Ternyata Sibarani Sofian Bukan Orang Batak, tapi Bangga Disebut Bersuku Batak oleh Teman-temannya

Meski memakai Sibarani yang merupakan identitas (marga) Batak, ternyata Sibarani Sofian bukan orang Batak. Sibarani adalah namanya

Ternyata Sibarani Sofian Bukan Orang Batak, tapi Bangga Disebut Bersuku Batak oleh Teman-temannya

TRIBUN-MEDAN.COM - Sibarani Sofian berhasil menjadi pemenang sayembara desain Ibu Kota Negara (IKN) yang diumumkan di Auditorium Kementerian PUPR, Senin (23/12/2019)

Desain itu bernama Nagara Rimba Nusa.

Sosok arsitek ini banyak diperbincangkan, meski memakai Sibarani yang merupakan identitas (marga) Batak, ternyata Sibarani Sofian bukan orang Batak.

Sibarani adalah namanya, sementara Sofian adalah nama keluarga yang berdomisili di Bogor.

Meski demikian, ia tak mempermasalahkan jika banyak orang menganggap dirinya Batak.

"Tersanjung dianggap pria Batak, tapi mohon maaf, saya bukan Batak. Nama depan Sibarani, nama keluarga Sofian asli Bogor. Tetapi banyak teman-teman Batak dan lainnya... Kita semua bersaudara," tulis akun facebook bernama Sibaraini Sofian.

Sofian Sibarani
Sibarani Sofian (Facebook)

Sibarani Sofian memenangkan sayembara desain Ibu Kota Negara (IKN) bersama teman-temannya yang tergabung dalam Urban+.

Urban+ didirikan Sibarani Sofian pada tahun 2017.

Sebelum membuka perusahan sendiri,  Sibarani Sofian bergabung di banyak firma arsitek internasional.

 AKHIRNYA Terkuak Modus Driver Online Setubuhi 14 Penumpangnya, Ada yang Dinikahi Siri

 Bu Guru Eli Malida Ditemukan Tak Bernyawa di Depan Toilet, Ditemukan Dua Benda Ini

 Misteri Tulang Manusia di Septic Tank, Anak Pemilik Rumah Gantung Diri hingga Istri yang Hilang

Melansir Construction+ Asia, Sofian Sibarani lulus dan mendapatkan gelar sarjana Arsitektur dari di Institut Teknologi Bandung tahun 1997.

Setelah menyelesaikan kuliah di ITB, Sibarani Sofian melanjutkan studi master dalam Pengembangan dan Desain Urban di Universitas New South Wales, Sydney, Australia tahun 1998, dan lulus di tahun 1999.

Setelah lulus, ia bekerja di Singapura (TAK Design dan RSP Architects) dan Hong Kong (SOM Asia dan EDAW Asia) sebelum bergabung dengan firma arsitektur AECOM kantor perwakilan di Singapura pada 2007.

Setelah AECOM mengakuisisi EDAW Asia, dan ia diminta untuk membuka divisi Perencanaan dan Desain di Singapura.

Pada 2011, ia pindah ke Jakarta untuk membuat Perencanaan dan Desain di AECOM Indonesia hingga tahun 2016.

Saat ini, Sibarani Sofian adalah pendiri dan direktur praktik URBAN +, yang ia mulai pada akhir 2016 bersama-sama dengan beberapa ahli perkotaan.

Mereka membantu klien dan kota dalam menciptakan proyek perkotaan yang menarik.

Dengan kekayaan pengalaman dan jaringan mereka, Sibarani dan timnya URBAN + mempelopori beberapa perencanaan strategis yang digerakkan oleh infrastruktur (yaitu pengembangan berorientasi transit, Aerotropolis dan Port City) dan komunitas perencanaan utama lainnya atau proyek-proyek penggunaan campuran, dengan tujuan mengembangkan suatu lingkungan yang dibangun lebih baik.

Dia membantu beberapa kota dan kabupaten (seperti Bogor dan Bandung) dan berfungsi sebagai sumber ahli untuk Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Dewan Perumahan Publik Indonesia (Perumnas), dan Green Building Council Indonesia.

Kini, Sibarani Sofian dan tim dari Urban+ berhasil memenangkan desain kawasan ibu kota negara (IKN), dengan tema Nagara Rimba Nusa.

Nagara Rimba Nusa memiliki konsep yang menghubungkan manusia dengan alam dan lingkungan serta memanfaatkan potensi sumber daya air sebagai bagian dari kehidupan.

Sebelumnya, ada 5 pemenang sayembara desain terbaik yang dikategorikan menjadi juara harapan dan juara terbaik.

Kelimanya berhasil menyisihkan 287 peserta lain dari tahap pengiriman karya hingga penilaian.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengucapkan rasa haru dan bangganya, karena sayembara gagasan desain kawasan IKN ini merupakan sejarah baru.

Menurut Basuki, jumlah peserta yang antusias mengikuti sayembara gagasan desain IKN luar biasa banyak.

Dan para pemenang ini dinilai memenuhi tiga kriteria.

"Kriteria pertama, IKN sebagai identitas bangsa untuk kemajuan peradaban negara Indonesia," kata Basuki.

Kedua, lanjut dia, keberlanjutan kota yang ramah lingkungan atau environmental friendly, baik dari sosial ekonomi, dan kebencanaan.

Ketiga, kota bukan untuk generasi saat ini, tetapi untuk generasi yang akan datang.

Karena itu, kota harus dirancang dengan desain  yang menekankan pada kecerdasan, modern, dan memenuhi standar internasional.

Basuki menegaskan, nantinya, karya dari tiga pemenang pertama akan disinergikan untuk dibuat desain detail IKN.

"Pemenang kedua, contohnya, demikian kuat di perencanaan gedung dan smart tarnsportation. Itu disinergikan dengan pemenang pertama, yang mengadopsi kearifan lokal," terang Basuki.

Mereka akan segera dibawa ke lapangan dalam dua pekan ke depan untuk melakukan penyesuaian desain terhadap desain yang sudah ada.

Penyusunan desain detail akan selesai kuartal I-2020, dan pelaksanaan konstruksi fisik di Kecamatan Sepaku, sebagai kawasan IKN baru dimulai pada Kuartal IV-2020

(cr12/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved