Kurangnya Perhatian Orangtua

Kalapas Anak Tanjung Gusta Ungkap Penyebab 62 Anak Masuk Sel Lapas Anak Tanjung Gusta

Karena di momentum ini, kita tidak memikirkan dan memusingkan kehidupan ekonomi dan ujian hidup yang berat.

TRIBUN MEDAN / VICTORY
Narapidana Anak sedang mengerjakan karya tangan Handycraft Sel Tahanan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Tanjung Gusta Medan, Minggu (14/7/2019). 

"Memang itu unik, perbedaan pembinaan anak dan orang dewasa. Kalau orang dewasa siap pak, tapi anak ini bangun pagi susah, harus kita banguni terus suruh mandi, karena maunya dia tidur ajakan. Jadi pagi itu kami buat program sarapan sama. Lalu jam 8 senam pagi baru sore main voli dan bola kaki itu rutin setiap hari," ungkapnya.

Selain itu juga pihak LPKA menyediakan kegiatan bagi anak-anak berupa keterampilan, bercocok tanam, musik hingga keagaamaan.

"Kalau disini keterampilan menganyam dari sabut kelapa itu namanya handycraft. Itu mereka bisa membuat binatang seperti tupai, burung, buaya, kalajengking, lalu pepohonan dan aneka otomotif seperti mobil dan harley. Bahkan Maret 2019 dipamerkan di acara Menkumham Pameran Unggulan Narapidana (PUN) di Jakarta juga kebetulan juara satu dari kategori handycraft," jelasnya.

Kasi Pembinaan LPKA Tanjung Gusta Medan, Subondon menjelaskan bahwa secara spritualitas anak-anak dibina dengan intens untuk membina mental.

"Kalau yang Muslim dia bekerja sama dengan Kementrian Agama. Kalau Kisten kita ada 29 rekanan untuk kegiatan rutin kebaktian pagi dan siang. Walaupun kita belum punya gereja tapi ruangannya kita set sedemikian rupa sehingga pembinaan kebaktian berjalan. Untuk Hindu dan Budha hanya ada 3 anak sementara ini karena belum ada yayasan respon jadi mereka beribadah di ruangan dan kita ajak ke perpustakaan ajak baca kitab," jelasnya.

Sardaiman melanjutkan bahwa dalam hal bercocok tanam, anak-anak diajak untuk menanam buah-buahan seperti semangka, cabai, pisang dan pepaya. "Kemarin kami juga kami baru panen semangka disini. Lalu kami semua memakannya bersama-sama," ungkapnya.

Ia menuturkan bahwa pembinaan tersebut terbilang efektif karena data penurunan masuknya tahanan anak menurun drastis di tahun 2018 ke 2019.

"Jadi tahun 2018 lalu ada 420, sekarang 198 tahanan memang turun drastis. Dengan banyaknya kegiatan dan bimbingan jadi bisa diminimalisir. Untuk data yang ada sama kita. Anak yang bebas kemudian masuk kembali sepertinya belum ada, artinya mengulah gitu, jadi selama saya disini belum ada," tegasnya.

Bahkan ia menuturkan seharusnya memang cara menjebloskan anak ke penjara adalah opsi terakhir karena membuat masa depannya rusak.

"Apalagi setelah ada UU Sistem Peradilan Pidana Anak memungkinan bahwa kalau boleh anak tidak masuk penjara dengan diversi diluar peradilan. Melakukan perdamaian dari pihak-pihak korban, kepolisian, pengadilan jadi itu jalan terakhir di penjara. Kalau boleh jangan masuk," jelasnya.

Bahkan, di Hari Anak Nasional yang akan berlangsung pada 23 Juli mendatang LPKA telah menyiapkan remisi untuk 36 anak di

"Jadi untuk Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli ini kita sudah usulkan remisi. Jadi memang anak diharapkan pemerintah segera keluar jangan lama menjalani pidana. Makanya mereka mendapatkan 3 kali remisi setahun. Sebanyak 36 anak sudah kita ajukan dimana ada bervariasi dari 15 hari hingga 2 bulan paling lama," ungkapnya.

"Klasifikasi untuk mendapatkan remisi adalah telah menjalani 3 bulan kurungan dan berkelakuan baik. Jadi sisa tahanan tidak mendapatkan remisi karena hal tersebut atau sudah akan keluar dalam waktu dekat," tambah Sardaiman.

Ia juga menjelaskan, para napi anak yang terjerat kasus narkotika tidak terindikasi masih menjadi pemakai di dalam tahanan.

"Kalau yang saya lihat disini, narkotika sepertinya tidak ada beredar di dalam. Yang namanya anak darimana uangnya, dia mau pakaipun uang dari mana. Jadi memang ada anak itu waktu di luar pemakai, selama disini kita bina kita dapati belum pernah. Tapi setiap kunjungan tetap kita tekankan dan komit narkotika itu tidak boleh masuk," jelasnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved