Berjasa Datangkan Pemain Tulang Punggung Arsenal, Sven Mislihat Malah Tersingkir
Berkat jasanya, Arsenal mendatangkan Aubameyang, Mkhitaryan, Sokratis Papastathopoulos, dan Konstantinos Mavropanos
TRIBUN-MEDAN.com-Tak ada yang menyangka Sven Mislintat, Kepala Rekrutmen Arsenal, menyudahi jasanya hanya selama 14 bulan.
Setelah berperan besar mendatangkan duet Pierre Emerick Aubameyang dan Henrik Mkhitaryan, pria Jerman yang diperkirakan bertahan lebih dari satu dekade itu justru terdepak dari kursi panas di London Utara.
Mislintat resmi menjadi bagian Arsenal pada Desember 2017. Dia mengambil pekerjaan sebagai kepala rekrutmen setelah sukses menjadi Kepala Pemandu Bakat Borussia Dortmund.
Pria yang menemukan bakat Matt Hummels dan Robert Lewandowski tersebut datang saat tahun terakhir Arsene Wenger melatih Arsenal.
Saat itu, dia sebagai kepala rekrutmen mendapatkan kepercayaan membeli pemain sesuai kemauannya tanpa campur tangan Wenger.
Hasilnya sangat efektif. Dalam dua jendela transfer, musim dingin 2017/2018 dan musim panas 2018/2019, Mislintat menghadirkan sejumlah pemain bintang dan pemain muda berpotensi.
Pemilihan pemainnya mengandalkan koneksi Jerman yang sudah dibentuknya selama delapan tahun di Dortmund.

Berkat jasanya, Arsenal mendatangkan Aubameyang, Mkhitaryan, Sokratis Papastathopoulos, dan Konstantinos Mavropanos, yang berasal dari ataupun pernah berseragam Dortmund.
Satu lagi pembeliannya merupakan pemain Jerman asli Bernd Leno dari Bayer Leverkusen.
Di samping itu, Mislintat juga menghadirkan pemain dari liga lain, selain Bundesliga. Mereka adalah Lucas Torreira (Serie-A), Stephan Lichsteiner (Serie-A), dan Matteo Guendouzi (Ligue 1).
Delapan pemain pembeliannya sekarang menjadi tulang punggung “Meriam London”. Enam di antaranya bermain reguler di Liga Inggris musim 2018/2019.
Namun kabar mengejutkan datang dari situs resmi Arsenal.com, Selasa (22/1/2019). Mereka mengumumkan Mislintat akan meninggalkan klub pada 8 Februari 2019 atau tepat 14 bulan setelah kedatangannya.
“Terima kasih atas kerja keras selama menjadi bagian Arsenal,” tulis situs tersebut.
Konfirmasi datang dari pria berambut pirang itu. “Sangat luar biasa bekerja untuk tim sebesar Arsenal. Saya tak sabar menanti masa depan di luar sana, pasti tantangan ke depan akan menarik,” ucapnya.
Kursi panas
Pertanyaan muncul kepada Mislintat dan Arsenal. Mengapa hanya 14 bulan? Terutama setelah ia berjasa mengubah kebijakan Arsenal yang sebelumnya sangat hemat di bawah Wenger.

Penunjukkan Mislintat awalnya bermula dari andil Kepala Sepak Bola sekaligus Kepala Eksekutif Arsenal Ivan Gazidis. Dia sudah merencanakan era baru Arsenal enam bulan sebelum Wenger pergi.
Meski hanya menjabat kepala rekrutmen, Gazidis memberi Mislintat peran lebih besar, yakni seperti direktur teknik.
Selain bebas memilih transfer pemain, Mislintat juga bertanggung jawab untuk membangun gaya permainan Arsenal pada masa depan.
Posisi direktur teknik tidak langsung diberikan karena jabatan itu tidak ada selama 22 tahun era Wenger. Sang profesor mengambil alih peran itu.
Karena itu, Gazidis baru bisa memberikan posisi direktur teknik selepas Wenger pergi pada akhir musim 2017/2018.
Namun, saat Wenger menyudahi masa baktinya, Gazidis justru ikut keluar. Pria berkepala plontos itu memilih menjadi Kepala Eksekutif AC Milan.
Dikabarkan, dia pindah karena pemegang saham mayoritas Arsenal Stan Kroenke tidak mau mengucurkan dana lebih di bursa transfer musim panas.
Terjadilah kekosongan di kursi Gazidis. Kursi itu kemudian diberikan ke Raul Sanllehi. Sanllehi merupakan mantan Kepala Relasi Sepak Bola Barcelona yang datang bersamaan dengan Mislintat untuk membantu kebijakan transfer Arsenal.
Berdasarkan Footbal London, Sanllehi tidak mau memberikan kursi direktur teknik ke Mislintat. Pria Spanyol itu berbeda pandangan dalam kebijakan transfer dan kebutuhan masa depan Arsenal. Dia mendukung pembelian pemain dari Spanyol, sementara Mislintat lebih ke Jerman.
Kondisi semakin tidak menguntungkan bagi Mislintat karena pelatih Arsenal saat ini adalah Unai Emery, yang juga pria Spanyol.
Mantan pelatih Valencia dan Sevilla itu juga menginginkan transfer pemain Liga Spanyol seperti Ever Banega dan Denis Suarez.

Mislintat tak berdaya. Dia kalah posisi dari Sanlehhi, juga kalah dalam pengaruh suara. Keluar dari Stadion Emirates jadi pilihan tepat bagi pria berusia 46 tahun tersebut.
Trilogi kerajaan
Dinasti baru Arsenal pun dimulai dengan keluarnya Mislintat. Kursi yang ditinggalkannya akan diisi oleh Francis Cagigao, yang saat ini menjabat Kepala Rekrutmen Internasional Arsenal.
Sementara itu, Sanllehi berencana memberikan kursi direktur teknik kepada Monchi, Direktur Teknik AS Roma saat ini. Monchi pernah bekerja sama dengan Emery di Sevilla selama tiga tahun. Mantan pemain Arsenal, Eduardo Gaspar, juga dilirik sebagai pilihan kedua.
Cagigao dan Monchi merupakan asli Spanyol. Edu meski lahir di Brasil, sempat bermain bersama Valencia selama lima tahun. Dia cukup mengenal kultur sepak bola Spanyol.
Kehadiran mereka akan mempertegas masa depan Arsenal. Kebijakan transfer dan budaya dalam klub kemungkinan besar berpedoman pada “Negeri Matador”, sesuai yang diinginkan Sanllehi dan Emery.
Perubahan menuju era Spanyol mulai terlihat. Emery terlihat serius mengubah posisi vital, gelandang, dalam timnya. Dia melepas Aaron Ramsey pada akhir musim ke Juventus dan rencananya segera menjual bintang Jerman Mesut Ozil. Banega dan Suarez akan menjadi prioritas untuk mengganti keduanya.

Format sebuah klub layaknya kerajaan sebuah negara sebenarnya sudah diterapkan Wenger sejak 1996. Wenger memprioritaskan pembelian pemain berkebangsaan Perancis dan dari Liga Perancis.
Sebanyak 32 dari 145 pemain yang pernah diboyong Wenger ke Arsenal merupakan pemain berpaspor Perancis. Jumlah itu belum termasuk pemain yang bukan warga negara Perancis tetapi berasal dari liga lokal Perancis.
Mantan pelatih AS Monaco itu berani mengisi tim dengan pemain mayoritas Perancis saat Liga Inggris masih sangat kaku terhadap pemain asing. Kebijakannya sempat diprotes beberapa pengamat sepak bola Inggris karena dinilai tidak membawa perkembangan bagi pemain Inggris.
Pada musim keduanya 1997/1998, Wenger sudah menjadikan empat punggawa Perancis, Patrick Viera, Nicolas Anelka, Emanuel Petit, dan Giles Grimandi, sebagai pemain reguler. Saat itu ada 11 pemain Inggris mendapat kesempatan bermain cukup banyak.
Saat membawa Arsenal sebagai juara tak terkalahkan Liga Primer 2003/2004, Wenger masih bertumpukan pemain Perancis, Thierry Henry, Viera, Robert Pires, Sylvian Wiltord, dan Pascal Cygan. Bedanya hanya empat pemain Inggris yang mendapat kesempatan bermain.
“Saat itu mentalitas negara (Inggris) ini belum percaya dengan pengaruh pemain asing,” kata Wenger. Sekarang wajah Liga Primer telah berubah menjadi rumah pemain asing. Sebanyak 344 dari 511 pemain di 20 klub merupakan pemain dari luar Inggris.
Layak dinanti bagaimana tim bermarkas di Holloway, London Utara, Inggris itu berubah menjadi kerajaan bagi negara lain. Arsenal sudah menjadi rumah bagi Perancis selama 22 tahun dan Jerman dalam 14 bulan terakhir. Kini waktunya Spanyol menunjukkan kelasnya. (AP/AFP/REUTERS)