Kisah Sidik Siburian, Remaja yang Hidupi Orangtuanya dengan Kerja sebagai Penangguk Ikan
Remaja 16 tahun ini menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya Paino Siburian terserang stroke.
Penulis: Tommy Simatupang |
TRIBUN-MEDAN.com - Sidik Saut Siburian selama tiga tahun menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus bekerja di kolam pemancingan hanya untuk mendapatkan gaji Rp 30 ribu per hari.
Remaja 16 tahun ini menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya Paino Siburian (63) terserang stroke dan ibunya Tiarida Panjaitan (60) juga mengidap sakit dan menjaga Paino.
Saaat dijumpai di rumahnya di Jalan pendeta J Wismar Saragih Kota Pematangsiantar, Sidik bercerita sehabis pulang sekolah ia bekerja di kolam pancing dekat rumah. Ia bekerja sebagai asisten pemancing.
"Kalau ada pemancing yang dapat ikan, saya tangguk ke dalam keranjang. Lalu, yang punya kolam kasih gaji Rp 30 ribu per hari,"ujarnya seraya mengatakan uang itu dikasih untuk ibunya, Kamis (20/6/2019).
Sidik mengaku tidak mempermasalahkan waktu bermain dan belajarnya habis untuk bekerja.
"Mulai bekerja ketika bapak terkena stroke. Itu saya masih kelas 1 SMP,"ujarnya.
Sidik baru saja menamatkan sekolah di MTSN Madani. Ia berencana melanjutkan sekolah di SMA 5 Kota Pematangsiantar.
"Kalau bekerja mulai hari Selasa sampai Kamis. Masuknya sore,"katanya.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berbahan dasar papan. Atap rumahnya juga tampak ada tempelan-tempelan.
Paino Siburian mengaku terserang stroke saat sedang makan bersama keluarga. Paino yang dulunya bekerja sebagai tenaga pemasaran produk makanan mengalami lumpuh. Ia selalu dibantu istrinya Tiarida untuk bergerak.
Tiarida juga mengaku sedih melihat nasib anak ke duanya itu. Ia terus bekerja tanpa ada rasa malu. Ia mengaku ada mendapatkan bantuan dari lingkungan sekitar.
"Ada yang kasih ayam sama kami. Tadi ayamnya bertelur, itulah tadi kami jual untuk beli makan," pungkasnya.(tmy/tribun-medan.com)