Pengusaha Ikan Nakal, Tangkapan 2.000 Ton Dilaporkan 20 Ton tapi Teriak Susi Mau Bunuh Pengusaha

Pengusaha Ikan Nakal, Tangkapan 2.000 Ton Dilaporkan 20 Ton tapi Teriak Susi Mau Bunuh Pengusaha

Editor: Tariden Turnip
Twitter Susi Pudjiastuti
Menteri Susi bacakan puisi berjudul Kau Bohong 

Pengusaha Ikan Nakal, Tangkapan 2.000 Ton Dilaporkan 20 Ton tapi Teriak Susi Mau Bunuh Pengusaha

TRIBUN-MEDAN.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti jengkel kepada sebagian pengusaha perikanan tangkap di Indonesia.

Sebab, mereka tidak patuh dan jujur dalam melaporkan hasil ekspornya.

"Dengan kenaikan ekspor kita sebesar 10 sampai 12 persen saja, ternyata yang unreported masih 80 persen lagi," ujar Susi dalam acara diskusi di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (12/2/2019).

Ia mencontohkan, ada pengusaha yang awalnya melaporkan nilai ekspor sebesar Rp 300 juta. Setelah ditelisik oleh KKP, rupanya nilai ekspornya lebih jauh dari itu.

Setelah ketahuan, pengusaha itu pun melaporkan kembali ke KKP.

Rupanya tetap saja yang dilaporkannya tersebut berada jauh di bawah nilai ekspor aslinya.

"Ada yang dari Rp 300 juta menjadi Rp 2 miliar. Jadi 20 ton menjadi 200 ton. Padahal tangkapannya 2.000 ton. Kepatuhan para pengusaha ini masih sangat kurang," ujar Susi.

Untuk mendorong pengusaha perikanan patuh dan jujur, Susi sampai membuat video testimoni yang berisi permintaan agar seluruh pengusaha perikanan tangkap di Indonesia melaporkan nilai ekspor secara jujur ke pemerintah.

Bertengkar dengan Pengusaha

Selain itu, Menteri Susi sampai berkomunikasi langsung dengan para pengusaha lewat pesan singkat.

Kepada satu per satu pengusaha, Menteri Susi meminta agar mereka mencantumkan nilai ekspor sesuai dengan kondisi asli, tidak dikurang-kurangkan.

Ketika berkomunikasi ini, Susi pun sering mendapatkan perlawanan dari pengusaha yang berniat tak jujur.

"Ini contoh pesan Whatsapp saya dengan mereka. Kalau saya tekan, dia jawab, Ibu maunya berapa? Kan sudah Rp 200 juta naik ke Rp 300 juta kemudian Rp 2 miliar. Saya bilang belum cukup. Anda pasti lebih dari itu," ujar Susi.

"Mereka lalu tanya, sebenarnya KKP maunya apa? Saya jawab lagi, KKP maunya apa, pakai tanda pentung (tanda seru). Jengkel juga. Mereka bilang, jadi Ibu Susi mau saya lapor berapa? Kan kurang ajar seperti itu. Ini pengusaha sama menterinya ngomong begitu coba," lanjut dia.

Susi sebenarnya memahami situasi psikologis pengusaha. Mereka berlaku demikian karena puluhan tahun memang pemerintah tidak pernah tegas dalam hal ini.

Susi pun berkomitmen terus memperbaiki dunia perikanan di Indonesia.

"Tapi alhamdulilah, dengan perbaikan-perbaikan, tahun kemarin dalam satu tahun ini kita bisa dapat tambahan angka 600.000 ton. Angka itu saja dikalikan 2 dollar AS saja sudah Rp 12 triliun. Jadi, apa yang dilakukan saat ini harus terus dijaga," ujar Susi.

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku kesal dengan perilaku pengusaha perikanan yang tak jujur dalam melaporkan hasil tangkapannya.

Sehingga, laporan pertumbuhan ekspor laut dalam negeri tercatat rendah.

"Dedikasi saya berikan, semua saya lakukan, tapi setiap kali liat angka, 'kerja apa kamu Menteri KKP? Hasil ekspor sedikit, karena Anda semua melakukan under-report, mbok ya jujur, melihat satu tahun terakhir setelah dua tahun setiap rapat kabinet ditanya naik ekspor cuma 10 sampai 12 persen, begitu kecil," ujar Susi di depan pengusaha perikanan tangkap di Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Susi pun mengancam akan kembali memberi izin kapal-kapal asing untuk melakukan penangkapan ikan di laut Indonesia jika para pengusaha tak segera memperbaiki laporan tangkapan ikannya.

"Kalau ini terus menerus rendah, Anda mau kapal asing kembali lagi? Saya buat aturan kapal China, Amerika, Filipina boleh masuk Indonesia dengan bayar sekian, malah lebih jelas pendapatannya," ujar Susi.

Susi menilai, berbagai langkah yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil laut dalam negeri. Meski hasil sudah terlihat, namun belum maksimal.

Pasalnya, peningkatan nilai tukar nelayan, nilai tukar usaha perikanan, juga nilai tukar budidaya perikanan masih belum merata.

"Mbok hormati, hargai, apresiasi kerja pemerintah dan menterinya, saya lakukan semua yang perlu tapi apresiasinya nol, ini yang buat saya marah," ujar dia.

DITUDING MAU BUNUH PENGUSAHA

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa kementeriannya bekerja dengan tiga prinsip, yakni kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan.

Maka, sederet kebijakan dikeluarkan agar selaras dengan prinsip itu. Misalnya, moratorium kapal asing, penangkapan dan penenggelaman kapal pencuri ikan, pelarangan penggunaan alat tangkap ikan yang merusak lingkungan, modernisasi alat tangkap nelayan hingga membangun industri perikanan.

Namun Susi mengakui, masih banyak orang di Indonesia yang tak berpikir tentang keberlanjutan sehingga memprotes keras kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan.

"Separuh orang Indonesia, terutama kelas tertentu, itu masih generasi lama yang enggak berpikir soal sustainability, keberlanjutan. Pengusahanya juga sama," ujar Susi saat acara diskusi di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (12/2/2019).

"Sehingga kalau diatur sedikit saja, dia bilang, oh lu mau bunuh pengusaha. No! Justru salah. Kamu yang harus berpikir keberlanjutan keuntungan bisnis kamu," tegasnya.

Susi pun dapat memastikan bahwa kebijakan yang dikeluarkannya benar-benar berdampak positif bagi keberlanjutan di dunia perikanan.

Tahun pertama pemerintah menegakkan hukum di laut, Susi mendapatkan laporan mengenai hasil maksimal nelayan kecil.

Nelayan di Pulau Banda misalnya. Mereka ada yang mendapatkan ikan tuna seberat 7-12 kilogram per ekor.

Pada tahun kedua, bobot rata-rata ikan tuna yang mereka tangkap naik menjadi 17-20 kilogram per ekor.

Pada tahun ketiga, bobot rata-rata ikan sudah mencapai 37 kilogram per ekor.

"Sekarang, nelayan di Banda itu bisa mendapatkan tuna dengan bobot 60-90 kilogram per ekor dan saya baru dapat laporan, ada nelayan yang sudah mendapatkan bantuan kapal dari kita, mancing satu tahun dapat 562 ekor (tuna). Dia untung Rp 6 miliar dalam satu tahun," papar Susi.

Berdasarkan asesmen dari lembaga internasional dan kementeriannya sendiri, stok ikan di perairan Indonesia yang pada empat tahun lalu diperkirakan hanya 7,1 juta ton, kini meningkat tajam menjadi 12,5 juta ton.

Meski kerap mendapatkan protes, Susi mengatakan, kebijakannya ini sekaligus menjadi sosialisasi bagi masyarakat, khususnya nelayan tangkap dan pengusaha, untuk juga berpikir mengenai keberlanjutan bisnisnya di masa mendatang.

BACA PUISI BERJUDUL BOHONG

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kembali membacakan puisi baru yang ia ciptakan.

Bukan di acara besar, mentri Susi membacakan puisi di hadapan masyarakat tepat di pinggir laut.

Aksinya saat membacakan puisi diunggahnya dalam akun Twitter pribadinya, dengan keterangan “Kegembiraan hari ini.”

Puisi karyanya itu diberikan judul, Kau Bohong.

Orang-orang tampak serius mendengarkan baik demi baik puisi yang susi bacakan.

 

Ia mengungkapkan bahwa puisi ini ditujukannya pada beberapa orang yang disebutnya spesial.

“Untuk seorang kawan spesial dan beberapa kawannya yang juga spesial.”

“Judulnya, Kau Bohong.”

“Kau bilang, mama, kawan, papa dan semua orang dekatku bicara begini dan begitu.

“Kutanya dan kucek, ternyata kau bohong.”

Mentri Susi tampil sangat sederhana dengan kaos berwarna biru dan kacamata hitam.

Usai membacakan puisi, ia menutup dengan ucapan Terima Kasih dan langsung mendapatkan sorak sorai dari orang-orang yang ada di sekitar.

Beberapa bahkan menerikkan ‘Merdeka.’

Twit Susi ini langsung menarik perhatian warganet.

Beberapa memuji penampilannya dan sementara yang lainnya menduga-duga kepada siapa puisi itu dikirimkan.

Artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Menteri Susi: Orang Indonesia Diatur Sedikit, Dibilang Mau Bunuh Pengusaha" dan "Jadi Ibu Susi Mau Saya Lapor Berapa, Kan Kurang Ajar Seperti Itu..."", 
Penulis : Fabian Januarius Kuwado

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved