Ramadhan 1440 H

Kisah Hidup Halim Nasution Terpidana Mati yang Jadi Guru Ngaji dan Tak Pernah Bolong Berpuasa

Saat dijumpai Tribun, penampilan Halim tampak lebih tenang dengan mengenakan baju koko dan kopiah putih, Minggu (12/5/2019).

Tribun Medan/victory arrival
Kisah Hidup Halim Nasution Terpidana Mati yang Jadi Guru Ngaji dan Tak Pernah Bolong Berpuasa. Terpidana hukuman mati Halim Nasution alias Alem (68) warga asal Tanjungbalai, Asahan saat membagikan takjil kepada Narapidana di Masjid At-taubah Lapas Kelas IA Tanjung Gusta, Medan. 

Bahkan di dalam penjara, Halim mengaku sekarang ini tidak memusingkan THR apa yang akan diberikan pada anak dan istrinya.

"Memang kalau secara hukum Islam, saya lebih tenang di sini. Pertama, saya tidak perlu pikirkan banyak hal, keluarga, THR, uang lebaran, uang belanja. Jadi full beribadah, paling mikirin sehat saja," cetusnya sambil tertawa.

Bahkan ia mengakui bahwa menu yang disediakan pihak Lapas juga tidak sembarangan, karena dalam seminggu biasanya diberikan menu daging dan ikan berganti-gantian.

Hal yang paling disyukuri Halim dari Bulan Ramadan di 2019 bahwa para narapidana semakin ramai untuk hadir salat di Masjid.

"Alhamdulilah ya, seperti biasa ya. Tahun-tahun lalu pun juga, hanya tahun ini semakin ramai ya, Masjid kita makin besar jemaat makin banyak ya dari yang biasanya tidak terlalu ramai," tuturnya.

Menjalani 4 tahun dengan ketidakpastian kapan dirinya akan dieksekusi memang membuat Halim terus bersyukur setiap harinya menjalani aktivitas.

Bahkan Halim pernah mencoba untuk meminta amnesti kepada Presiden untuk bisa dilepaskan dari hukuman mati karena memang sudah berubah dari dirinya yang dulu.

Doa dan harapan kita diberi kesehatan selalu supaya ibadah lebih tenang dan mudah. Dan harapan semoga Allah memudahkan dan meringankan hukuman saya.

"Kemarin sudah pernah coba untuk bilang sama anak-anak dan istri saya untuk menyurati presiden, saya belum tau sudah atau belum. Selebihnya saya serahkan ke Allah. Saya berharap kepada Allah, saya ini dikasih keringanan hukuman kedepannya oleh Bapak Presiden karena memang saya sudah berjanji untuk berubah kepada Allah dan tidak akan meresahkan masyarakat lagi apabila sudah keluar. Tapi hukuman ini, tidak membuat Ibadah saya terganggu," tegasnya.

Terakhir, terpidana yang akrab disapa Alem ini mengaku hal yang paling ditunggunya dalam satu tahun kalender adalah bisa Salat Id saat Idul Fitri bersama keluarga.

"Dikunjungi itu pastilah, lebaran dikunjungi. Memang menjelang Idul Fitri kalau saya ingat dulu sebeluk di sel ada sedihlah. Biasa kumpul sama keluarga, ada cucu. Nanti pas Lebaran mereka selalu datang. Anak saya ada tiga dan istri saya. Hanya ini moment yang terus saya tunggu," tutup Halim.

Sebelumnya, Halim merupakan warga binaan Lapas Muara Sentosa, Tanjung Balai.

Ia bersama dua rekannya, Guntur alias Ucok dan dan Didit Prayetno alias Wak Men, dijatuhi hukuman mati di PN Tanjung Balai, 23 September 2015.

Pada putusan Pengadilan Tinggi, Majelis Hakim kembali menguatkan putusan PN dan pada Putusan MA, Majelis Hakim tidak dapat menerima permohonan Kasasi dari pemohon Kasasi II.

(vic/tribunmedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved