari berbagi barang pribadi. HIV menular lewat darah. Nah, berbagi barang pribadi seperti pisau cukur dan sikat gigi yang rentan kena darah merupakan hal yang berisiko. Misalnya, saat penderita HIV mengalami luka atau gusi berdarah, maka darah yang menempel pada sikat gigi kemudian dapat menginfeksi orang lain. Selain itu, jangan berbagi jarum suntik dengan siapa pun.
Data pengidap HIV/AIDS di Sumut
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan, Sumut menempati posisi 7 di Indonesia yang terbanyak mengalami kasus HIV/AIDS.
Sementara berdasarkan data yang telah terpublikasi, angka prevalensi HIV/AIDS di Sumut mencapai 28,97 per 100.000 penduduk.
Artinya, setiap 100.000 penduduk di Sumut terdapat 29 orang mengidap HIV/AIDS sehingga semua pihak perlu aktif dan peduli menanggulanginya.
Hal itu dikatakan Unit Manager Communication & CSR PT Pertamina (Persero) Region I Rudi Ariffianto di Medan, saat Pelatihan Dasar HIV/AIDS yang digelar Pertamina MOR I di Hotel Grand Inna Jalan Balai Kota Medan, Kamis (26/4/2018) lalu.
Banyaknya kasus HIV/AIDS di Sumut, hingga PT Pertamina (Persero) ikut berpartisipasi dalam penanggulangan HIV kepada masyarakat melalui pelatihan tersebut.
Sementara data dari dinkes.pemkomedan.go.id, menyebutkan kasus HIV/AIDS di Kota Medan mencapai sebanyak 5.952 per November 2017.
Merujuk Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 tahun 2012 dan Peraturan Walikota (Perwa) Nomor 30, 31 dan 32 tahun 2016, semua pihak harus terlibat agar dapat memutus mata rantai penularan HIV/AIDS.
Pencegahan HIV melalui transmisi seksual dapat pencegahan dini dengan 3C (Condom, Correct, Consistent).

HIV/AIDS memang masih menjadi penyakit paling mematikan di dunia, terutama di negara berpendapatan rendah dan menengah. Tetapi pengobatan HIV dengan terapi anti-retroviral (ART) menimbulkan harapan bagi penderita HIV positif untuk hidup lebih sehat dan lama.
Data di HIV.gov menunjukkan hingga akhir tahun 2016 ada 36,7 juta orang di dunia yang mengidap HIV/AIDS, dimana 2,1 juta di antaranya adalah anak-anak.
HIV menular lewat hubungan intim tanpa perlindungan (kondom) dengan orang yang terinfeksi HIV, transfusi darah dan penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi HIV, dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi saat hamil, melahirkan dan menyusui.
Namun demikian virus HIV tidak akan menular melalui sentuhan, air mata, keringat, atau ludah. Juga ketika menghirup udara yang sama dengan penderita HIV, berciuman atau berpelukan. Virus HIV juga tidak menular melalui gigitan serangga atau hewan yang sebelumnya menggigit penderita HIV positif. (VOA Indonesia/Tribun-Medan.com)