Viral Medsos

Pergi ke Surabaya via Kuala Lumpur, Keluarga Ini Hemat Rp 32 Juta, Hingga Ramai-ramai Bikin Paspor

Setelah sempat turun beberapa saat, harga tiket pesawat rute domestik kembali naik

Editor: AbdiTumanggor
KOLASE SERAMBINEWS.COM/GOOGLE MAPS
Ketua YARA, Safaruddin SH bersama keluarganya berwisata di Kuala Lumpur dalam perjalanan dari Banda Aceh ke Surabaya, Selasa (5/2/2019). 

TRIBUN-MEDAN.COM - Setelah sempat turun beberapa saat, harga tiket pesawat rute domestik kembali naik sejak beberapa hari terakhir.

Kembali naiknya harga tiket pesawat rute domestik ini disampaikan sejumlah warga Aceh dalam beberapa hari ini.

Karenanya, para warga Aceh ini mengaku tetap memilih jalur penerbangan internasional via Malaysia untuk mencapai ibukota Republik Indonesia (Jakarta), maupun kota-kota tujuan lainnya di Pulau Jawa.  

Seperti disampaikan Safaruddin SH kepada Serambinews.com Selasa (12/2/2019).

Melalui pesan Whatsapp, Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) ini menceritakan, dia bersama istri dan 3 anak serta seorang familinya (total 6 orang), berangkat ke Malang (Jawa Timur) dengan menempuh jalur Banda Aceh - Kuala Lumpur - Surabaya.

Melalui rute ini, Safaruddin yang merupakan pemegang kartu GarudaMiles Platinum bisa menghemat uang hingga Rp 32 juta untuk tiket pesawat (6 orang) pergi dan pulang Banda Aceh - Surabaya.

Baca: TERUNGKAP Ini Biang Kerok Lonjakan Harga Tiket Pesawat, Ini Solusi yang Akan Ditempuh Jokowi

Baca: Pengusaha Ikan Nakal, Tangkapan 2.000 Ton Dilaporkan 20 Ton tapi Teriak Susi Mau Bunuh Pengusaha

Kartu GarudaMiles Platinum milik Safaruddin SH.
Kartu GarudaMiles Platinum milik Safaruddin SH. (SERAMBINEWS.COM/Hand Over)

Rinciannya, total harga tiket dari Aceh ke Surabaya melalui Kuala Lumpur adalah Rp 9.263.131 (sudah termasuk biaya bagasi).

Safaruddin hanya perlu membuat paspor untuk 3 orang anaknya, sebagai dokumen perjalanan internasional.

Paspor dan tiket pesawat Malaysia Airlines tujuan Kuala Lumpur-Surabaya, milik Safaruddin dan keluarga, Rabu (6/2/2019).
Paspor dan tiket pesawat Malaysia Airlines tujuan Kuala Lumpur-Surabaya, milik Safaruddin dan keluarga, Rabu (6/2/2019). (For Serambinews.com)

“Pada saat saya pesan tiket dengan jalur internasional itu, harga tiket Garuda Rp 4.034.700 per orang, kalau 6 orang totalnya Rp. 24.208.200. Dengan berangkat menggunakan maskapai milik Malaysia, saya bisa hemat Rp 14.945.069,” kata Safaruddin.

Harga tersebut juga tidak jauh berbeda, bahkan lebih tinggi saat pulang ke Aceh.

Karena besarnya biaya tiket pesawat yang bisa dihemat, maka Safaruddin memilih menginap dua malam di Kuala Lumpur, membawa anak-anaknya berwisata di ibukota negeri jiran itu.

Baca: Foto-foto Bandara Kualanamu dan Bandara Soekarno-Hatta Sunyi Sepi bak Kuburan, Ini Penyebabnya

Safaruddin juga menyatakan, pesawat yang ditumpanginya melalui jalur internasional ini, bukan hanya pesawat Air Asia yang dikenal berbiaya murah.

Tapi, dari Kuala Lumpur ke Surabaya dan sebaliknya, pesawat yang ditumpangi oleh Safaruddin adalah Malaysia Airlines yang kualitas pelayanannya setara Garuda Indonesia.

Sama seperti Garuda Indonesia, penumpang pesawat Malaysia Airlines juga tidak dikenakan biaya bagasi, hingga 30 kilogram per orang.

Sebagai gambaran, di bawah ini perbandingan harga tiket Surabaya – Kuala Lumpur dengan menumpang Garuda Indonesia dan Malaysia Airlines.

Perbandingan harga tiket Garuda Indonesia dan Malaysia Airlines dari Surabaya - Kuala Lumpur, untuk penerbangan hari Minggu 17 Februari 2019.
Perbandingan harga tiket Garuda Indonesia dan Malaysia Airlines dari Surabaya - Kuala Lumpur, untuk penerbangan hari Minggu 17 Februari 2019. (Capture Situs Traveloka)
Harga tiket Garuda Indonesia, Surabaya - Banda Aceh (transit CGK), untuk penerbangan hari Minggu 17 Februari 2019.
Harga tiket Garuda Indonesia, Surabaya - Banda Aceh (transit CGK), untuk penerbangan hari Minggu 17 Februari 2019. (Capture Situs Traveloka)

Berikut cerita lengkap Safaruddin yang dikirim melalui pesan Whatsapp kepada Serambinews.com.

Saya berangkat dari Banda Aceh tanggal 5 Februari 2019, dari Aceh ke Kuala Lumpurdengan menggunakan maskapai Air Asia.

Harga tiketnya Rp 425.000/org dan kami berangkat sebanyak enam orang (3 dewasa 3 anak anak), jadi total tiketnya dengan bagasi 40 Kg seharga Rp 365.926, dengan total seluruhnya Rp 2.915.038.

Setelah menginap dua malam di Bukit Bintang, sambil berwisata sejenak, kemudian tanggal 6 Februari kami terbang ke Surabaya dengan menggunakan maskapai Malaysia Airlines.

Harganya tiketnya Rp 1.089.200, untuk orang dewasa dan Rp 951.700 untuk anak anak dengan gratis bagasi 30 kg/org.

Total harga tiket untuk 3 dewasa dan 3 anak adalah Rp. 6.348.093,-

Jadi total harga tiket enam orang dari Aceh ke Surabaya dengan maskapai Air Asia dan Malaysia Airlines adalah Rp 9.263.131.

Pada saat saya pesan tiket melalui jalur internasional ini, harga tiket Garuda Indonesia dari Banda Aceh ke Surabaya(transit di Cengkareng), per orangnya adalah Rp 4.034.700.

Kalau 6 orang totalnya Rp 24.208.200.

Maka, dengan berangkat menggunakan maskapai milik Malaysia, saya bisa menghemat uang Rp 14.945.069.

Kemudian saya juga sudah pesan tiket pulang untuk tanggal 17 Februari 2019, dari Surabaya ke Banda Aceh menggunakan maskapai Air Asia dengan harga tiket Rp. 936.100/orang, total harga tiket di tambah bagasi 60 kg total yang harus saya bayarkan adalah Rp. 7.154.100.

Sedangkan jika menggunakan maskapai Garuda Indonesia saya harus keluarkan Rp 4.089.700/orang.

Total untuk enam orang sejumlah Rp 24.538.200.

Maka, dengan menempuh jalur internasional, untuk tiket pulang saya bisa hemat Rp 17.384.100.

Untuk perjalanan Aceh -Surabaya pergi dan pulang saya bisa hemat Rp  32.329.169

Memukul Pariwisata

Tak hanya di Aceh yang berada di ujung Pulau Sumatra, dampak kenaikan harga tiket domestik memukul industri pariwisata di banyak daerah.

Kebijakan bagasi berbayar yang diterapkan maskapai penerbangan berbiaya “agak murah”, semkain menambah berat beban para pelaku usaha kecil menengah yang memproduksi merchandise dan oleh-oleh khas daerah.

Di Batam, keadaan ini mendorong para pelaku wisata menggelar pawai keprihatinan pariwisata, Senin (11/2/2019).

Dalam aksi yang digelar di Gerbang Utara Dataran Engku Putri Batam, para pelaku pariwisata di Batam menyuarakan keprihatinan terhadap mahalnya harga tiket pesawat tujuan domestik dan penerapan bagasi berbayar.

Syarif Hidayatullah, manajer salah satu usaha penghasil oleh-oleh di Batam mengatakan, industri pariwisata di Batam turun drastis sejak naiknya tiket pesawat domestik serta pemberlakuan bagasi berbayar.

Khusus untuk outlet oleh-oleh, biasanya mereka bisa mengumpulkan omset sehari Rp 5 hingga Rp 6 jutaan, sekarang menurun drastis hanya Rp 2 jutaan.

"Hampir 60 persen omset menurun. Sangat berdampak pada pelaku usaha pariwisata. Baik di bidang oleh-oleh, restoran, jasa transportasi, agent, travel. Orang pasti berpikir dua kali mau beli oleh-oleh," ujar Manajer Operasional Nayadam, Syarif Hidayatullah kepada Tribun Batam, Kamis (24/1/2019).

Diakuinya, saat pegawai yang menjaga outlet Nayadam di Nagoya dan Bandara menawarkan pada konsumen, mereka beralasan takut dikenakan charge lagi oleh maskapai penerbangan yang menerapkan bagasi berbayar.

"Belinya sedikit-sedikit. Palingan 1 buat makan atau dua untuk dibawa balik yang bisa dimasukkan ke dalam tasnya. Pembelinya otomatis berkurang," katanya.

Ramai-ramai Bikin Paspor

sejak beberapa hari lalu, warga Aceh ramai-ramai membuat paspor hanya karena ingin ke Jakarta.

Pasalnya, sebagian besar warga Aceh, terutama yang menggunakan uang pribadi, kini memilih berangkat ke Jakarta melalui Kuala Lumpur Malaysia.

Amatan Serambinews.com, fenomena baru ini mulai menghebohkan media sosial sejak seminggu terakhir.

Warganet ramai-ramai memosting perbandingan harga tiket antara penerbangan domestik (Banda Aceh – Medan - Jakarta atau Banda Aceh langsung ke Jakarta), dengan penerbangan melalui jalur internasional (Banda Aceh – Kuala Lumpur – Jakarta).

Tampak perbedaan mencolok antara keduanya.

Harga tiket domestik Banda Aceh – Jakarta mencapai Rp 3 juta, sementara harga tiket Banda Aceh – Jakarta via Kuala Lumpur, tidak sampai Rp 1 juta.

Berikut di antara warga Aceh yang memosting pengalamannya pergi ke Jakarta via Kuala Lumpur.

"Bahagian kepiluan sumbangan Nyak Sandang Cs," tulis Jamaluddin M Jamil, mantan Ketua KNPI Aceh, dalam status yang menyertai tiga fotonya saat berada di Bandara Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA).

Nyak Sandang yang dimaksud oleh Jamaluddin adalah salah satu penyumbang uang untuk membeli pesawat Seulawah RI 001 Seulawah yang merupakan cikal bakal maskapai Garuda Indonesia. 

Melalui statusnya, Jamaluddin menyindir harga tiket pesawat Garuda Indonesia dari dan ke Aceh yang sangat mahal, sehingga warga Aceh banyak yang memilih penerbangan via Kuala Lumpur dengan maskapai Air Asia.

 

Anggota DPR Aceh, Asrizal H Asnawi, ikut memosting status satire (sindiran) tentang fenomena baru yang terjadi di Aceh, sebagai dampak mahalnya harga tiket penerbangan domestik.

"Orang Aceh ke Jakarta pakai pasport, semoga orang Jakarta yg mau ke Aceh juga pakai pasport.
Jelas sudah posisi kita," tulis Wakil Ketua Komisi IV DPRA ini, dalam status Facebooknya yang kemudian mengundang berbagai tanggapan warganet.

Safaruddin SH, Direktur Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) adalah salah satu warga yang ikut membikin paspor baru bagi anak-anaknya.

“Saya harus bikin paspor untuk empat orang, 3 anak dan seorang keluarga lain, padahal saya ingin pergi ke Malang yang masih dalam wilayah Indonesia,” kata Safaruddin kepada Serambinews.com, Jumat (11/1/2019).

Safaruddin mengatakan, mahalnya harga tiket penerbangan domestik, membuat dirinya harus memilih jalur penerbangan internasional untuk mencapai Malang, Jawa Timur.

Antrean warga yang membuat paspor di Kantor Imigrasi Banda Aceh, Jumat (11/1/2019) siang.
Antrean warga yang membuat paspor di Kantor Imigrasi Banda Aceh, Jumat (11/1/2019) siang. (Foto Kiriman Sekretaris YARA, Fakhrurrazi)

Berdasarkan hasil pengecekan di situs penjualan tiket, kata Safaruddin, jika menempuh penerbangan domestik dengan maskapai Garuda Indonesia, perlu uang sebesar Rp 4 juta lebih per orang untuk tiket Banda Aceh - Jakarta - Malang.

Jadi, untuk enam orang, Safaruddin harus mengeluarkan uang sebesar Rp 24 juta.

Sementara melalui jalur Banda Aceh - Kuala Lumpur - Surabaya dengan maskapai Air Asia, harga tiketnya adalah Rp 950.000 per orang.

Maka, untuk 6 orang, Safaruddin hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 5.700.000.

Harga tiket tersebut, kata Safaruddin, sudah dia booking untuk penerbangan bulan Februari 2019.

“Saya bisa menghemat hampir 20 juta Rupiah. Dipotong untuk biaya pembuatan empat paspor sebesar Rp 1.420.000 (Rp 355 ribu per paspor), lalu potong lagi untuk ongkos bus dari Surabaya ke Malang sekitar 500 ribu, saya masih bisa menghemat sebesar 18 juta Rupiah,” kata pemegang kartu GarudaMiles Platinum bernomor 725 054 116 ini.

Paspor ini dibutuhkan karena perjalanan ke Malang harus dilakukan melalui pintu keberangkatan internasional.

Jika tidak memilih Garuda Indonesia, atau pilih penerbangan domestik lainnya selain Garuda, harga tiket dari Banda Aceh ke Malang juga berkisar antara Rp 3 juta per orang.

Safaruddin pun mengimbau masyarakat Aceh yang ingin ke Jakarta atau daerah-daerah lain di Pulau Jawa agar memilih jalur Kuala Lumpur.

“Lebih bagus lagi kalau meginap selama satu malam di Kuala Lumpur, bisa jalan-jalan dan belanja di sana,” ujar Safaruddin seraya menyatakan kekesalannya terhadap “kebijakan pemerintah yang sangat tidak prorakyat.”

“Bukannya memberikan layanan khusus kepada rakyat Aceh yang telah menyumbang nenek moyangnya dahulu, Garuda Indonesia malah mencekik masyarakat Aceh. Padahal banyak obligasi milik rakyat Aceh yang belum mereka bayar dengan berbagai alasan,” tukas Direktur Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) ini.

Direktur YARA Safaruddin
Direktur YARA Safaruddin (SERAMBINEWS.COM/M ANSHAR)

Terpaksa Beli Tiket Mahal

Nasib tak mengenakkan dialami sejumlah mahasiswa asal Aceh yang sedang menuntut ilmu di Pulau Jawa. 
Beberapa dari mereka terpaksa membeli tiket mahal, karena tidak punya paspor.

Ada yang punya paspor, tapi tetap tidak memilih jalur Jakarta - Kuala Lumpur - Aceh, karena alasan kesetiakawanan terhadap teman-temannya yang tidak memiliki paspor.

“Karena alasan setia kawan ini, saya terpaksa harus membeli tiket Garuda Indonesia untuk anak saya yang akan pulang ke Aceh pada Senin 21 Januari 2019,” ungkap Bukhari M Ali, warga Jeulingke kepada Serambinews.com, Jumat (11/1/2018).

“Nanti saat kembali ke Jakarta, anak saya dan teman-temannya sudah sepakat untuk memilih jalur via Kuala Lumpur. Teman-teman dia akan bikin paspor saat di Aceh nanti,” imbuh Bukhari.

Bukti pembelian tiket pesawat Garuda dari Jakarta ke Banda Aceh, untuk tanggal 21 Januari 2019, seharga Rp 3.057.700
Bukti pembelian tiket pesawat Garuda dari Jakarta ke Banda Aceh, untuk tanggal 21 Januari 2019, seharga Rp 3.057.700 (For Serambinews.com)

Sebelumnya, seorang warga Banda Aceh, Boy, kepada Serambi, Kamis (10/1/2019) menyatakan lebih memilih transit di Kuala Lumpur terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanannya ke Jakarta.

“Saya sudah pesan tiket untuk keberangkatan dari Banda Aceh ke Jakarta dengan transit di Kuala Lumpur. Untuk rute ini ternyata lebih murah dibandingkan langsung ke Jakarta yang harga tiketnya hampir 3 juta rupiah per orang. Apabila kita transit di Kuala Lumpur harga tiketnya justru di bawah 1 juta rupiah per orang,” ujar Boy membanding.

Boy mengaku, kenaikan harga tiket penerbangan domestik kali ini terasa sangat berat, apalagi untuk perjalanan pribadi.

Bagi pebisnis seperti Boy yang sering bolak-balik Banda Aceh-Jakarta kenaikan harga tiket pesawat kali ini ia pantas keluhkan.

“Kalau mau ke Jakarta sekarang dari Banda Aceh benar-benar berat di ongkos jadinya,” kata Boy.

Banda Aceh – KL - Padang

Tak hanya yang ingin ke Pulau Jawa, warga Banda Aceh yang ingin ke Padang Sumatera Barat, juga memilih menempuh jalur via Kuala Lumpur.

Padahal Padang dan Aceh sama-sama berada di Pulau Sumatera, dan hanya terpisah oleh satu provinsi, yaitu Sumatera Utara.

Adalah Dr M Adli Abdullah MCL, Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini, yang mengungkapkan sering pergi ke Padang melalui Kuala Lumpur.

Adli mengatakan, dia kerap menjenguk anaknya yang kuliah di Uiversitas Andalas Padang.

“Sekarang, kalau mau pergi ke seluruh Indonesia lebih murah naik AirAsia dan kita transit via Kuala Lumpur. Anak saya ada yang kuliah di Universitas Andalas. Nah, kalau saya mau ke Padang dari Aceh, dulu jalurnya adalah Banda Aceh-Kuala Namu-Bandara Padang. Tapi sekarang, jalur Banda Aceh-Kuala Lumpur-Padang jauh lebih murah,” ujarny.

Adli pun membanding, Banda Aceh-Padang naik AirAsia via Kuala Lumpur ongkosnya hanya Rp 826.000. Sedangkan Padang-Medan saja naik Lion Air tiketnya Rp 1.464.000. Belum lagi ongkos Banda Aceh-Medan.

“Nah, kalau naik Garuda dari Banda Aceh ke Padang via Jakarta tiketnya malah 4.364.700 rupiah. Ini yang membuat saya atau istri lebih memilih via Kuala Lumpur kalau ingin ke Padang. Faktanya, lebih murah ke negara orang,” sebut Adli.

Data dihimpun Serambinews.com dari curhatan warga di media sosial, kenaikan harga tiket ini “gila-gilaan”.

Garuda dari biasanya Rp 1,4 juta sekarang Rp 2,9 juta. Batik juga dari Rp 1,1 juta sekarang Rp 2,5 juta.

Kenaikan harga ini juga membuatnya untuk beralih penerbangan dari Banda Acehtransit Kuala Lumpur, selanjutnya ke Jakarta.

Warga Aceh berharap kenaikan harga tiket untuk penerbangan domestik hendaknya segera ditinjau oleh Menteri Perhubungan dan diturunkan kembali.

 “Tadi sempat saya cek di Traveloka, ternyata keberangkatan 17 Januari 2019 dari Banda Aceh ke Jakarta harganya hampir 3 jutaan rupiah. Saya merasa berat atas kenaikan harga ini, semoga secepatnya ada penurunan,” kata Suryadi.

Harga Tiket Domestik

Penelusuran Serambi di Traveloka dengan mengambil beberapa tanggal secara acak, terbaca bahwa harga tiket keberangkatan 21 Januari 2019 dari Banda Aceh ke Jakarta naik Garuda Rp 2.962.700/orang.

Tiket Batik Air Banda Aceh-Jakarta Rp 2.559.000/orang.

Citilink transit di Kualanamu Rp 1.998.000/orang.

Lion transit di Kualanamu Rp 1.888.000- Rp 2.212.000/orang.

Sementara penerbangan AirAsia dari Banda Aceh ke Jakarta via Kuala Lumpur hanya Rp 879.700/orang.

Sementara pada tanggal 13 Februari 2019, harga tiket Garuda dari Banda Aceh ke Jakarta Rp 2.962.700/orang.

Batik Air dari Banda Aceh Rp 2.559.000/orang.

Citilink transit Kualanamu Rp 1.998.000/orang.

Lion transit Kualanamu Rp 1.888.000- Rp 2.212.000/orang.

Sedangkan Air Asia transit ke Kuala Lumpurharga tiketnya mulai Rp 716.700/orang.

Penerbangan naik Garuda dari Jakarta ke Banda Aceh pada 20 Maret 2019 mencapai Rp 3.057.700/orang.

Batik Air Banda Aceh-Jakarta Rp 2.609.000/orang.

Citilink transit Kualanamu Rp 2.013.000/orang.

Lion transit Kualanamu mulai Rp 1.918.000- Rp 2.242.000/orang.

Sedangkan transit naik AirAsia ke Kuala Lumpur, harga tiketnya hanya Rp 693.700/orang.

BBM dari Minyak Wangi

Mahalnya harga tiket penerbangan domestik dari dan ke Aceh ini membuat sejumlah pihak meradang.

Lukman Age, Bendahara DPP Partai Nanggroe Aceh, menulis status di Facebooknya tentang tiket pesawat domestik yang kenaikan harganya gila-gilaan dalam sepekan terakhir.

“Masih tentang tiket pesawat, Banda Aceh(BTJ) ke Perth, Australia, via Kuala Lumpurhanya Rp 1.665.000. Sedangkan Banda Aceh ke Jakarta paling murah Rp 2.205.000. Mungkin pesawat di Indonesia BBM-nya pakai minyak wangi, maka mahal tiketnya,” tulis Lukman.

Status Lukman tersebut menuai komentar para netizen.

Bahkan ada yang bercanda sebaiknya Aceh menjadi bagian Malaysia saja, karena harga tiket AirAsia dari Aceh ke Malaysia sangat murah, seperti lazimnya harga tiket pesawat domestik.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Ahmad Humam Hamid MA mengutip informasi yang dia peroleh dari temannya yang bekerja di imigrasi.

Bahwa 80 persen penumpang AirAsia dari Indonesia setiba di Kuala Lumpur melanjutkan penerbangannya ke Jakarta, Bandung, atau Surabaya. Itu karena harganya lebih murah.

“Jangan sampai nanti kebijakan ini membuat orang berpikir dua kali untuk tetap ‘menjadi’ orang Indonesia,” kata sosiolog lulusan Kansas University, Amerika Serikat yang doyan traveling ini.

Apa yang disampaikan Humam, senada dengan yang diutarakan pihak travel di Banda Aceh.

Bahwa belakangan ini semakin banyak penumpang yang memilih terbang dari Banda Aceh ke Kuala Lumpur lebih dahulu sebelum ke Jakarta atau sebaliknya, karena harga tiketnya lebih murah.

“Bagi yang berangkat pribadi, pastilah ia akan mencari alternatif yang murah. Artinya, dari Banda Aceh ke Kuala Lumpurkemudian lanjut lagi ke Jakarta itu lebih murah, bisa dapat satu jutaan rupiah. Cuma masalahnya transit di Kuala Lumpur dua sampai empat jam, dan menggunakan paspor,” sebut pihak travel yang tak ingin namanya ditulis.

Ia juga mengatakan, saat ini sebetulnya harga tiket pesawat diberlakukan harga normal.

Sebab masyarakat sedang menghadapi liburan, tahun baru, dan hari-hari besar keagamaan sehingga dari tahun ke tahun harga yang diberlakukan merupakan harga normal.

“Setelah tahun baru dan liburan keberangkatan tak lagi ramai maka harga tiket turun lagi,” ungkapnya.

Ia tambahkan, di Garuda dan Lion Air ada kelas 1, 2, 3, 4, dan 5. Nah, apabila di kelas itu penumpangnya kosong maka turun ke harga bawah.

Apabila nanti seat penuh dengan harga promo maka dalam satu hari disediakan 50 seat.

Apabila pada hari itu jumlah seat tersebut habis maka harganya itu di atas promo.

“Harga tiket ditentukan semua dari pusat, jadi kita hanya menjualnya saja,” katanya mengakhiri. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved