Tragedi Berdarah di Bekasi, Kemana Perginya Dalihan Na Tolu?
Tragedi pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka, Pondok Melati, Bekasi, Senin 12 November 2018, sungguh sebuah peristiwa yang memprihatinkan.
TRIBUN-MEDAN.com-Tragedi pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka, Pondok Melati, Bekasi, Senin 12 November 2018, sungguh sebuah peristiwa yang memprihatinkan.
Sesuai pengakuan si pelaku, Haris Simamora, kepada penyidik, karena kerap dihina tak berguna, ia gelap mata tega menghabisi empat nyawa kerabatnya sendiri : Diperum Nainggolan, istrinya Maya Ambarita, kedua anak mereka Sarah dan Arya.
Dendam, itulah motif pelaku menghabisi korban. Benarkah ? Itu kesimpulan sementara berdasarkan pengakuan pelaku. Tapi bagaimana sebenarnya patologi kejiwaan pelaku.
Ini yang perlu didalami, rentetannya dari mana bermula ? Sudah pasti ada kemerosotan nilai yang terjadi, mengingat masyarakat kita setiap hari sudah disuguhi kekerasan, termasuk melalui media dll.
Baca: Ini Perkataan Kasar Diperum Nainggolan yang Picu Haris Simamora Bunuh Satu Keluarga
Baca: Wajah Cantik Nita Babak Belur Dianiaya Teman Sosialita, Diseret dan Dipukuli High Heels
Kalangan Sosiolog menganalisis bahwa jika motifnya dendam, tentu penilaian tertuju kepada kejiwaan si pelaku, apakah cerdas atau tidak ? Kecerdasan emosi seseorang adalah mampu memahami dirinya, mampu mengendalikan dirinya, mampu memahami orang lain, mampu mengendalikan diri orang lain.
Orang-orang terbiasa mengontrol emosi dan perilakunya, lebih mampu memperlambat proses aktualisasi potensi jahat. Orang-orang semacam ini memiliki kematangan psikologis yang prima.
Dalam konteks Bekasi, sepertinya kondisi kejiwaan pelaku tidak mampu mengendalikan diri secara baik. Tak dewasa dalam menerima kritik. Belum memiliki kedewasaan emosional yang baik sehingga ketika dia dihina yang dia tangkap sakit hati, dendam.
Baca: Si Ganteng Fiki Alman, Pacar Brondong Angel Lelga, saat Digerebek Lari ke Kamar Mandi
Padahal, bisa saja hinaan itu mencambuk agar menjadi lebih baik. Tapi pelaku tidak termasuk yang tahan kritik yang kemudian melakukan tindakan yang tidak dipikirkan dampaknya ke depan.
Sosiolog juga menyoroti alasan pelaku tega menghabisi kedua ponakannya (berenya). Dalam hal ini pelaku kehilangan akal sehat karena rasa sakit yang terakumulasi, selain itu mempertimbangkan aspek keselamatan dirinya.
Jika kedua ponakan tak dihabisi maka pengungkapan kasus pembunuhan akan semakin mudah. Artinya, tak ada pilihan lain karena kedua ponakan melihat dia malam itu.
Baca: Sopir Taksi Online Sebar Hoaks Foto Syur Grace Natalia, Begini Kasusnya setelah Minta Maaf
Tragedi Berdarah di Bekasi
Kemana Perginya Dalihan Na Tolu
Diperum Nainggolan
Tribun Medan
Pembunuh Diperum Nainggolan dan Keluarga
Haris Simamora
Israel Rencanakan Serang Fasilitas Nuklir Iran, Ada Senjata Kiamat yang Disembunyikan di Bawah Tanah |
![]() |
---|
Max Sopacua Sebut Belasan Kader Demokrat Sumut Ikut KLB, Ini Tanggapan Plt Ketua PD Sumut |
![]() |
---|
Saat AS dan Sekutunya Kepung Laut China Selatan, China Kontak Vietnam, Rusia dan Afrika Selatan |
![]() |
---|
Dinasti Keluarga Yudhoyono Menguasai Demokrat, Banyak Pendiri Pengin Figur Baru, SBY Sudah Meredup |
![]() |
---|
Jawaban Istana Asmara Kaesang Felicia Seret Nama Jokowi: Gak Usah Dipaksa, Jangan Emaknya Ikut-ikut |
![]() |
---|