Katimun Blak-blakan Soal Isu Kiamat yang Membuat Puluhan Orang Pindah

Mereka datang ke pondok yang diasuh oleh Muhammad Romli atau Gus Romli untuk mengikuti program Triwulan atau tiga bulanan.

TRIBUNJATIM.COM/RAHADIAN BAGUS P
Rumah Katimun di Watu Bonang didatangi polisi. Ia diduga membujuk 52 warga mengungsi ke Malang untuk menghidari kiamat setelah menjual hartanya. (TRIBUNJATIM.COM/RAHADIAN BAGUS P) 

TRIBUN-MEDAN.com-Isu kiamat merebak di Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo. Hal ini pun membuat 52 warga memilih pindah ke Malang, Jawa Timur karena dijamin aman.

Isu kiamat ini pun viral di media sosial setelah diunggah seorang warganet dengan nama akun Rizki Ahmad Ridho di Info Cegatan Wilayah Ponorogo (ICWP).

Sejak diunggah dua hari lalu, unggahan itu sudah dikomentari 1.405 warganet dan disukai 1.014 kali. Dalam unggahan itu, Rizki menulis status dalam bahasa Jawa.

"Kepoinfo seng omahe watu bonang enek ora jarene lemah' pdo.di dol.gek pindah neg malang kae kronologine pie..Seng 2 krngu" jarene kenek doktrin seng kiamat disek dwe daerah kno gek jarene neh kui gae jaket MUSA AS..kui aliran opo lurrr.samarku mbat brawek neg daerah" lio..Ngnu wae..mergo rdok nyamari babakan ngne kie wedi ko mbat di gae edan lak io.jembuk" 

(#kepoinfo yang rumahnya di Watu Bonang ada apa tidak. Infonya tanah-tanah dijual lalu pada pindah ke Malang. Terus bagaimana kronologinya. Yang kedua, dengar-dengar katanya kena doktrin bahwa kiamat pertama kali akan datang di situ. Lalu katanya lagi ada yang memakai jaket MUSA AS. Itu aliran apa ya saudara, khawatirku merembet ke daerah lain. Gitu aja. Soalnya agak membahayakan masalah seperti ini. Takutnya malah membuat orang gila)," tulis Rizki yang diunggah dalam Grup ICWP.

Unggahan Rizki mendapatkan reaksi dari ribuan warganet. Ada yang prihatin dan ada juga yang membenarkan peristiwa itu.

Seorang warganet dengan akun Pambudi Utomo dalam komentarnya membenarkan kepindahan warga Desa Watu Bonang itu.

Bahkan beberapa rumah dan harta warga yang pindah itu sudah habis dijual.

"Di balong ada satu kasus yang ku denger dan emang benar rumah mobil dan tanah di jual habis...Terus di bawa ke suatu pesantren di Malang dan katanya mo kiamat. Itu berita yang ku denger..," tulis Pambudi.

Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni yang dihubungi Kompas.com via telepon, Rabu (13/3/2019), membenarkan kepindahan warga itu ke Malang. Menurut Ipong, warga tersebut sudah pindah sejak sebulan lalu.

Bupati Ponorogo Ipong Muchlisoni
Bupati Ponorogo Ipong Muchlisoni (KOMPAS.com/Achmad Faizal)

"Ya, betul itu. Tetapi kejadiannya sudah sebulan lalu mereka pindah. Kami sudah mencegah dan memberikan pemahaman dan pembinaan. Tetapi mereka sudah telanjur yakin dan jatuh cinta. Ya, susah," kata Ipong.

Ipong mengatakan, 52 warga itu meyakini bila mengikuti seorang tokoh di Malang akan aman dari kiamat.

"Kalau ikut kiai dari Kasembon Malang itu seperti kasih Nabi Nuh, mereka tidak ikut diterjang kiamat," ujar Ipong.

Ipong Muchlissoni mengatakan, warga Desa mulai pindah ke Malangsetelah ada satu warga yang menyebarkan isu kiamat dari rumah ke rumah.

"Dua bulan lalu, Katimun (warga Desa Watu Bonang) usai pulang menimba ilmu datang dari rumah ke rumah mempengaruhi warga dan menyebarkan ajaran tersebut," katanya.

Saat mendatangi rumah ke rumah, kata Ipong, disampaikan kepada warga kiamat sudah dekat. Untuk itu jamaah diminta menjual aset-aset yang dimiliki untuk bekal diakhirat atau dibawa dan disebarkan di pondok.

"Mereka juga sampaikan kalau masuk ke jemaah ini maka ketika dunia ini kiamat mereka tidak ikut kiamat," kata Ipong.

Tak hanya itu, kata Ipong, penyebar aliran itu juga menyatakan ramadhan yang akan datang akan ada huru-hara atau perang. Untuk itu jamaah diminta membeli pedang kepada kyai seharga Rp 1 juta.

"Bila tidak membeli pedang diminta menyiapkan senjata di rumah. Ini tidak masuk semua," kata Ipong.

Ipong mengatakan pengikut kyai asal Kasembon itu tidak hanya berasal dari Ponorogo saja. Informasinya ada juga yang berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.

Ipong menambahkan saat ini 52 warganya itu sudah pindah ke pondok yang berada di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang sejak sebulan lalu.

"Tak hanya pindah, rumahnya juga sudah dijual tetapi ada yang belum laku," kata Ipong.

Gubernur Khofifah Diminta Turun Tangan 

Khofifah Indar Parawansa
Khofifah Indar Parawansa (TRIBUNSOLO.COM/ASEP ABDULLAH ROWI)

Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni meminta Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa segera turun tangan menangani kasus kepindahan 52 warganya karena diterpa isu kiamat.

Bagi Ipong, penanganan aliran itu harus cepat dilakukan agar tidak melebar ke daerah lain.

"Saya harapkan Gubernur segera mengambil langkah. Saya khawatir kasus ini akan seperti Gafatar," kata Ipong, Rabu (13/3/2019).

Tak hanya Khofifah, Ipong juga meminta MUI Jatim segera turun tangan lantaran peristiwanya lintas kabupaten. Bahkan ia mendapatkan informasi, aliran itu sudah meluas ke Kediri dan Blitar.

Menurut Ipong, Pemkab Ponorogo bersama ormas Islam dan MUI sudah turun ke lokasi untuk memberi pemahaman dengan berbagai macam cara. Namun, tidak mempan dan tembus.

"Untuk itu saat ini orang-orang lain yang belum terpengaruh kita bentengi sekarang supaya tidak melebar lebih dari 52 orang," kata Ipong.

Ipong menambahkan kasus ini sudah dilaporkan ke polisi. Namun, terkendala karena di lokasi tidak ada aktivitas keagamaan.

Selain itu bila hendak menindak, polisi harus ke pondok pesantren langsung dan harus ada fatwa MuI dahulu.

Terhadap kasus itu, Ipong menyayangkan warga yang terpengaruh ajaran tersebut. Ia meminta kepala desa dan camat agar tidak ada lagi warga ke sana.

Katimun Membantah

Katimun saat ditemui di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Sabtu (16/3/2019).

Pria yang mempengaruhi 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo dengan isu pindah adalah bernama Katimun

Namun ketika dikonfitmasi kepada Katimun, dengan tegas dia membantah telah menyebarkan doktrin kiamat sudah dekat.

Katimun juga membantah telah mempengaruhi jemaahnya untuk mondok dan bermukim sementara di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin, Kecamatan Kasembon, KabupatenMalang.

"Dari saya sendiri tidak pernah mendoktrin mengatakan kiamat sudah dekat itu tidak pernah. Tentang tanda - tanda akhir zaman. Itu harus dimengerti untuk menambah ketakwaan kita," katanya saat ditemui di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Sabtu (16/3/2019).

Sebelumnya, Katimun yang merupakan tokoh agama dan memiliki jemaah pengajian di Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogodisebut telah mendoktrin 52 warga hingga mau pindah ke Kasembon, Kabupaten Malang.

Katimun mengatakan, warga datang ke pondok itu karena kemauannya sendiri. Mereka datang ke pondok yang diasuh oleh Muhammad Romli atau Gus Romli untuk mengikuti program Triwulan atau tiga bulanan.

Program itu sudah berlangsung selama tiga tahun. Triwulan atau tiga bulan terhitung sejak Bulan Rojab, Sya'ban hingga Ramadhan dalam penanggalan hijriah.

"Saya kan pernah mimpi bertemu dengan mbah Sholeh (pendiri ponpes). Disuruh ke sini. Akhirnya saya pamitan saya akan pergi ke pondok untuk menambah ilmu dan pengajian. Di sini (pengajian) saya hentikan dulu nanti saya kalau kembali dilanjutkan lagi," jelasnya.

"Akhirnya di sini saya agak lama, akhirnya mereka menyusul ke sini. Saya tidak merintah," katanya.

Katimun sudah satu bulan bermukim di pondok yang ada di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang itu.

Sedangkan jemaahnya yang tidak lain adalah tetangganya sebanyak 56 (bukan 52) orang masih dua minggu berada di pondok itu.

Sementara itu, setiap santri atau jemaah yang hendak bermukim di pondok diharuskan membawa bekal sendiri.

Sehingga, setiap santri membawa bahan makanan pokok dan bekal lainnya dari rumahnya masing-masing.

Katimun mengaku tidak pernah menyuruh jemaahnya untuk menjual asetnya untuk dijadikan bekal.

"Tidak, itu punyaan sendiri-sendiri. Itu salah kalau saya suruh jual. Itu maunya sendiri," katanya.

Sebelumnya, Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang menjadi perbincangan karena dituduh menyebarkan doktrin kiamat.

Sementara itu, pihak kepolisian setempat, yakni Polres Batu mengaku belum menemukan indikasi pidana yang mengarah pada ajaran sesat dan pengelabui warga di pondok itu.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengakuan Katimun: Saya Tidak Pernah Mendoktrin Kiamat Sudah Dekat..."

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved