207 Ekor Ternak Babi di Karo Mati Dalam Waktu Berdekatan, Matehsa: Masih Menunggu Hasil Laboratorium

kematian awal ratusan babi ini terjadi dalam tempo waktu yang cukup berdekatan.

Penulis: Muhammad Nasrul |
TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Karo Ir Matehsa K Purba 

TRIBUN-MEDAN.com, KABANJAHE - Sebanyak 207 hewan ternak babi milik warga yang berada di Kecamatan Laubaleng dan Kabanjahe, dikabarkan mati mendadak.

Menurut informasi, kematian awal ratusan babi ini terjadi dalam tempo waktu yang cukup berdekatan.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Karo Ir Matehsa K Purba, mengakui adanya peristiwa ratusan hewan yang mati mendadak ini. Dirinya menyebutkan, peristiwa ini terjadi sekitar satu bulan terakhir.

"Benar, sektar tiga minggu terakhir mulanya ada hewan ternak yang mati mendadak ini. Tapi tidak langsung bersamaan. Ada yang 10 dulu, dan beda-beda setiap waktunya," ujar Matehsa, Jumat (1/10/2019).

Matehsa mengatakan, kematian hewan ternak yang paling banyak berada di Kecamatan Laubaleng. Kemudian, sekitar beberapa waktu kemudian ada lima hewan lagi yang mati di Kecamatan Kabanjahe dan Desa Nangbelawan.

Matehsa menjelaskan, setelah mendapatkan laporan adanya hewan ternak yang mati secara mendadak itu pihaknya telah menghubungi Dinas Pertanian dan Peternakan provinsi Sumatera Utara. Selain itu, mereka juga mengundang pihak dari Balai Veteriner Medan.

"Kita sudah berkoordinasi dengan dinas dan kita sudah menyurati Balai Veteriner untuk dilakukan pengecekan sampel. Jadi sekarang kita masih menunggu hasil dari balai, untuk memastikan apa penyebab hewan-hewan ini mati," ungkapnya.

Matehsa menjelaskan, berdasarkan pengakuan dari peternak yang memiliki hewan ternak di Kecamatan Laubaleng, diketahui sebelum mati hewan-hewan tersebut mengeluarkan beberapa gejala. Dirinya menyebutkan, tanda-tanda di antaranya ialah demam, tidak nafsu makan, dan terdapat bintik-bintik merah pada bagian belakang kuping hewan tersebut.

Saat ditanya mengenai penyebabnya, Matehsa menduga ratusan hewan ternak itu terserang virus yang sama. Namun, hingga saat ini masih belum diketahui apa jenis virus tersebut dan dari mana asalnya.

"Memang untuk hasilnya masih belum kita temukan, tapi mungkin hewan-hewan yang mati ini terserang virus. Mungkin saja dari hewan yang dibeli dari luar Kabupaten Karo, bisa jadi juga dari pakannya yang mengandung virus. Tapi lebih jelasnya kita tunggu hasil laboratorium dari balai," ungkapnya.

Sebagai langkah pencegahan kejadian ini meluas, Matehsa mengaku pihaknya sudah melakukan tahapan penyemprotan desinfektan. Namun, dirinya mengatakan tidakan ini belum dilakukan secara menyeluruh karena masih terkendala ketersediaan dosis.

"Kita juga sudah mulai melakukan penyemprotan desinfektan, tapi kita masih kewalahan karena jumlah desinfektannya masih kurang. Untuk itu, kita sudah meminta bantuan stok dari provinsi supaya penyemprotan bisa maksimal," pungkasnya.

(cr4/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved