Wanita Ini Bukukan Pengalamannya 12 Tahun Menjadi Pelacur Sejak Usia 19 Tahun, Begini Kisahnya
Buku berjudul 10,000 Men and Counting yang mengisahkan perjalanan karir seorang pelacur
Wanita ini bukukan pengalamannya 12 tahun menjadi pelacur.
Begini kisahnya.
TRIBUN-MEDAN.COM - Pada 2017 lalu, Gwyneth Montenegro merilis buku pertamanya.
Judulnya: 10,000 Men and Counting.
Buku itu secara tersirat menceritakan pengalamannya menjadi seorang pelacur selama sekitar 12 tahun.
Semua bermula saat usianya 19 tahun.
Ketika itu dia diperkosa oleh sekelompok orang.
Selama menjadi pelacur, Gwyneth mengaku sudah melayani lebih dari 10 ribu pria dari beragam latar belakang.
Setelah pensiun dari dunia itu, Gwyneth memutuskan menulis buku.
Buku itu berisikan pengalaman hidup Gwyneth menjadi seorang pelacur.
Siapa sangka, buku ini begitu laris di pasaran.
Uniknya, kebanyakan pembacanya adalah para perempuan.
Ternyata ada satu hal yang begitu mereka ingin tahu.
Apa itu?
Yup, apa yang sebenarnya yang diinginkan para pria ketika berhubungan intim sehingga mereka rela bayar mahal ke seorang PSK?
Dan dalam buku itu Gwyneth punya jawabannya.
Menurutnya, kebanyakan pria ternyata tak terlalu mementingkan soal cara berhubungan seks yang aneh seperti dalam film porno.
Nyatanya, para pria sebetulnya hanya ingin para wanita, terutama istri mereka, bersikap 'membutuhkan'.
Ya, menurut Gwyneth, para pria sebetulnya ingin terlihat bahwa mereka dibutuhkan untuk berhubungan intim.
Itu artinya, pria umumnya selalu suka melihat wanita yang birahi, kemudian meminta mereka untuk berhubungan intim.
"Itu adalah fantasi yang paling mereka harapkan," ujar Gwyneth.
Dia mengatakan, cara dan teknik hubungan intim itu tak penting.
"Tapi para wanita harus memperlihatkan, bahwa mereka benar-benar ngebet ingin bercinta dengan suami atau pasangan mereka,"
"Bahkan, berpura-pura sajalah bila kamu (wanita) sebenarnya tak terlalu ingin," ujar Gwyneth.
Dengan pendekatan ini, Gwyneth mengaku bisa sukses di jalur prostitusi.
Itulah mengapa dia sangat 'laris', sehingga bisa sampai melayani lebih dari 10.000 klien.
"Mereka itu hanyalah para pria yang ingin senang, dan mereka ingin agar kamu merasa senang juga," kata Gwyneth.
Gwyneth juga mengungkap bahwa pria hanya ingin berhubungan intim dengan pelacur berusia lebih muda, adalah mitos belaka.
Menurut dia, banyak PSK yang usianya tak lagi muda, tapi toh tetap punya pelanggan setia.
Gwyneth pertama kali menjadi berita utama pada 2014 ketika mengungkapkan rahasia masa lalunya.
Dia memasuki industri prostitusi setelah masa-masa yang traumatis.
Gwyneth bercerita bagaimana dia dibius, lalu dibawa ke suatu tempat, diperkosa ramai-ramai, dan ditinggalkan laiknya sampah.
Dia sempat mendapatkan lisensi pilot komersial saat berusia 29 tahun dan bekerja sebagai pilot wisata.
Tapi Gwyneth kembali lagi jadi pelacur setelah didiagnosis menderita gagal ginjal yang membuatnya gagal mempertahankan lisensinya.
Setelah tak lagi menjadi pelacur, Gwyneth lebih banyak mencurahkan waktunya untuk mengurusi isu-isu pemberdayaan perempuan.
Dia ingin para perempuan bisa mencapai impian dan tujuannya meski banyak kesulitan yang dihadapi.
Gwyneth Montenegro saat berusia (36) tahun meluncurkan buku yang mengisahkan perjalanan kariernya itu.
Gwyneth menceritakan blak-blakan kisah hidupnya, termasuk pengakuannya telah tidur dengan 10.000 atau tepatnya 10.091 pria sejak dia menjadi escort sejak berusia 19 tahun.
Dalam bukunya, Gwyneth yang kini telah menjadi seorang pebisnis sukses itu menceritakan, dia mengawali hidupnya sebagai seorang anak yang "liar".
Gwyneth menjadi korban pemerkosaan pada usia 18 tahun dan menjadi penari erotis pada usia 19 tahun.
Pada usia 19 tahun, perempuan asal Melbourne ini memulai karier escort-nya yang saat itu masih berkutat di sekitar kota kelahirannya itu.
Selanjutnya, wilayah kerja Gwyneth semakin luas ke seluruh Australia dan seluruh dunia yang melegalkan profesi escort seperti yang dijalaninya.
Selama menjalani kariernya itu, Gwyneth mengaku menggunakan banyak nama. Bahkan, nama Montenegro diakuinya hanya sekadar nama pena untuk kepentingan penulisan bukunya.
"Saya pernah menggunakan nama Angelina. Saya ingin memiliki nama yang lebih seksi dan apa yang lebih baik ketimbang Angelina Jolie," kata Gwyneth.
Gwyneth mengatakan, klien utamanya adalah para pekerja kerah putih, termasuk para pengacara, politisi, dan musisi.
Di masa puncak kariernya, Gwyneth bisa mendapatkan 500-1.000 dolar atau sekitar Rp 5-10 juta per jam.
Namun, dalam pekerjaan ini pula, Gwyneth mulai berkenalan dengan narkoba.
"Saya berkenalan dengan kokain saat berusia 20-an dan itu adalah barang kelas atas yang diberi oleh seorang klien jutawan," kenangnya.
Perkenalannya dengan kokain ini membuatnya kecanduan. Kokain sudah menjadi gaya hidupnya ketika itu.
Dia sadar gaya hidup seperti itu bisa menghancurkan siapa saja.
Inilah yang membuatnya memantapkan diri menuliskan pengalamannya menjadi seorang escort kelas atas.
"Banyak orang memiliki persepsi buruk soal profesi ini dan saya ingin mengubah anggapan itu," kata Gwyneth.
"Saya juga ingin mewakili suara mereka yang ada di dalam industri ini. Sebab, saya hanyalah manusia biasa begitu juga mereka," tambah dia.
Namun, Gwyneth mengakui sulit untuk melepaskan diri dari industri yang memberinya penghasilan hingga ribuan dolar setiap pekannya itu.
"Uang itu tak ubahnya obat bius. Uang membuat saya bisa pergi ke mana-mana," lanjut dia sambil menambahkan bahwa bisa bepergian ke berbagai belahan dunia membuatnya bisa melupakan sejenak realitas kehidupan yang menjeratnya.
Meski sepanjang 12 tahun kariernya sebagai escort Gwyneth hampir tak memiliki pengalaman buruk, dia bertekad tidak akan pernah lagi berkecimpung di dalam profesi itu lagi.
Salah satu momen yang membuatnya memutuskan berhenti menjadi escortadalah saat dia nyaris tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas beberapa tahun lalu.
"Saya mengendarai VW Golf dan mengalami kecelakaan. Beruntung saya selamat meski menderita sedikit luka dan memar," kenangnya.
Saat terbaring di rumah sakit, Gwyneth akhirnya mengakui profesi dia kepada kedua orangtuanya. Awalnya ayah dan ibunya mengira Gwyneth bekerja sebagai seorang model.
Dia juga menceritakan kepada orangtuanya bagaimana dia menyembunyikan sebagian besar uang yang diperolehnya sehingga ayah ibunya tidak menaruh curiga.
"Saya cukup mampu menyembunyikan semuanya, tetapi jauh di dalam hati saya merasa sakit karena harus menyimpan rahasia besar itu," kata dia.
Setelah kecelakaan itu, kondisi berangsur-angsur membaik, apalagi setelah Gwyneth berhasil meraih lisensi pilot pesawat terbang komersial pada usia 29 tahun.
Namun, kariernya sebagai pilot pesawat sewaan berusia pendek setelah dia didiagnosis menderita gagal ginjal yang membuatnya tak bisa mempertahankan lisensi terbangnya.
Akibatnya, Gwyneth kembali menerjuni profesi lamanya sebagai escort dan baru berakhir setelah dia bertemu seorang pria yang kini menjadi rekan bisnisnya saat ini. Dia hanya menyebut pria itu dengan nama Roger.
Gwyneth kemudian memulai kursus pemrograman neuro-linguistik dan bersama Roger mulai membangun sebuah bisnis baru.
"Ini seperti ilmu pikiran, seperti sebuah psikologi gaya baru dan ini sangat membantu saya mengatasi berbagai masalah," kata dia. (Wartakotalive.com/Suar.id/Kompas.com)