Tradisi Mandi Pangir Jelang Ramadan Masih Dijalankan 2 Pejabat Pemko Medan Ini
Keluarga Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan M Husni masih menjalankan tradisi marpangir jelang Bulan Ramadan.
Penulis: Liska Rahayu |
TRIBUN-MEDAN.com – Keluarga Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan M Husni masih menjalankan tradisi marpangir jelang Bulan Ramadan.
Marpangir adalah tradisi mandi dengan wangi-wangian menjelang Ramadan. Kepada Tribun Medan, Husni bercerita tradisi tersebut masih melekat dalam keluarganya.
“Mandi pangir itu masih ada, karena kami orang Jawa, jadi adat itu masih melekat. Kami tetap melakukannya, karena itu adat yang sudah turun-temurun. Rasanya kalau belum mandi itu, belum pas menyambut Ramadan,” ujarnya, Sabtu (4/5/2019).
Ia bercerita, biasanya kebiasaan itu dilakukan pada satu hari jelang Ramadan pertama. Misalnya, pada tahun ini, kebiasaan mandi pangir akan dilakukan pada Minggu sore. Sehingga saat melakukan tarawih, aroma pangir atau jeruk purut menjadi wangi yang khas di dalam masjid.

Ia pun mengaku sedang berkumpul bersama keluarga besarnya dan melakukan acara makan-makan atau yang biasa disebut punggahan. Hal ini juga masih ia lakukan bersama keluarga besarnya.
“Ini kami lagi kumpul-kumpul sama keluarga, sambil makan-makan. Bahasanya punggahan-lah, setelah itu nanti kami ziarah ke makam orangtua,” katanya.
Ditanya mengenai menu yang wajib ada saat Sahur, Husni mengaku tidak ada yang khusus. Namun diakuinya, jika ada makanan-makanan tertentu yang terkenang, maka menu tersebut akan dimasak. Menunya cukup sederhana, yaitu ayam kampung sambal.
“Kalau menu sahur tidak ada yang khusus, yang normal-normal saja. Paling yang jadi kebiasaan saat dulu dimasak orangtua, yang terkenang-kenang, ya dimasak. Misalnya kalau dulu mau sahur, ayam kampung sambal,” katanya.
Selain itu, menu yang biasanya ada di hidangan meja makan saat berbuka puasa adalah tahu goreng, sambal kecap dan sambal pecal. Ia mengatakan, makanan-makanan tersebut tetap ada sebagai hidangan saat berbuka puasa.
“Harapannya dalam menyambut ibadah ini dapat menjalaninya dengan hati yang bersih. Kita juga mengharapkan kenyamanan dalam beribadah,” ujarnya.
Tak jauh berbeda dengan keluarga Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan M Husni, mantan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Renward Parapat pun masih melakukan tradisi mandi pangir di keluarganya.

“Nanti disiapkan istri, tapi tidak ke mana-mana. Itu pasti besok. Mau puasa, marpangir pasti ada,” kata Renward.
Tradisi mandi wangi pangir memang tidak wajib ada, namun karena sudah dilakukan sejak dulu, maka hal tersebut menjadi kebiasaan.
Renward yang saat ini menjadi sebagai Asisten Umum (Asmum) Pemerintah Kota (Pemko) Medan mengatakan, keluarganya juga melakukan tradisi berkumpul dan saling maaf-memaafkan saat jelang Ramadan. Usai berkumpul, ia juga melakukan ziarah ke makam orangtuanya bersama keluarga.
“Kalau sahur yang penting ada sayur dan buah. Karena kalau sahur kan enggak perlu banyak-banyak. Kalau lauknya, jangan yang macam-macam, karena kebetulan saya sekarang mengurangi karbo dan gula,” jelasnya.
Menjadi abdi negara tentunya menyita waktunya bersama keluarga. Ia mengaku tidak begitu serung berbuka puasa di rumah karena banyak kegiatan bersama Pemko Medan. Kendati demikian, jika ada kesempatan, ia akan menyempatkan diri untuk berbuka bersama keluarganya.
“Kalau pas enggak ada kegiatan Pemko, kita makan di rumah. Sekali-sekali juga buka puasa di luar,” ucapnya.
Dalam menyambut Ramadan tahun ini, Renward berharap dapat melaksanakan ibadah dengan baik. Ia pun berharap tidak ada masalah sehingga seluruh kegiatan ibadah dan kegiatan di Kota Medan bisa terlaksana dengan baik.
“Imbauan kita kepada masyarakat, saling menghormati antara yang berpuasa dengan yang tidak berpuasa,” ujarnya.
Dalam menyambut Ramadan, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan Wiriya Alrahman juga melakukan ziara ke makam orangtuanya. Namun ia hanya melakukannya sendirian sebab istrinya sedang berada di luar kota, sedangkan dua anaknya berkuliah di Jakarta.
Untuk menu sahur dan berbuka pun Wiriya mengaku tidak ada yang spesial di rumahnya. Semuanya berjalan biasa saja.
“Kalau yang namanya puasa kan, puasanya yang penting, bukan hidangannya. Harapannya ya bagaimana puasa itu bisa menahan diri dari semua hal. Itu yang penting,” pungkasnya. (cr5/tribun-medan.com)