Inilah Data Pengidap HIV/AIDS di Sumut, Hingga 3 Anak SD di Samosir Terkena HIV Dilarang Bersekolah
Pengidap HIV AIDS sudah menjangkiti warga di Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir
Berdasarkan data yang telah terpublikasi, angka prevalensi HIV/AIDS di Sumut mencapai 28,97 per 100.000 penduduk. Artinya, setiap 100.000 penduduk di Sumut terdapat 29 orang mengidap HIV/AIDS sehingga semua pihak perlu aktif dan peduli menanggulanginya.
////
TRIBUN-MEDAN.com -Tiga orang anak pengidap HIV di Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, dilarang bersekolah karena masyarakat takut akan tertular penyakit serupa. Ketiganya juga terancam diusir dari Kabupaten Samosir.
Seperti dilansir dari VOA Indonesia, tiga anak pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dilarang untuk mendapatkan hak pendidikan di satu PAUD dan satu SDN, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Ketiga anak yatim piatu yang berusia di bawah 12 tahun itu bahkan terancam diusir dari Kabupaten Samosir, karena masyarakat di mana ketiganya tinggal tidak mau ketiga anak itu bersekolah di tempat yang sama dengan anak-anak lain.
Sekretaris Eksekutif Komite AIDS Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Berlina Sibagariang, mengatakan kepada VOA, masyarakat di Desa Nainggolan khawatir anak-anak mereka tertular penyakit HIV yang diidap ketiga anak tersebut. Walhasil masyarakat meminta ketiganya agar ketiganya dikeluarkan dari sekolah.
"Masyarakat berharap anak-anak tidak di situ. Karena ketiganya tidak berasal dari situ, dan juga masyarakat takut akan menularkan ke anak-anak mereka. Kita ingin adik-adik kita itu memperoleh haknya. Mereka anak-anak yang punya hak untuk sekolah dan mendapatkan pendidikan," kata Berlina, Minggu (21/10/2018).
Ditambahkannya, pihaknya juga mendapat ultimatum dari masyarakat bahwa ketiga anak itu harus meninggalkan Kabupaten Samosir selambat-lambatnya pada 25 Oktober 2018.
Komite AIDS HKBP saat ini masih melakukan mediasi dengan pemerintah dan masyarakat agar hal itu tidak terjadi.
"Ada surat yang datang sama kita. Ya kalau kami menanggapinya itu kurang pas sama mereka. Alasan mereka menolak anak-anak karena kita juga belum dapat izin dari pemerintah. Padahal itu kan punya HKBP dan mereka berhak tinggal di sana. Karena itu rumah HKBP," ungkapnya.
Terkait kasus ketiga anak ini, Tribun-Medan.com telah mengonfirmasi ke Bupati Samosir Rapidin Simbolon melalui sambungan aplikasi WhatsApp. Namun hingga berita ini diunggah belum ada jawaban dari sang bupati.
Baca: Berikut Penjelasan Bupati Samosir Rapidin Simbolon Terkait Anak-anak yang Idap HIV di Samosir
Ketiga Anak DIsarankan Jalani “Home-Schooling”
Mediasi juga telah dilakukan pihak Komite AIDS HKBP, dengan PAUD, Komite Sekolah SDN, masyarakat setempat, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir.
Hasil mediasi itu menyarankan agar ketiga anak itu dipindahkan dari sekolah dan menjalani “home-schooling” atau menjalani pendidikan sekolah di rumah.
Namun Komite AIDS HKBP menolak saran tersebut karena “home-schooling” dinilai akan membuat ketiganya semakin merasa terisolasi.
Komite itu juga menyayangkan sikap Wakil Bupati Samosir, Juang Sinaga, yang bahkan menyerukan agar ketiga anak tersebut dipindahkan dari Desa Nainggolan, dan membuka hutan bagi tempat tinggal ketiganya.
"Pertemuan terakhir dengan Pemkab Samosir, dan hasil pembicaraan mereka menyarankan home-schooling. Tapi mengarahkan anak-anak dipindahkan saja dari tempat itu. Mereka bilang kenapa harus di Samosir. Kenapa bukan di tempat yang lain."
"Anak-anak butuh sosialisasi dengan teman-temannya. Dia bisa berkembang ketika mereka bermain sama teman-teman sebaya. Ketika dia dibuat di-homeschooling mereka nanti semakin merasa terisolasi. Mereka akan merasa bahwa tidak punya teman dan itu akan membuat anak-anak terpuruk, menurut kami. Jadi kami berharap mereka diterima di sekolah," ucap Berlian.
Sementara itu, Bupati Samosir, Rapidin Simbolon mengatakan pihaknya sudah menyampaikan solusi yaitu dengan mengadakan kelas khusus secara terpisah bagi ketiga anak tersebut.

"Kami sayang pada seluruh anak-anak. Nah, sekarang ada pendapat yang berbeda di satu sisi orang tuanya meminta jangan digabungkan anak kami dengan yang terpapar HIV."
"Betul, karena mereka punya anak khawatir. Kemudian datang dari pihak HKBP, oh ini diskriminasi. Kami menyayangi, tapi ada konteks dan program lain yang kita bisa menyelamatkan dua-duanya. Kita tawarkan pendidikan khusus terhadap anak yang terpapar ini. Jadi tidak bergabung dan kita buat kelas khusus. Kalau HKBP mau ya syukur. Kalau tidak apa boleh buat," ujar Rapidin di Medan.
Lebih jauh Rapidin mengatakan saat ini begitu besar desakan dari masyarakat untuk memindahkan anak-anak tersebut, tetapi menurutnya keputusan harus diambil secara hati-hati.
"Jadi kita selamatkan dua-duanya. Baik yang terpapar maupun siswa yang tidak. Perkembangan terakhir kemarin masyarakat sudah saya bilang jangan terus gitu main harus pindah. Jangan, kita tunggu dan sabar. Itulah makanya supaya semua memberikan pendapat yang sejuk dan damai," tandas Rapidin.
Tiga anak yang terdiri dari seorang laki-laki dan dua perempuan berinisial H (11), SA (10), dan S (7) bukan warga asli Nainggolan. Mereka merupakan penduduk dari daerah luar yang didatangkan ke RS HKBP Nainggolan untuk dirawat di sana. Pemkab Samosir kemudian mendaftarkan ketiganya di sekolah, yaitu satu anak di PAUD dan dua lainnya di SDN setempat
Tetapi baru satu hari bersekolah, ketiganya tidak lagi diijinkan masuk. Ini dikarenakan sebagian besar orang tua siswa lainnya menolak anak mereka berada di kelas dan sekolah yang sama dengan ketiga anak penderita HIV itu.
Data pengidap HIV/AIDS di Sumut
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan, Sumut menempati posisi 7 di Indonesia yang terbanyak mengalami kasus HIV/AIDS.
Sementara berdasarkan data yang telah terpublikasi, angka prevalensi HIV/AIDS di Sumut mencapai 28,97 per 100.000 penduduk.
Artinya, setiap 100.000 penduduk di Sumut terdapat 29 orang mengidap HIV/AIDS sehingga semua pihak perlu aktif dan peduli menanggulanginya.
Hal itu dikatakan Unit Manager Communication & CSR PT Pertamina (Persero) Region I Rudi Ariffianto di Medan, saat Pelatihan Dasar HIV/AIDS yang digelar Pertamina MOR I di Hotel Grand Inna Jalan Balai Kota Medan, Kamis (26/4/2018) lalu.
Banyaknya kasus HIV/AIDS di Sumut, hingga PT Pertamina (Persero) ikut berpartisipasi dalam penanggulangan HIV kepada masyarakat melalui pelatihan tersebut.
Sementara data dari dinkes.pemkomedan.go.id, menyebutkan kasus HIV/AIDS di Kota Medan mencapai sebanyak 5.952 per November 2017.
Merujuk Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 tahun 2012 dan Peraturan Walikota (Perwa) Nomor 30, 31 dan 32 tahun 2016, semua pihak harus terlibat agar dapat memutus mata rantai penularan HIV/AIDS.
Pencegahan HIV melalui transmisi seksual dapat pencegahan dini dengan 3C (Condom, Correct, Consistent).
Bagaimana Sesungguhnya Penularan HIV?
Human Immunodeficiency Virus HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh seseorang untuk melawan infeksi dan kanker. Seseorang yang mengidap HIV baru dikategorikan terkena AIDS jika jumlah sel-sel kekebalan tubuh dalam darah (CD4) kurang dari 200.
Ini berarti seseorang yang terinfeksi HIV belum tentu mengidap AIDS, karena dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang menjadi AIDS.

HIV/AIDS memang masih menjadi penyakit paling mematikan di dunia, terutama di negara berpendapatan rendah dan menengah. Tetapi pengobatan HIV dengan terapi anti-retroviral (ART) menimbulkan harapan bagi penderita HIV positif untuk hidup lebih sehat dan lama.
Data di HIV.gov menunjukkan hingga akhir tahun 2016 ada 36,7 juta orang di dunia yang mengidap HIV/AIDS, dimana 2,1 juta di antaranya adalah anak-anak.
HIV menular lewat hubungan intim tanpa perlindungan (kondom) dengan orang yang terinfeksi HIV, transfusi darah dan penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi HIV, dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi saat hamil, melahirkan dan menyusui.
Namun demikian virus HIV tidak akan menular melalui sentuhan, air mata, keringat, atau ludah. Juga ketika menghirup udara yang sama dengan penderita HIV, berciuman atau berpelukan. Virus HIV juga tidak menular melalui gigitan serangga atau hewan yang sebelumnya menggigit penderita HIV positif. (VOA Indonesia/Tribun-Medan.com)