Bank Indonesia Sebut Ekonomi Sumut Bisa Tumbuh 5,3 Persen Jika Nilai Tukar Rupiah Menguat
Pembayaran uang elektrik, memudahkan konsumen, konsumen yang sudah membeli barang akan lebih murah dan lebih cepat.
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dapat menguat, hal ini tercermin pada pergerakan rupiah, secara rata-rata menguat 1,09 persen.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan penguatan rupiah ini ditopang aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik seiring meredanya indikator resiko pasca trade talk AS Tiongkok dan rencana stimulus ekonomi.
"Aliran masuk modal asing pada Juni 2019 sebesar 3,79 miliar dollar AS dan masih berlanjut pada Juli 2019," ujar
Dody saat diskusi panel Outlook Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) di Kantor BI Sumut, Jumat (19/07/2019).
Diakui Dody, saat ini nilai tukar rupiah sedang menguat dan mengarah pada positif. Meskipun begitu, apabila nilai tukar rupiah melemah maka akan menguntungkan kepada eksportir.
"Kalau kita lihat Indonesia secara keseluruhan rupiah yang melemah itu justru memukul balik ekonomi. Kita melihat barang-barang yang kita konsumsi memiliki kandungan import dan itu masih cukup tinggi mungkin sekitar 60 persen, meskipun begitu ekonomi tetap akan tumbuh," ucapnya.
Ia menjelaskan rupiah mengarah kepada penguatan, sehingga nantinya pelaku usaha semakin banyak yang melakukan ekspansi usaha, dan merekrut tenaga kerja.
"Kita harapkan sekarang rupiah terus menguat. Gambaran struktur rupiah itu adalah dari kekuatan ekport dan import kita secara nasional. Ekport barang kita dibawah dari yang bisa kita hasilkan dan import sudah mulai berkurang, karena kebijakan pemerintah," ungkap
Dody.
Ia menjelaskan transaksi modal terus masuk melalui penanaman modal asing, surat berharga untuk membiayai defisit sejumlah Rp 31 miliar.
"Sumut bisa tumbuh 5,3 persen, tapi bila sisi import lebih banyak, termasuk yang membuat ketidakstabilan dari eksternal. Indonesia tumbuh dengan enam persen juga bisa, kita buka keran import sebesar besarnya, harga-harga akan murah, tetapi tidak diikuti kekuatan ekonominya, hanya didorong pertumbuhan saja," katanya.
Dengan demikian, kata Dody, inflasi juga bisa meningkat tinggi. "Stabilitas menjadi penting akibatnya ekonomi tidak tumbuh cepat tetapi stabilititas di beberapa sektor kita. Kita jaga inflasi kita utamakan nilai tukar stabil," tambahnya.
Ia menghimbau agar setiap masyarakat dapat memanfaatkan digital, baik digital e-commerce, digital perdagangan, digital keuangan.
Pembayaran uang elektrik, memudahkan konsumen, konsumen yang sudah membeli barang akan lebih murah dan lebih cepat.
"260 juta penduduk Indonesia dan ini menjadi pasar yang konsumtif. UMKM juga bisa meningkatkan produksinya dan kreatif, serta manfaatkan digital," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan secara nasional prospek inflasi diprakirakan tetap rendah dan stabil yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi 3,5 lebih kurang satu persen pada 2019.
"Keseluruhan tahun 2019, ekonomi Sumut diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi dari 2018 yakni di kisaran 5,0 hingga 5,4 persen," ucap Wiwiek.
Ia menjelaskan optimisme tersebut utamanya akan datang dari peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah serta perbaikan net ekspor yang cukup signifikan.
"Ekspor luar negeri tahun 2019 pun diprakirakan tumbuh sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi permintaan eksternal yang menurun sebagai dampak dari kinerja ekonomi dunia yang juga melambat," ujarnya.
Dikatakannya, untuk harga CPO, diperkirakan masih di level yang kondusif seiring dengan adanya peningkatan penggunaan CPO untuk pasar dalam negeri terkait industri biodiesel di Indonesia (B20) dan Malaysia (B10).
Sementara, harga karet berpotensi meningkat sejalan dengan kesepakatan Thailand, Indonesia dan Malaysia yang tergabung di dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk mengurangi ekspor karet sebesar 300 ribu ton.
"Selanjutnya, kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan tumbuh cukup tinggi pada 2019 meski sedikit lebih lambat dari 2018. Dari sisi lapangan usaha (LU), pertanian dan konstruksi akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2019," jelasnya.
Ia mengatakan, akselerasi lebih lanjut dari pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2019 akan tertahan oleh capaian kinerja LU perdagangan dan industri pengolahan yang tidak sebaik tahun 2018.
Sementara itu, permintaan eksternal yang diprakirakan melambat menjadi faktor utama penghambat ekspansi industri pengolahan di tahun ini.
"Meski demikian, perkembangan LU perdagangan dan industri pengolahan dinilai masih cukup baik sepanjang 2019. Kedepan, beberapa resiko terhadap perekonomian Sumut tetap perlu menjadi perhatian, terutama dari sisi eksternal," kata Wiwiek.
Dalam acara ini juga dihadiri, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumut juga dapat didukung melalui pariwisata dan pertanian.
"Kita kembalikan Sumut menjadi Sumut agraris tapi wisata juga menjanjikan Sumut, bukan hanya Danau Toba. Danau toba akan menjadi kelas dunia tapi kita perlu waktu," kata Edy.
(nat/tribun-medan.com)