Cerita Herman Ginting Mengelola Landak Rivers hingga Menjadi Destinasi Kemah Favorit di Bahorok

Wisata alama sekaligus destinasi kemping ini berada di Desa Tampiraya, Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Penulis: Dedy Kurniawan |
Tribun Medan / Dedy Kurniawan
Cerita Herman Ginting Mengelola Landak Rivers hingga Menjadi Destinasi Kemah Favorit di Bahorok. Sejumlah turis mancanegara menikmati kesejukan Sungai Landak dan Spot Namo Samsah. 

Sungai yang dulunya mencapai kedalaman 15 meter ditata dengan batu-batu agar bisa dinikmati untuk mandi. Pinggiran sungai juga dibuat dangkal agar lebih indah.

Modal berjualan pelan-pelan dibelikan lagi berupa perlengkapan kemping, mulai dari tikar, matras tenda, alat masak. Herman juga mulai membangun pondok-pondok untuk istirahat mau pun untuk menginap.

"Ini jadi terkenalnya sejak 2018, setelah ditata, dibersihkan, dibangun pondok-pondok dan kami sedikan alat kemping, terus puncaknya ada acara kegiatan orang pesantren disini. Itu lah mereka salat berjamaah sampai 300 orang dalam hutan. Habis dari ini, syukurnya langsung ramai terus. Apalagi pas liburan,"ungkapnya.

Baca: BERMULA Temuan Mayat Bocah 12 Tahun, Warga Pukuli, Telanjangi dan Bakar Hidup-hidup 2 Wanita

Baca: Maling Bobol Kosan di Jalan Sei Silau, Bawa Kabur 3 Motor yang Terparkir di Garasi Pakai Pikap

Landak Rivers merupakan destinasi pemandian alam sungai berbatuan nan jernih di tengah hutan. Menariknya lagi, airnya berwarna hijau, kebiruan, dasarnya bisa terlihat jelas, belum banyak dijamah wisatawan, dan dianugerahi lokasi kemping yang nyaman nan sejuk di antara pepohonan karet.

Sebelumnya, diketahui Herman Ginting merupakan generasi ketiga dari leluhurnya. Katanya, Sungai Landak atau Landak Rivers ini penamaan dan kisahnya bermuasal dari seorang pemuka Agama Islam, Tuan Syeikh Datok Landak.

"Kenapa Sungai Landak? Karena ini dulu wilayahnya dibuka oleh seorang Syeikh, Datok Landak, dia orang sakti di sini, pemuka agama. Orangnya baik sekali. Dia lah yang menjaga daerah ini," katanya.

Di sungai ini, ada lokasi batu besar ditumbuhi pohon besar, yang dijadikan spot foto atau lokasi melompat ke sungai, Namo Samsah namanya.

Namo Samsah ini menjadi hikayat rakyat setempat, tentang seorang yang hilang di dalam palung di bawah batu besar, yang terdapat goa di dasar sungai.

"Namo Samsah itu nama keluarga kami. Dia hilang saat ambil ikan, menyelam ke dalam palung di bawah batu besar itu. Di bawah batu itu ada palung atau goa, banyak ikannya di dalam itu besar-besar, kita dulu di bawah batu itu bisa masuk dan bernafas karena ada celahnya. Jadi yang hilang itu namnya Samsah. Dia sudah diingati tiga kali lewat pesan gaib Syeikh yang menjaga daerah ini, supaya cukup ambil ikan, tapi tidak diindahkanya, hingg sekarang dia hilang, jasadnya gak pernah terlihat. Makanya namanya Namo Samsah," pungkasnya.

Tak luput satu lagi yang menjadi daya tarik adalah wisata hasil perkebunan, di area ini juga terdapat kebun durian, kebun karet, cempedak, pepohonan bambu.

Di sekitar lokasi lain juga terdapat cottage atau pondok penginapan dengan beragam harga terjangkau sekitar 150 ribu hingga 300 ribu.

Tak hanya wisatawan lokal, turis mancanegara terlihat silih berganti menikmati lompatan batu Namo Samsah. Bahkan, mereka rela berjalan berkilo-kilo jalan setapak untuk menuju lokasi Landak Rivers.

Warga setempat saat ini berharap adanya pembangunan infrastruktur jalan dan rambu-rambu jalan oleh Pemkab Langkat ke lokasi ini. Selain itu, diharapkan pemerintah setempat dan aparat ikut serta memberantas tindakan pungutan liar, seperti retribusi.

Rutenya dari Medan bisa ditempuh jarak 3-3,5 jam melalui Binjai, lewat Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Selesai, Kecamatan Serapit, Kecamatan Kuala, Kecamatan Bahorok. Lokasi serah dengan kawasan Bukit Lawang bagian Taman Nasional Gunung Leuser.

Untuk masuk ke Landak River agar tidak dikenai retribusi terlalu banyak, bisa lewat jalur setapak (bisa dengan sepeda motor) ditandai dengan jembatan titi kuning, terdapat plank. Jika ingin naik mobil bersama keluarga bisa menggunakan jasa ojek motor biaya Rp 15.000 hingga Rp 20.000 2 Kilometer perjalanan.

(Dyk/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved