Kisah Nasib Miris Sempat akan Menimpa Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dan Sebut 'Apa Salahku?'
Nasib miris sempat akan menimpa Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo yang tak lain adalah ayah mendiang Ani Yudhoyono.
Tidak berapa lama, datang kabar lagi dari Jakarta.
Sarwo Edhie tidak jadi diberangkatkan ke Rusia, tapi dialihkan ke Irian Barat menjadi Pangdam XVII/Cenderawasih (1968-1970)
Saat itu, di Irian Barat tengah terjadi pertempuran yang mengiringi Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969.
“Sebetulnya dibandingkan tugas di Moskow, tugas di Irian lebih mencuatkan risiko yang besar akan keselamatan. Jelas, tugasnya pun jauh lebih berat. Namun, Papi terlihat sangat bersemangat, berbanding terbalik dengan saat dia mendengar akan dikirim ke Moskow,” kata Ani.
Profil Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo
Dilansir dari Wikipedia, Letnan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 dan meninggal di Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun
Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang tokoh militer Indonesia.
Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara Republik Indonesia, yang merupakan istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini).
Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.
Karier Sarwo Edhie di ABRI meliputi:
- Komandan Batalion di Divisi Diponegoro (1945-1951)
- Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951-1953)
- Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional (1959-1961)