Katimun Blak-blakan Soal Isu Kiamat yang Membuat Puluhan Orang Pindah
Mereka datang ke pondok yang diasuh oleh Muhammad Romli atau Gus Romli untuk mengikuti program Triwulan atau tiga bulanan.
Saat mendatangi rumah ke rumah, kata Ipong, disampaikan kepada warga kiamat sudah dekat. Untuk itu jamaah diminta menjual aset-aset yang dimiliki untuk bekal diakhirat atau dibawa dan disebarkan di pondok.
"Mereka juga sampaikan kalau masuk ke jemaah ini maka ketika dunia ini kiamat mereka tidak ikut kiamat," kata Ipong.
Tak hanya itu, kata Ipong, penyebar aliran itu juga menyatakan ramadhan yang akan datang akan ada huru-hara atau perang. Untuk itu jamaah diminta membeli pedang kepada kyai seharga Rp 1 juta.
"Bila tidak membeli pedang diminta menyiapkan senjata di rumah. Ini tidak masuk semua," kata Ipong.
Ipong mengatakan pengikut kyai asal Kasembon itu tidak hanya berasal dari Ponorogo saja. Informasinya ada juga yang berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Ipong menambahkan saat ini 52 warganya itu sudah pindah ke pondok yang berada di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang sejak sebulan lalu.
"Tak hanya pindah, rumahnya juga sudah dijual tetapi ada yang belum laku," kata Ipong.
Gubernur Khofifah Diminta Turun Tangan

Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni meminta Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa segera turun tangan menangani kasus kepindahan 52 warganya karena diterpa isu kiamat.
Bagi Ipong, penanganan aliran itu harus cepat dilakukan agar tidak melebar ke daerah lain.
"Saya harapkan Gubernur segera mengambil langkah. Saya khawatir kasus ini akan seperti Gafatar," kata Ipong, Rabu (13/3/2019).
Tak hanya Khofifah, Ipong juga meminta MUI Jatim segera turun tangan lantaran peristiwanya lintas kabupaten. Bahkan ia mendapatkan informasi, aliran itu sudah meluas ke Kediri dan Blitar.
Menurut Ipong, Pemkab Ponorogo bersama ormas Islam dan MUI sudah turun ke lokasi untuk memberi pemahaman dengan berbagai macam cara. Namun, tidak mempan dan tembus.
"Untuk itu saat ini orang-orang lain yang belum terpengaruh kita bentengi sekarang supaya tidak melebar lebih dari 52 orang," kata Ipong.
Ipong menambahkan kasus ini sudah dilaporkan ke polisi. Namun, terkendala karena di lokasi tidak ada aktivitas keagamaan.