Detik-detik Kauffman Diterkam Singa 3 Meter, Pukulkan Batu dan Tusukkan Ranting hingga Singa Mati
Detik-detik Kauffman Diterkam Singa 3 Meter, Pukulkan Batu dan Tusukkan Ranting hingga Singa Mati
Detik-detik Kauffman Diterkam Singa 3 Meter, Pukulkan Batu dan Tusukkan Ranting hingga Singa Mati
TRIBUN-MEDAN.com - Travis Kauffman tidak menyangka, kegiatan lari yang dilakoninya pada 4 Februari nyaris menjadi momen terakhirnya.
Sebabnya dia diterkam oleh seekor singa gunung jalur lari Colorado, Amerika Serikat (AS), sebelum berhasil membunuh singa itu dan ke rumah sakit.
"Penuh dengan adrenalin," kata Kauffman dalam wawancara dengan Taman dan Alam Liar Colorado pada 11 Februari, dikutip CNN Kamis (14/2/2019).
Dia menjelaskan ada titik di mana dia bakal tersudut dan berakhir sebagai pengisi perut singa gunung muda tersebut.
"Namun sebagian besar adrenalin itu seakan terus menendang saya pada peristiwa itu," ungkap pria berusia 31 tahun tersebut.
Kauffman mengingat kembali kejadian di mana dia tengah kawasan terbuka Gunung Horsetooth, Fort Collins, ketika mendengar desir pinus di belakangnya.
Awalnya dia memilih tidak memedulikan suara itu, dan mengira dilakukan oleh "makhluk hutan dengan ukuran lebih kecil".
Namun, di pikirannya terbersit sesuatu yang lain.
Dia segera menoleh dan melihat singa dengan panjang tiga meter telah bersiaga di belakang.
"Ketakutan terbesar saya menjadi nyata," terangnya.
Dikutip The Guardian, kucing besar itu segera menerjangnya.
Yang Kauffman ingat, dia menengadah dan berteriak "sangat barbar".
Singa gunung itu membenamkan gigi taringnya ke pergelangan tangan Kauffman di tengah upaya melindungi muka dan kakinya dari cakar.
Dia mengisahkan ketakutan segera menguasainya.
Dia dengan waswas memperhatikan sekeliling kalau-kalau jika induk singa datang melindungi anaknya.
Namun ketika tidak ada singa lain yang menghampiri, ketakutan dalam diri Kauffman pun sirna, berganti insting bertahan hidup.
Dengan tangannya yang bebas, Kauffman segera menjangkau batu terdekat dan memukulkannya ke bagian belakang kepala, serta menusuk dengan ranting.
Dia sadar harus segera melakukan aksi yang lebih drastis.

Jadi, dia segera menginjak leher singa itu dengan kakinya sampai predator itu kesulitan bernapas.
Cara itu terbukti ampuh dengan si singa melepaskan gigitannya, dan memberikan waktu bagi Kauffman untuk berlari menyelamatkan diri.
Sambil matanya yang awas mengawasi jika ada singa gunung mengintai, Kauffman berlari sejauh lima km hingga bertemu pelari lain.
Bersama pelari itu, Kauffman menjangkau tempat parkir di mana dia bertemu pasangan yang baru saja memarkirkan mobil mereka.
Pasangan itu segera membawanya ke rumah sakit.
Dokter bergerak cepat dengan membersihkan dan melihat luka-lukanya. Termasuk luka di pipi kiri.
Total Kauffman mendapat 28 jahitan meliputi 19 di bagian pipi, enam di sekitar pipi, serta tiga di bagian pergelangan tangan.
Ty Petersburg, manajer alam liar menuturkan jajarannya segera menemukan bangkai singa itu, dan menyatakan Kauffman sebagai korban.
"Travis adalah pria muda yang sangat luar biasa," puji Petersburg.
Singa itu diotopsi dengan tak ditemukan ada tanda rabies.
Kauffman yang mendeskripsikan dirinya sebagai pelari fanatik sekaligus pemain ski berkata dia masih tetap melanjutkan hobinya.
"Saya jelas bakal berlari kembali. Namun, kali ini saya akan pergi dengan teman," tutup Kauffman yang pindah ke Fort Collins lima tahun silam.
Cougar, yang dikenal pula sebagai singa gunung, merupakan anggota keluarga kucing liar.
Mereka tinggal di semua kawasan benua Amerika, mulai wilayah British Columbia hingga Argentina.
Serangan singa gunung di Amerika Utara sangat jarang terjadi, kata pimpinan suaka marga satwa.
Data CPW menyebutkan, dalam seabad lebih, kurang dari selusin orang terbunuh akibat serangan Cougar.
Dalam kasus tertentu, serangan sering melibatkan singa yang sakit atau kelaparan, yang biasanya sulit dipahami dan cenderung menghindari manusia.

Serangan itu terjadi pada Senin sore di lintasan West Ridge di kawasan pegunungan Horsetooth Mountain di dekat kota Fort Collins, yang letaknya sekitar 106 km dari Denver/LARIMER.ORG.
Jika Anda pernah melihat singa atau sejenisnya, pihak berwenang mengatakan agar tidak usah berlari, karena hal itu dapat memicu refleks berburu sang singa.
"Berlari bisa merangsang insting singa untuk mengejar dan menyerang," kata pihak pengelola taman nasional itu.
Sebaliknya, orang itu harus berdiri kukuh dan berusaha untuk terlihat lebih besar, dan apabila diserang, serang balik dengan menggunakan senjata apa pun.
"Apa yang harus Anda lakukan adalah meyakinkan singa bahwa Anda bukan mangsa dan bahwa Anda sebenarnya bisa membahayakan singa," demikian pernyataan resmi pengelola taman suaka marga satwa di pegunungan Colorado, AS.
"Orang-orang yang melakukan serangan balik biasanya menggunakan batu, tongkat, topi atau jaket, alat berkebun atau dengan tangan kosong, dan itu berhasil," jelas mereka, seraya menambahkan bahwa area sensitif seperti mata harus menjadi sasaran pertama.
Pada Mei lalu, seorang pengendara sepeda terbunuh dan yang lain terluka oleh apa yang oleh pihak berwenang digambarkan sebagai cougar "kurus" di negara bagian Washington.
Pada September 2018, seorang pejalan kaki di Oregon ditemukan tewas, yang menurut pejabat terkait, dicurigai merupakan kematian pertama di negara bagian tersebut yang disebabkan oleh singa gunung liar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pria Ini Kisahkan Bergulat dan Bunuh Singa Gunung yang Menerkamnya"
Penulis : Ardi Priyatno Utomo