Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah Bersilaturahmi ke CEO Kompas Gramedia
Musa Rajekshah saat kunjungan silaturahmi ke majajemen Kompas Gramedia di Jakarta, Kamis (1/11) siang.
Penyelenggaraan pembanguna infrastruktur pun akan terus ditingkatkan agar stigma buruk tentang jalan berlubang-lubang di Sumut dapat diatasi. "Kami telah berkumpul dengan Organisasi Perangkat Daerah. Daerah lain, jalannya sudah baik, sedangan Sumut? Inilah tugas kami ke depan yang perlu dikomunikasikan dengan baik," kata Ijeck.
Usai dialog, Ijeck tampak terarik melihat mesin manual, mesin cetak tempo doeloe Kompas, yang terbit perdana, 28 Juni 1965. Ia pun mendekati monumen kerangka mesin yang dipajang di lantai dasar gedung lama Kompas Gramedia.
Lilik Oetama menyambut hangat kehadiran Ijeck dan tim. Ia memandu jalannya dialog. "Kami sambut denga tangan terbuka Wagub Sumut, saya panggil Bang Ijek deh," ujar Lilik sambil berseloroh.
Budiman Tanuredjo mengatakan, relasi pemerintah dan media massa merupakan sesuatu hal penting. Setiap program pemerintah perlu dikomunikasilan kepada masyarakat. Media yang tersedia sebagai saluran informasi dapat berusapa media sosian bisa juga media arus utama.
Namun komunikasi harus dikelola secara baik dan profesional, bukan sekadar memainkan jempol ala medsos. "Kompas terbuka untuk kerja sama dengan Pemerov Sumut, sama seperti dengan kerja sama Kompas sama dengan Pemprov Jateng menyeleranggakan Borobudur Marathon, yang tahun lalu terpilih sebagai event the best marathon," kata Budiman.
Kerja sama atau kolaborasi antara media dan pemda sudah sering dilakukan Kompas. Misalnya menyelenggarakan acara Borobudur Marathon, kegiatan lomba lari buah kerja sama Kompas dengan Pemrov Jawa Tengah. Kemudian Tambora Challenge, yakni acara kompetisi olahraga yang diselenggarakan Kompas bekerja sama dengan Pemprov Nusa Tenggara Barat untuk memperingati meletusnya Gunung Tambora 200 tahun silam.
Baik Borobudur Marathon maupun Kompas Tambora Challenge, selain menggelar acara, juga disertai penulisan mendalam tenang sosial budaya, ekonomi dan potensi pariwisata setempat.
"Kompas Tambora Challenge ini, membawa syariah travel di Nusa Tenggara Barat. Dan di Sumatera Utara berpotensi menjadikan Danau Toba marathom menjadi event dan aktivitas yang dapat dirancang semenarik mungkin," kata Budiman.
Ia berpesan, satu kegiatan yang diselenggarakan bersama media massa, jangan lihat sebatas aktivitas event organizer, tetapi dapat didesain menjadi momentum publikasi mengangkat budaya dan pariwisata seputar Danau Toba. "Bukan sekadar pemberitaan jumpa pers. Itu oke. Tapi lebih jauh dari itu, bisa menajdi lebih luas garapannya. Ini cara-cara kami bukan sekadar jurnalisme tetpai kolaborasi event," kata Budiman.
Ia juga menyampaikan harapan agar tren kepemimpinan nasional, mengahdirkan bibit unggul atau calon dari kepala daerah. Joko Widodo atau Jokowi, misalnya, dari semula Wali Kota Solo, kemudian gubernur Jakarta sampai sekarang jadi presiden.
"Tahun 2024 menjadi ajang para pemimpin daerah yang berpeprestasi, setelah era Jokowi atau Prabowo habis. Tren ke depan adalan peluang pemimpin daerah yang berkinerja baik naik ke pangging nasional semakin terbuka. Siapa orangnya? Bisa Edy Rahmaya, Ijek, Ridwal Kamil, Kohipah, atau yang lain," sebut Budiman.
Mengingat banyak kepala daerah yang terjerat Komisi Pemberantasan Korusi karena tersangkut kasus korupsi, termasuk dua Gubernur Sumut yakni Syamsul Arifin dan Gatot Puji Nugroho, Budiman mengingatkan Ijeck agar jangan sampai tersentuh KPK. "Sebab menurut survei kami, begitu tersentuh KPK, maka akan langsung anjlok. Begitu kena KPK, tingkat kepercayaan langsung jatuh," kata Budiman. (amb)