Berpedoman pada Alkitab, Paduan Suara El-Shaddai USU Raih Berbagai Penghargaan Internasional
Paduan Suara El-Shaddai pun kemudian beralih menjadi di bawah naungan Panitia Hari Besar Kristen (PHBK) USU.
Penulis: Alija Magribi |
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pada awalnya, Paduan Suara El-Shaddai merupakan kelompok paduan suara umum seperti kelompok paduan suara lainnya yang ada di Universitas Sumatera Utara (USU).
Paduan suara ini hanya satu dari sekian paduan suara yang dimiliki masing masing fakultas.
Didirikan pada tahun 1996, Paduan Suara El-Shaddai bertugas mengisi berbagai acara formal maupun keagamaan di Fakultas MIPA USU.
Saat itu, Elshadai berasa di bawah kepemimpinan Ronny Manurung.
Namun, dijelaskan Seksi Humas Paduan Suara El-Shaddai Andini Wulandari Sembiring, lambat laun Paduan Suara El-Shaddai terus berkembang dan meraih berbagai prestasi.
Paduan Suara Elshaddai pun kemudian beralih menjadi di bawah naungan Panitia Hari Besar Kristen (PHBK) USU.
"Setelahnya kita pun mulai nih mengisi acara-acara sekadar kampus, bukan lagi fakultas. Kita mulai mengisi acara-acara Natal dan Paskah USU dan acara formal kampus," ujar Alumni Kedokteran USU ini, Selasa (28/5/2019).
Dikatakannya, El-Shaddai memiliki visi-misi yang bersumber dari nilai nilai yang ditanamkan dalam Alkitab. Hal itu pun ia berbuah menjadi anugerah, lantaran sampai saat ini, El-Shaddai terus berkembang.
Prestasi yang diraih El-Shaddai pun berasal dari berbagai jenis musik mulai dari aliran musika sacra, yakni musik keagamaan Kristen dan musik folklore yang merupakan aliran musik klasik tradisional.
"Jadi kita sudah beberapa kali tampil di berbagai kompetisi nasional dan internasional. Kita sempat hadir di festival di Latvia, Swedia, Denmark dan terakhir kita ke Filipina," katanya.
Di Latvia pada Juli 2017, Paduan Suara El-Shaddai meraih dua medali emas dari dua aliran musik yang dilombakan, yakni Folklore dan Musika Sacra.
Prestasi tersebut pun berlanjut saat berkompetisi di Swedia pada Mei 2018, yang mana anak-anak muda ini meraih emas di aliran Folklore, perak di Musika Sacra dan Macquire (paduan suara campuran).
Saat ini, El-Shaddai pun diperkuat oleh 25 mahasiswa dengan berbagai jenis vokal baik Sopran untuk suara wanita tinggi, Alto untuk suara wanita rendah, Tenor untuk suara pria tinggi dan Bass untuk pria rendah.
"Kita berencana membuka rekrutmen kembali pada minggu ini, ada beberapa suara yang kita butuhkan," ujarnya.
Disinggung apakah, rekrutmen dibuka untuk mahasiswa Non-Nasrani, Andini berujar bahwa Paduan Suara El-Shaddai tidak mematok keyakinan. Namun ia mengkhawatirkan adanya keberatan bagi teman teman Non-Nasrani jika perform di gereja.
"Sebenarnya kita gak ada matik mesti Kristen ya, yang lain boleh cuman saya dan teman teman khawatir mereka keberatan jika perform di Gereja. Sebab kembali, AD/ART kita bersumber dari Alkitab," ujarnya.
Mengapa demikian, Wanita yang kerap disapa Dini ini mengatakan bahwa musik merupakan seni yang dinikmati tanpa melihat latar belakang. Musik merupakan hak semua manusia.
"Musik ini universal. Musik ini bahasa umat manusia yang tak melihat latarbelakang. Ia masuk ke hati masing-masing," cetusnya.
(cr15/tribun-medan.com)