Orangtua Pelajar yang Serang dan Tantang Polisi Menangis saat Menjemput Anaknya ke Kantor Polisi
Dengan menggenggam selembar kertas fotocopy identitas dan kartu keluarga, mereka menunggu di anak tangga depan gedung Sabhara.
Penulis: Juang Naibaho |
TRIBUN-MEDAN.com - Para orangtua yang anaknya ditangkap polisi menangis di depan gedung Sabhara Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (01/10/2019).
Mereka hendak menjemput anaknya yang terlibat kerusuhan saat unjuk rasa di sekitar Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Dengan menggenggam selembar kertas fotocopy identitas dan kartu keluarga, mereka menunggu di anak tangga depan gedung Sabhara.
Mereka saling sapa, menanyakan kondisi anak-anak yang ditahan.
"Anak ibu dipukulin nggak? Kalau anak saya tadi saya sempet lihat bibirnya gede, terus matanya juga seperti habis dipukul gitu. Sedih banget saya," kata ibu yang menggunakan jilbab merah muda sambil mengusap air mata.
Sementara di depan pintu gedung tersebut, polisi terus meneriakkan nama anak yang ditangkap agar orangtuanya datang.
Mereka yang ditangkap kemudian berbaris tanpa mengenakan baju. Mereka menyerahkan surat pernyataan yang telah dibuatnya.
Satu per satu anak difoto bersama orangtua dengan menunjukan surat pernyataan tersebut.
"Nunggu surat pernyataan dulu. Mereka (demonstran yang ditahan) yang buat pernyataan. Kita yang penting bawa identitas aja disini," kata Dian, salah satu orangtua demonstran.
Air mata Dian terus berlinang. Ia tak kuasa jika mengingat kondisi anaknya, Adrian (17) saat bertemu sepintas.
"Saya nggak tau tadi pagi ditelepon jam 8 tau-tau sudah di sini. Tadi sempet liat, matanya begitu," kata berbisik seraya bola mata yang melirik petugas.
Bagi Dian, peristiwa ini sangat mengagetkan. Pasalnya keseharian anaknya hanya bekerja sebagai tukang parkir di asrama haji yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
"Baru lulus sekolah terus kerja sambil kumpulin uang buat kuliah. Baru daftar. Tau-tau ikut ini saya kaget. Ya semoga nggak ada kerusuhan lagi deh," tutupnya.
Para Pelajar Diiming-imingi Uang Rp 40.000

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan, massa yang diamankan polisi diiming-imingi uang jika bersedia bergerak menuju Gedung DPR, Senin (30/9/2019).
"Jadi mereka ada yang dijanjikan diberi bayaran sebesar Rp 40.000 per orang," kata Budhi di Mapolres Metro Jakarta Utara, Senin.
Budhi menyampaikan, iming-iming uang diketahui berdasarkan pemeriksaan aplikasi pesan singkat di ponsel mereka.
Iming-iming uang itu membuat sejumlah warga yang bukan pelajar berpura-pura menjadi pelajar hanya untuk mendapatkan bayaran.
"Tentu nanti akan kami dalami akan kita proses kalau nanti ada dugaan tindak pidana yang mereka lakukan (penahanan). Nanti akan kami usut termasuk juga orang yang memprovokasi atau mungkin menghasut mereka untuk melakukan tindakan ini," ujar Budhi.
Ia menambahkan, razia yang pihaknya lakukan berkaca dari aksi pada 25 September 2019. Saat itu para pelajar sama sekali tidak menyampaikan pendapat, tetapi melakukan kerusuhan.
Ada puluhan pelajar dan massa bayaran yang diamankan di Mapolres Metro Jakarta Utara pada Senin sore.
Iming-iming uang itu dibenarkan oleh RH (22), seorang sekuriti. Ia berpura-pura menjadi pelajar karena ingin mendapatkan uang tersebut.
"Dapat info dari WhatsApp, katanya Rp 40.000 dibayarnya," kata RH kepada wartawan di halaman Polres Metro Jakarta Utara.
Ia lantas meminjam seragam serta kaus milik seorang pelajar agar bisa bergabung dengan pelajar yang bergerak menuju Gedung DPR.
Rencananya, mereka akan menumpang truk bersama pelajar-pelajar lain untuk berangkat ke Gedung DPR. Namun, ia justru ditangkap polisi setiba di kawasan Tanjung Priok.
Pelajar Serang dan Tantang Polisi
Sejumlah video aksi unjuk rasa pelajar dan mahasiswa yang berunjung rusuh di jakarta viral di media sosial, video-video ini adalah aksi brutal dari para pelajar yang menyerang polisi yang berjaga.
Yang paling banyak diperbincangkan netizen adalah video yang dishare akun facebook william, dalam postinganya dia menyematkan caption "Apakah aparat kita hanya boleh diam hadapi yg spt ini?".
Dalam video tersebut tampak sejumlah orang menyerang polisi yang mengunakan tameng. Ada yang menendang, ada yang melempar dengan batu.
Bahkan beberapa polisi tampak terjatuh dan kembali berdiri lagi tanpa melakukan penyerangan kepada para demonstran.
Video Detik-detik Para Pelajar Serang Polisi
Dalam video tersebut, terdengar perbincangan orang-orang yang merekam, yang merasa khwatir dengan aksi para demonstran tersebut.
Mereka pun menyebut para demonstran bukanlah pelajar lagi, melainkan preman dan meminta polisi supaya bertindak tegas saja. "Wadoh, itu mereka bukan pelajar lagi tapi preman," ujar salah seorang demonstran.
Video lainnya yang menjadi sorotan adalah ketika salah soerang pelajar menantang polisi berduel dengan tangan kosong.
"Kalau berani tangan kosong. Apa? lo berani ama gua," ujar salah seorang pelajar yang jadi massa demosntran.
Meski begitu polisi pun tetap meminta pelajar tersebut tenang dan tidak melakukan perusakan dan menyerang polisi yang sedang berjaga.
Detik-detik Pelajar Tantang Polisi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Para Orangtua Menangis Saat Jemput Anaknya yang Ditangkap di Polda Metro Jaya"