Dua Jenderal (Purn) Jebolan Kopassus Akhirnya Turun Tangan Terkait Gejolak Papua

Gejolak di tanah Papua mendapat perhatian serius dari dua jenderal (Purn) TNI jebolan Komandan Pasuskan Khusus (Kopassus).

Editor: Juang Naibaho
Warta Kota/Alex Suban
AM Hendropriyono 

Dua Jenderal (Purn) Jebolan Kopassus Akhirnya Turun Tangan soal Gejolak Papua

TRIBUN MEDAN.com - Gejolak di tanah Papua mendapat perhatian serius dari dua jenderal (Purn) TNI jebolan Komandan Pasuskan Khusus (Kopassus).

Dua mantan elite TNI yang kerap terlibat operasi militer di Papua tersebut, kini turun tangan untuk mengatasi persoalan yang digulirkan sejumlah pihak ke arah tuntutan kemerdekaan Papua.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono rencananya akan bertemua dengan mantan Danjen Kopassus, yang kini menjabat Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Pertemuan rencananya digelar Kamis (5/9/2019) sore ini.

Hendropriyono menyampaikan, pertemuannya dengan Prabowo ingin menyampaikan rasa bangga karena telah memutuskan untuk mendukung langkah pemerintah ke depan.

"Nanti sore ketemu pak Prabowo sama-sama veteran. Pak Prabowo saya ingin ketemu karena saya sangat bangga dan senang beliau sudah bilang bahawa semua supaya berada di belakang pemerintah," kata Hendropriyono saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2019).

Baca: 4 Polisi Koboi di Polda Jateng, Ngamuk Bayar Tagihan Karaoke, Borgol Tangan Kasir, Ini Identitasnya

Baca: Bripda Dedy, Polisi Kena Panah di Leher, Dijenguk Kapolri dan Diberi Kenaikan Pangkat Luar Biasa

Lebih lanjut Hendropriyono mengatakan, pertemuan dengan Prabowo untuk membicarakan masalah Papua.

Menurut Hendropriyono, Prabowo punya cara-cara dalam mengjadapi gejolak di Papua saat ini.

"Di dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah di Papua sekarang," ujar Hendropriyono.

"Jangan ada lagi kritik-kritik. Cekcok itu kalau keadaan normal, ini lagi keadaan nggak normal. Semua harus bersatu padu," sambungnya.

Baca: Bos Properti Diikat di Pohon Lapangan Lapas, Sipir Kesal Keluarga Ditipu Rumah Tak Dibangun

Prabowo Subianto saat masih aktif di institusi militer.
Prabowo Subianto saat masih aktif di institusi militer. (ist)

Ia juga menyampaikan, kalau dirinya dulu pernah hampir mati untuk mempertahankan masa depan bangsa Indonesia.

Oleh itu, ia meminta agar perjuangan menyelamatkan negara ini tidak terputus.

"Dan saya sekali lagi berharap tolonglah lanjutkan estafet ini, saya ini ada satu tanda (logo) pernah luka-luka di pertempuran hampir mati untuk sekarang kamu hidup, tolong lanjutkan supaya kalian ini membawa estafet ke bangsa seluruh," jelasnya.

Berdasarkan informasi yang beredar, pertemuan Hendropriyono-Prabowo akan berlangsung di kawasan Senayan, Jakarta Selatan pada pukul 19.00 WIB.

Baca: Bos Properti Diikat di Pohon Lapangan Lapas, Sipir Kesal Keluarga Ditipu Rumah Tak Dibangun

Baca: Akhirnya Siswi Paskibra Audri Ditemukan, Sebulan Hilang Ternyata Kabur ke Malaysia, Ini Alasannya

Diketahui, Hendropriyono memiliki karier cemerlang di TNI. Ia merupakan prajurit jebolan Kopassus.

Karier militernya diawali sebagai Komandan Peleton dengan pangkat Letnan Dua Infanteri di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.

Ia kemudian menjadi Komandan Detasemen Tempur Para-Komando, Asisten Intelijen Komando Daerah Militer Jakarta Raya/Kodam Jaya (1986).

Hendropriyono kini dikenal sebagai tokoh intelijen di Tanah Air.

Baca: Fakta Gepeng Ditangkap Satpol PP, Tas Diperiksa Simpan Uang Rp 12 Juta dan Deposito Rp 25 Juta

Baca: Diejek Farhat Abbas dan Elza Syarief dengan Sebutan Bau Pesing, Ini Reaksi Hotman Paris

Sementara Prabowo Subianto juga punya pengalaman banyak di tanah Papua.

Prabowo merupakan salah satu prajurit jebolan Kopassus yang pernah memimpin operasi militer di Papua.

Operasi militer itu merupakan pembebasan sandera dari tangan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Mapenduma, Papua.

Pada 9 Mei 1996, Kopassus yang dipimpin Prabowo menggelar operasi menyelamatkan 11 sandera Tim Ekspedisi Lorentz 1995.

Selama 130 hari sejak 8 Januari 1996, mereka disandera kelompok OPM.

Aksi penyanderaan itu menjadi alasan OPM untuk menuntut kemerdekaan dari Indonesia.

Kopassus turun tangan memburu OPM ke Mapenduma.

Operasi yang dipimpin Prabowo berlangsung selama lima hari.

Dalam kontak senjata, delapan orang anggota OPM ditembak mati sedangkan dua orang ditangkap hidup-hidup.

Sementara di pihak sandera, sembilan orang berhasil diselamatkan namun dua sandera terbunuh.

HASIL PERTEMUAN

Usai pertemuan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyerukan agar semua pihak mendukung upaya pemerintah dalam menangani gejolak yang terjadi di Papua dan Papua Barat.

Prabowo mengatakan, seluruh komponen bangsa harus bersatu dalam menjaga kedaulatan wilayah Indonesia.

"Yang saya serukan adalah kita harus kompak mendukung pemerintah.

Soal kedaulatan tidak ada perbedaan pandangan. Kita semua bersatu," ujar Prabowo saat memberikan pernyataan seusai bertemu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam.

Dalam pertemuan itu Prabowo mengaku bertukar pandangan dengan hendropriyono terkait masalah Papua.

Namun ia tidak menyebutkan secara spesifik soal masukan apa saja yang diberikan.

Prabowo hanya berharap semua pihak ikut menyejukkan suasana dan tidak saling menyalahkan.

"Saya saling tukar pandangan tapi intinya kita sebagai bangsa harus kompak, harus sejuk, saling bantu, jangan saling mencari kesalahan," kata Prabowo.

"Mari kita bersama-sama atasi semua masalah, saya yakin tidak benar kalau ada yang mau memecah belah saudara kita di Papua. Papua bagian integral dari NKRI," ucap mantan Danjen Kopassus itu.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat memberikan pernyataan seusai bertemu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat memberikan pernyataan seusai bertemu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam. (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Pada kesempatan yang sama, Hendropriyono mengapresiasi dukungan Prabowo terhadap pemerintah.

Ia juga sepakat dengan pendapat Prabowo bahwa persoalan Papua harus diselesaikan secara bersama-sama.

"Yang saya sangat hargai kalau itu sudah menyinggung masalah kebangsaan, Beliau (Prabowo) selalu tampil gagah perkasa, harus bersatu dan mendukung pemerintah untuk menyelesaikan ini," kata Hendro.

"Bukan waktunya lagi untuk menyalahkan.

Sekarang harus kompak. bersatu," ujarnya.

Sekali TNI/Polri Ditarik, Besok Papua Merdeka

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mempertanyakan pihak yang meminta personel TNI-Polri ditarik dari Papua dan Papua Barat.

Ryamizard mengatakan, penarikan TNI-Polri tak mungkin dilakukan mengingat tugas TNI dan Polri adalah menjaga keamanan negara.

Ia pun berpegang pada pertanyaan presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri bahwa 'seribu kali pejabat gubernur di Papua diganti, Papua tetap di sana. Tetapi satu kali TNI dan Polri ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka.

"Ini yang jadi acuan kita, karena banyak sekali orang yang menyuruh-nyuruh tentara pulang. Ini ada apa maksudnya?" kata Ryamizard dalam rapat bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Pasukan elite TNI PPRC Kostrad lakukan penerjunan di langit Papua, Rabu (4/9/2019)
Pasukan elite TNI PPRC Kostrad lakukan penerjunan di langit Papua, Rabu (4/9/2019) (puspen tni)

Ryamizard mengatakan, TNI memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara.

Ia menegaskan, tidak ada kompromi apapun terhadap musuh yang ingin mencoba mengganggu keutuhan NKRI.

"Perlu kita ketahui, kalau TNI melaksanakan tugasnya, maka tak ada kompromi.

Musuh negara harus dihancurkan," ujar dia.

Selanjutnya, Ryamizard mengatakan, saat ini ada tiga ancaman dalam pertahanan negara, yaitu pertahanan nyata, belum nyata dan sangat nyata.

Ia pun mengatakan, ancaman yang paling berbahaya berupa ancaman pada pola pikir atau mindset seluruh warga negara terkait pemisahan suatu wilayah dari NKRI.

"Dan ancaman ketiga yang paling berbahaya adalah ancaman mindset seluruh rakyat negara Indonesia yang berusaha memecah belah, yakni ancaman terhadap Pancasila dan segala bentuk ancaman pemisahan diri terhadap NKRI," pungkas dia.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Malam Ini, Hendropriyono dan Prabowo Akan Bertemu Bahas Soal Papua dan di Kompas.com dengan judul "Prinsip Ryamizard: Satu Kali TNI/Polri Ditarik, Besok Papua Merdeka, "Soal Papua, Prabowo: Kita Harus Kompak Dukung Pemerintah"

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved