Edy Rahmayadi Sebut Kuat Jadi Ketum PSSI hingga 2020, Bantah Hubungan Cinta dengan Ratu Tisha
Demikian disampaikan Edy Rahmayadi sambil menunjuk Ratu Tisha dan dibalas dengan anggukan.
Penulis: Victory Arrival Hutauruk | Editor: AbdiTumanggor
Tisha, kiprahnya di sepak bola tidaklah seumur jagung, karena sudah dirintisnya sejak masa SMA dengan mengurusi berbagai hal tentang olahraga paling populer di dunia itu.
Namanya mencuat di jagat sepak bola nasional sejak menjabat sebagai Direktur Kompetisi PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS).
PT GTS adalah operator kompetisi yang ditunjuk menjadi operator Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
Setelah kompetisi ISC selesai, dibentuk PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang menjadi operator Liga 1 2017.

Tisha kembali ditunjuk memegang jabatan yang sama seperti di GTS di LIB yang menggantikan PT Liga Indonesia itu.
Kecintaannya terhadap dunia kulit bundar, membawanya mendapatkan beasiswa untuk mengikuti program FIFA Master-Internasional Master in Management, Law adn Humanities Asia.
Dia bersama 20 peserta lain dari berbagai negara, menjalani beasiswa itu sejak September 2013.
Perempuan kelahiran 1985 ini, menjalankan program beasiswa dari FIFA itu sekitar 10 bulan di tiga negara Eropa.

Ketiga tempat Tisha menimba ilmu, yakni di De Montfort University di Leicester (Inggris), SDA Bocconi School of Management di Milan (Italia) dan University of Neuchatel (Swiss).
Salah satu bekal yang membawa Tisha mendapatkan beasiswa itu adalah statusnya sebagai Co-founder LabBola yang menyediakan data statistik sepak bola lokal dan internasional.
Berbekal pengalaman-pengalaman dan ilmu sepak bola yang didapatkannya, Tisha percaya diri berkarier di dunia olahraga yang didominasi pria itu.(*)
(cr10/tribunmedan.com/superball.id)