Kisah Inspiratif

Udar Kisah Dokter Cantik dr Krisna Handayani yang Mengabdi di Daerah Terpencil: Semua Karena Tuhan

Udar Kisah Dokter Cantik dr Krisna Handayani yang Mengabdi di Daerah Terpencil: Semua Karena Tuhan

TRIBUN MEDAN/M Daniel Siregar
dr. Krisna Handayani, M.Sc, Sp.A. saat ditemui di Rumah Sakit Siloam Dhirga Surya Medan. (TRIBUN MEDAN/M Daniel Siregar). #Udar Kisah Dokter Cantik dr Krisna Handayani yang Mengabdi di Daerah Terpencil: Semua Karena Tuhan 

Udar Kisah Dokter Cantik dr Krisna Handayani yang Mengabdi di Daerah Terpencil: Semua Karena Tuhan

"Tentu saja itu bukan karena saya tapi karena Tuhan, itu yang saya yakini. Pelajaran yang saya petik adalah hati yang tergerak,"ucapnya.

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Bermanfaat bagi orang lain, itulah prinsip hidup yang dipegang oleh sosok perempuan hebat, dr Krisna Handayani, MSc, SpA.

Prinsip tersebut yang kemudian mengantarnya pada profesi dokter anak.

"Kebahagian seseorang itu tidak ditentukan dari harta, martabat, kesuksesan, tapi seberapa besar kita bermanfaat," ucap dr Krisna.

dr Krisna merupakan seorang dokter spesialis anak.

Ia menyelesaikan pendidikan spesialis anak di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM).

Saat ini dr Krisna berpraktek di Rumah Sakit Siloam Dhirga Surya Medan.

Perempuan kelahiran Surakarta, 9 Oktober 1979 menghabiskan masa kecilnya di Solo, baik saat SD, SMP dan SMA. Tamat SMA.

Ia berkeinginan kuliah di Teknik Kimia ITB (Institut Teknologi Bandung) namun saat ujian masuk perkuliahan justru ia masuk pada pilihan keduanya yakni kedokteran UGM.

"Saya SD, SMP dan SMA di Solo awalnya cita-cita saya ingin jadi insinyur teknik kimia karena saat itu pilihan pertama masuk kuliah saya di Teknik Kimia ITB. Tapi saya teryata masuk pada pilihan kedua saya yakni Kedokteran UGM.

Saya tekuni dan akhirnya saya lulus," ucapnya.

dr Krisna pun masuk dalam 10 lulusan terbaik dokter saat itu.

Ia lulus menjadi seorang dokter sejak tahun 2005.

Ia pun sempat menjadi dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) Departemen kesehatan di daerah terpencil puskesmas di Sorong, Papua Barat.

"Saya bandingkan hidup di kota dan hidup di daerah terpencil itu, saya rasa lebih nyaman untuk tinggal di daerah terpencil karena lebih tenang.

Kalau tidak memperhatikan pendidikan anak, saya lebih nyaman untuk tinggal di daerah terpencil melayani masyarakat yang kurang mampu.

Dimana kita itu sangat dibutuhkan oleh mereka, di daerah terpencil mau tidak mau kita harus bantu dan kita merasa sangat berguna," ungkapnya.

Setelah dokter PTT, ia pindah ke Batam menjadi dokter umum, kemudian ia memutuskan untuk mengambil dokter spesialis anak.

"Saya menyukai anak-anak, melihat mereka (anak-anak) itu saya happy, saya bahagia jadi kalau melihat mereka sakit itu rasanya saya ingin membantu mereka.

Pas saya masuk ternyata tanggung jawab menjadi seorang dokter anak itu besar sekali karena kita memiliki tanggung jawab pada satu generasi," kata dr Krisna.

Ia menjelaskan, kualitas manusia itu ditentukan saat ibu mengandung.

Jadi janin itu menentukan kualitas seseorang dikemudian hari.

Bila ada gangguan nutrisi, psikologi, stimulasi yang enggak benar itu menghasilkan satu generasi yang kurang optimal dan akan diteruskan pada generasi selanjutnya.

"Kita mengedukasi ibu yang sedang hamil mulai dari janin, kita memberi penyuluhan bahwa sejak ibu hamil 1000 hari kehidupannya sampai dua tahun itu menentu generasi selanjutnya," ucap kata dr. Krisna.

Diakuinya, kesulitan menjadi seorang dokter anak itu adalah berkomunikasi dengan anak (pasien) tersebut, apalagi pada anak-anak yang belum bisa berbicara.

"Anak itu belum bisa ngomong jadi kita harus pintar melihat sikapnya, dari mimiknya.

Kita harus bisa melihat ekspresi anak tersebut. Kita tidak hanya mengobati anak tapi kita juga harus mengedukasi orangtuanya," ucapnya.

Saat bertemu dengan Tribun Medan, dr Krisna juga menceritakan tentang pengalamannya yang tak terlupakan menjadi seorang dokter.

Setelah menjadi dokter di Batam, ia pindah ke Jogja dan mengabdi sebagai dokter anak di Gunung Kidul, pinggiran Yogya.

Ia sering bertemu dengan orang sederhana yang tidak mampu sehingga ia menggratiskan mereka (pasien) berobat.

"Yang enggak terlupakan itu mereka selalu membawa hasil buminya itu pisang, kelapa, dan sebagainya," ujar ibu dari dua anak ini.

Pengalaman yang tak terlupa lainnya, ia juga pernah bertugas sebagai dokter di Kulon Progo, Yogyakarta. Meskipun saat itu, ia sedang tidak bertugas di Unit Gawat Darurat (UGD) tapi saat ingin pulang, ia melihat seorang anak yang sekarat karena kecelakaan.

"Waktu itu seharusnya yang menjadi tanggung jawab dokter UGD untuk menangani itu, tapi pertama tapi saya merasa tergerak ke sana.

Pasien sudah syok, berdarahnya enggak kelihatan, tapi sudah berhenti jantungnya, kalau kita kedokteran harus melakukan resusitasi jantung dan jantung anak itu berdenyut lagi, saya pasang infus dan saya beri cairan untuk penanganan syok," ucapnya.

Ia pun tak segan-segan untuk mengantarkan anak (pasien) tersebut ke rumah sakit yang lebih besar.

Kemudian anak itu ditangani dengan baik, dan teryata ada pendarahan besar di otak anak tersebut.

Setelah ditangani anak tersebut sudah baik dan dr. Krisna pun merasa senang.

"Tentu saja itu bukan karena saya tapi karena Tuhan, itu yang saya yakini.

Pelajaran yang saya petik adalah hati yang tergerak,"ucapnya.

Bagi dr Krisna arti sukses adalah bisa membuat orang lain bahagia, baik untuk keluarga dan masyarakat dalam hal ini kepada pasien.

"Tips kunci sukses itu selalu bersyukur, pasti Tuhan merencanakan sesuatu buat kita.

Bersyukur dan menikmati hidup itu kunci sukses bagi saya.

Pagi hari saja ketika kita keluar rumah, kita menghirup udara dan bersyukur itu sudah menjadi modal kesuksesan buat saya dan kita memiliki daya untuk berkarya.

Kita mempunyai kekuatan ketika kita bersyukur, menikmati hidup, dan hati kita tenang.

Itulah kekuatan untuk saya bisa berbuat sesuatu kepada orang lain, bersyukur sekecil apapun," ungkapnya.

Diakuinya, setiap pagi hari ia juga mengawali aktivitas dengan berlari.

Saat weekday ia mampu berlari lebih kurang 2 hingga 3 km dan saat weekend, ia mampu berlari hingga 5 km.

Membangun keluarga kata dr Krisna, adalah pondasi yang kuat untuk membentuk generasi juga.

Keluarga yang kuat, harmonis, dan ikatan keluarga yang terjalin dengan baik akan meningkatkan satu generasi yang baik juga.

"Keluarga sangat mendukung pekerjaan saya.

Bagi saya keluarga nomor satu jadi saya sangat mendukung bagi keluarga lainnya untuk menomorsatukan keluarga karena bagaimanapun juga mereka adalah orang yang paling mencintai kita," ucapnya.

Makan malam bersama keluarga juga merupakan rutinitas yang tak boleh ketinggalan bagi dr Krisna.

"Paling happy itu ketika makan malam, kita semua berkumpul.

Kopi juga menjadi salah satu sarana kita berkumpul, kita saling ngobrol bersama," ujarnya.

Motivasi untuk perempuan, kata dr Krisna, bahwa setiap perempuan itu harus mengenali sifat, kemauan dan kemampuannya serta harus mencintai diri sendiri.

"Kita harus menerima diri kita sehingga goalnya kita jadi bangga untuk diri kita.

Yang paling penting di dunia ini adalah bahagia kita bisa bermanfaat bagi orang lain sehingga kita mampu menunjukan aktualisasi diri dengan baik.

Kita mampu mencintai diri kita, menerima diri kita, kita bisa mengakualisasi diri kita ini, ini diri saya, apa yang bisa saya bantu," katanya.

Biofile: 
Nama: dr. Krisna Handayani, M.Sc, Sp.A

Tempat Tanggal Lahir: 
Surakarta, 9 Oktober 1979

Pendidikan: 
-Medical Doctor–Universitas Gadjah Mada, 2005
-Master of Science–Universitas Gadjah Mada,2013
-Pediatrician–Universitas Gadjah Mada, 2014
-Studentof PhD Program, VU University Medical Center,
Amsterdam, Netherlands,2014

Karier:
-General Practicioner–Condong Catur Hospital, Yogya
2005
-Head of Medical Service-Condong Catur Hospital,Yogya 2006
- General Practiceon Primary Care–Puskesmas Klasaman,
Sorong, WestPapua–2008
- Pediatrician–Panti Rahayu Private Hospital 2015
-Pediatrician-Risky Amalia Private Hospital 2015
-Pediatrician–Nyi Ageng Serang District Hospital 2015
-Pediatrician-Siloam Hospitals Balikpapan 2017
-Pediatrician-Siloam Dhirga Surya Medan 2018

Prestasi: 
- The 10 best graduate of medical doctor 2005
- Best oral presentation-SIOP Asia Congress 2012
Suami: dr. Diyon Indarto
Orangtua :
Ayah : Supadi, SMPH
Ibu : Swardini

#Udar Kisah Dokter Cantik dr Krisna Handayani yang Mengabdi di Daerah Terpencil: Semua Karena Tuhan

(nat/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved