Bertitel PhD, Rekan Budiman Sudjatmiko di PRD, Henry Kuok jadi Pastor, Alasannya Bikin Merinding!
“Salah satu buku karya Romo Stefanus Hendrianto,SJ tentang Mahkamah Konstitusi yang diterbitkan Routledge, salah satu penerbit besar.''
Bertitel PhD, Rekan Budiman Sudjatmiko di PRD, Henry Kuok jadi Pastor, Alasannya Bikin Merinding!
TRIBUN-MEDAN.COM - Di tengah hiruk politik dinamika nasional tersempil berita mengejutkan tentang dedengkot Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang membesarkan nama Budiman Sudjamiko.
Seorang rekan Budiman, Stefanus Hendrianto, yang namanya kala itu dikenal sebagai Henri Kuok, memilih biarawan, Romo atau Pastor yang ditahbiskan pada 8 Juni 2019 bersama 21 rekannya sebagai imam Jesuit.
Sebagaimana dikutip dari situs resmi Jesuit, Jesuits.org, pastor yang lahir di Bangka, 13 April 1974 ini kini menjadi anggota Jesuit Provinsi Amerika Serikat bagian Barat.
Mendengar kabar tahbisan Pastor Hendriatno, Budiman, mantan Ketua Umum PRD menulis di Twitter-nya tentang pengalaman perjumpaan mereka belasan tahun lalu, saat ia pertama kali mendengar kabar bahwa rekannya itu hendak menjadi imam.
“Saat ktm 2005 di @bukugpu, dia ngaku jd calon pastor area kumuh di Chicago stlh ambil PhD di AS. Saat kutanya knp jd pastor (padahal wkt menjengukku di penjara, kujodohin dgn temanku). Jawabnya: “Pernah jd aktivis bantu orang miskin, skrg lewat agama. Saat itu saya cuma nyahut, ” Ya sudah. Good luck, Jon…(panggilan kami dulu di PRD ke dia). Kamu lewat teologi, aku mau lewat teknologi..Yg penting sama2 mbantu orang miskin!” tulis Budiman dia akunnya @budimandjatmiko.
Budiman, yang pernah dipenjara dikenal sebagai aktivis PRD yang sangat vokal melawan Orde Baru.
Ada beberapa dari rekan-rekan mereka yang tidak ‘pulang’ hingga detik ini, seperti Wiji Thukul, Petrus Bima Anugerah, Suyat, Herman Hendrawan, yang menjadi bagian 13 orang hilang pada kurun waktu 1997-1998.
Akun twitter @KatolikG menginformasikan Pastor Hendrianto akan mengadakan misa perdana di Jakarta, 20 juli 2019, jam 17.00 wib di Kapel Kanisius Menteng.
Yustinus Prastowo, ahli perpajakan dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) lewat akun Twitternya @prastow mengunggah salah satu buku berbahasa Inggris yang ditulis Pastor Hendrianto berjudul “Law and Politics of Constitutional Courts: Indonesia and the Search for Judicial Heroes.”
“Salah satu buku karya Romo Stefanus Hendrianto,SJ tentang Mahkamah Konstitusi yang diterbitkan Routledge, salah satu penerbit besar. Dari sononya memang sdh pinter,” tulisnya.
Rekan Hendri yang lain, Made Supriatma, yang mengenal Hendri sebagai aktivis mahasiswa di Yogyakarta ikut memberi dukungan atas pilihan rekannya itu.
“Saya mengenalnya sebagai aktivis pada era Orde Baru. Jalan yang dia pilih sangat ekstrem pada zamannya. Seekstrem pilihannya kemudian menjadi Jesuit. Selamat memulai hidup baru sebagai Imam,” tulis Made pada dinding akun Facebook-nya.
Melansir katoIiknews.com, disebutkan Stefanus menempuh pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, saat dia mana ia ikut terlibat dalam aksi mahasiswa di Jakarta.
Pasca Soeharto jatuh, ia meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi pascasarjana di Belanda dan memperoleh gelar Magister Hukum di Universitas Utrecht.
