Breaking News

Khofifah Indar Parawansa Wanti-wanti Fadli Zon terkait Puisinya yang Berjudul Doa yang Ditukar

"Saya berharap bahwa Bang Fadli berbesar hati untuk meminta maaf, itu hal yang sangat baik jika dilakukan beliau (Fadli),"

TRIBUNSOLO.COM/ASEP ABDULLAH ROWI
Khofifah Indar Parawansa menghadiri Deklarasi Jaringan Kiai-Santri Nasional (JKSN) Solo Raya untuk capres dan cawapres nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf di GOR Sritex Arena, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Sabtu (9/2/2019). (TRIBUNSOLO.COM/ASEP ABDULLAH ROWI) 

Puisi itu dinilai menghina KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen

Dalam aksi, mayoritas peserta mengenakan baju putih, kopiah, sarung.

Sementara di lengan mereka terdapat pita merah putih, sedangkan santriwati mengenakan busana muslim.

"Peserta sekitar 2.000. Dari 15 pesantren dan alumni-alumni pesantren yang sudah di rumah," kata Koordinator Aksi Muhammad Sa'roni kepada pewarta di sela-sela kegiatan.

Santri: Menghina Kiai Maimoen Zubair Berarti Menjadi Musuh Kami

 Tribun Jateng/Rifqi Gozali

 Sejumlah santri yang tergabung dalam Aliansi Santri Membela Kiai (Asmak) menggelar aksi bela kiai di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Jumat (8/2/2019) 

Selawat dan zikir menggema dalam aksi kali ini. Sementara massa dari santri mengikuti selawat dan zikir secara bersama-sama.

Poster bernada protes kepada Fadli Zon dibawa oleh peserta aksi.  

Di antara poster tersebut bertuliskan 'Badut Politik (Fadli Zon) minim prestasi, kerjanya hanya cari sensasi.'

Poster lainnya yang juga bernada sama yaitu 'Gak peduli etika ulama pun kau hina'.  

Muhammad Sa'roni mengatakan, tujuan dari pelaksanaan aksi kali ini agar ke depan tak ada lagi kejadian serupa yang dinilai menghina kiai.

"Hentikan mencela kiai. Kewajiban kita semua sebagai seorang muslim adalah menghormati ulama-ulama kita. Menghormati kiai-kiai kita. Menghormati para zuriyyah rasul. Wajib hukumnya untuk kita hormati," kata Sa'roni.

Di tengah aski juga digelar doa bersama agar Pilpres berjalan lancar tanpa ada halangan sekaligus tidak ada gesekan.

"Hentikanlah, jenengan semua tokoh-tokoh yang ada di Jakarta untuk mencela kiai-kiai kami. Karena bagi kami mencela kiai adalah berarti memusuhi kami, dan kami wajib untuk melawan ketika kiai-kiai kami dicela atau dizalimi," tuturnya.  

Sumber: Tribun Solo
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved