Pemko Siantar Bangun Tugu Ayam 'Dayok Mirah', Lembaga Adat Simalungun Jelaskan Filosofinya
Kota Pematangsiantar sebagai daerah toleransi tertinggi nomor tiga di Indonesia telah memiliki tugu baru.
Penulis: Tommy Simatupang | Editor: Juang Naibaho
Pemko Siantar Bangun Tugu Ayam 'Dayok Mirah', Lembaga Adat Simalungun Jelaskan Filosofinya
TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR - Kota Pematangsiantar sebagai daerah toleransi tertinggi nomor tiga di Indonesia telah memiliki tugu baru. Tugu yang berada di jalan lintas Pematangsiantar-Medan ini bernama Tugu Dayok Mirah.
Tugu yang belum diresmikan ini berada di lokasi taman tepatnya di Jalan Ahmad Yani Simpang Rambung Merah Kota Pematangsiantar.
Dayok Mirah yang berasal dari bahasa Simalungun yang artinya Ayam Jantan Merah tampaknya hampir rampung.
Patung Ayam Jantan berdiri menghadap ke arah timur ini dicat dengan warna hitam.
Amatan tribun-medan.com, patung ayam berdiri di atas tugu yang berbentuk bangunan beton yang melingkar-lingkar.
Pada bangunan sebagai pijakan patung ayam terdapat ornamen-ornamen berciri khas etnis Simalungun.
Tampak ada tulisan aksara Simalungun dan warna merah, putih, dan hitam sebagai ciri khas suku Batak.
Pada daerah lokasi itu juga tampak dibangun lokasi air mancur. Ada dua batu besar yang berada di sebelah kanan-kiri tugu. Tugu ini juga tersedia lampu sorot yang digunakan pada malam hari.
Tugu Dayok Mirah ternyata memiliki filosofi yang dalam bagi masyarakat Batak Simalungun.
Rohdian Purba Sekretaris Patuah Maujana Simalungun (PMS) suatu lembaga pemangku adat budaya Simalungun mengungkapkan ada makna khusus dari Dayok Mirah.
Bagi masyarakat Simalungun, Dayok Mirah merupakan simbol wibawa, kekuatan, dan kekuasaan.
Dayok Mirah yang berarti ayam jantan juga memiliki makna membangunkan warga untuk memulai aktivitas pada pagi hari.
Rohdian menjelaskan Dayok Mirah juga memiliki histori dalam masa Kerajaan Siantar.
Seorang raja di Siantar memiliki peliharaan seekor ayam jantan yang terus dibawa dalam keseharian. Bahkan, saat terjadi pertempuran.
"Konon Dayok Mirah ini milik seorang raja. Dan, untuk permaisuri yakni Dayok Silopak," ujarnya, Jumat (10/1/2020).
Rohdian mengatakan ayam juga menjadi makanan penting dalam peradatan. Masakan khas simalungun yang diolah dengan rempah-rempah dengan bahan dasar ayam jantan diberi nama Dayok Binatur. Makan sajian Dayok Binatur ini dipercaya untuk kesuksesan dalam meraih cita-cita.
"Saat ini masakan Dayok Binatur sudah dapat dimasak oleh semua orang. Dan, semua orang mengingini makanan ini," katanya.
Rohdian menjelaskan juga patung Dayok Mirah memiliki filosofi untuk mengingatkan masyarakat untuk jangan malas.
"Ayam berkokok pagi hari ini memberikan filosofi untuk membangunkan kita, mengingatkan bahwa hari sudah mulai pagi hari. Maka kita manusia agar bersiap siap untuk melakukan aktivitas, tidak bermalas-malas untuk beranjak dari tidur,"ujarnya.
Pada lain sisi, Rohdian menilai pembangunan Tugu Dayok Mirah tidak sesuai dengan fakta.
Ia menilai Patung Dayok Mirah bukan warna hitam. Ia menyayangkan Dinas PU Pemko Siantar tidak berkoordinasi dengan lembaga adat Simalungun.
"Kita minta pihak pemborong atau pun pemerintah segera mengganti warna patung ayam. Dan segera berkordinasi dengan PMS Kota Pematangsiantar. Patung Dayok Mirah, tapi sedikit pun tidak menunjukkan Dayok Mirah, karena warnanya tidak ada sedikit pun menunjukkan warna merah," ujarnya.
Rohdian juga mengaku PMS tidak pernah dilibatkan dalam usulan pembangunan Tugu Dayok Mirah. Bahkan, selama ini masih PMS mengusulkan pembangunan Tugu Raja Sangnaualuh.
"Makanya pembangunan Dayok Mirah bersalahan dari adat budaya Simalungun. Yang kita minta untuk segera dibangun adalah Tugu Sangnaualuh Damanik. Kita juga heran mengapa justru patung Dayok yang dibuat," pungkasnya.
(tmy/tribun-medan.com)